40. Bad moring? sweet morning?

3.6K 333 80
                                    

Ps. Beri tanda jika ada typo.

Baca Ps aku di akhir chapter.


















































Baik Raisya maupun Jimin memang tidak keberatan dengan keberadaan Areum. Yuna yang tidak lain adalah ibu Raisya menjelaskan jika Areum adalah anak dari pasutri blok A, di mana memang mereka sedang sibuk-sibuknya bekerja sementara pengasuh Areum sedang cuti pulang kampung.

Areum sudah terlelap di atas kasur, sementara Raisya dan Jimin sama-sama tengah menatap bintang yang hanya muncul beberapa di atas langit.

Raisya beralih memeluk tubuh Jimin yang duduk di sampingnya. Melingkarkan tangannya di pinggang Jimin dan menyembunyikan wajahnya di depan dada bidang Jimin.

Pria itu juga membalas pelukan istrinya dan meletakkan dagunya di atas kepala Raisya. Udara memang terasa dingin saat malam hari.

"Oppa tidak keberatan dengan keberadaan Areum?" tanya Raisya. Ia hanya takut jika Jimin malah tidak senang saat sudah mendengar penjelasan asal muasal Areum.

Jimin mengelus surai hitam Raisya lembut. "Tidak apa-apa. Anggap saja sebagai simulasi menjadi orang tua," jawab Jimin. Raisya bisa bernapas lega, setidaknya jika Jimin tidak keberatan, ia juga tidak akan keberatan. Bukankah semuanya harus dilakukan atas izin suami?

"Oppa? Belakangan ini aku berpikir, apakah saat kita menjadi orang tua nanti, semuanya akan baik-baik saja?" Ungkap Raisya. Jimin mengelus surai Raisya. Pemikiran Raisya masih remaja, wajar jika ia meragukan kemampuannya sendiri.

"Kita tidak tau, yang bisa kita lakukan hanya memberikan yang terbaik nanti. Kurasa dirimu bisa menjadi ibu yang baik."

"Huft, Kapan kita berencana memiliki keturunan?" tanya Raisya. Jujur saja, Raisya penasaran bagaimana rasanya hamil dan membawa buntalan dalam perutnya. Belum lagi ia sangat penasaran dengan wajah anaknya kelak. Memikirkannya saja membuat pipi Raisya merona.

"Mau secepatnya? Aku bisa saja dan aku siap saja. Hanya saja, kehamilan diusiamu saat ini harus banyak pertimbangan, sayang. Aku tidak mau terjadi hal yang tidak-tidak pada dirimu."

Jimin hanya tidak ingin mengambil terlalu banyak risiko. Ia tidak ingin Raisya kenapa-kenapa dan sudah berapa kali Jimin berkata demikian?

"Aku sudah siap kok, lagipula aku ingin memiliki teman di rumah. Mama bilang menjadi ibu disaat muda itu menyenangkan!" Raisya nampak antusias. Baik ibu Raisya maupun ibu Jimin tidak pernah absen meracuni otak Raisya agar mau segera hamil.

Mereka juga sudah sempat cek ke dokter untuk memastikan apa mereka sehat atau tidak. Dan berdasarkan prosedur juga diagnosis yang ada, Dokter menyimpulkan baik Jimin maupun Raisya tidak memiliki masalah.

Organ reproduksi masing-masing berfungsi dengan baik dan tanpa kendala. Bahkan dokter menyarankan agar Jimin dan Raisya mau mempertimbangkan memiliki momongan. Kalian tahu jika angka kelahiran di Korea itu sudah sulit.

Maka dari itu, dokter sebisanya selalu memberikan edukasi agar para pasangan muda mau segera memiliki momongan. Berbeda dengan di Indonesia, tanpa disuruhpun mereka akan melakukannya.

Jimin mengecup beberapa kali puncak surai Raisya. Harum strawberry dan lavender, Jimin suka itu.

"Bagaimana jika kita sekalian bulan madu saja? Kau mau kemana?" usul Jimin. Raisya nampak menimang, ini kesempatan yang baik. Lagipula dengan bertanya demikian, artinya Jimin sudah memberikan lampu hijau.

DREAMS ✴PJM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang