I apologize in advance for my promise yesterday.
Bukan maksud mau ingkar, hanya saja aku sedang duka karena tetanggaku ada yang meninggal malam itu. Jadi terpaksa aku harus tunda dulu.
Jadi sekarang aja ya aku updatenya maaf banget gais serius
Semoga kalian mengerti dan mau maafin akuu huhu:(
Oh iya, dipart ini bakal seru-seruan aja si. Mungkin part selanjutnya juga bakal biasa biasa aja.
Happy reading:")
.
.
.
Raisya menaruh punggung tangannya pada kening Jimin. Dan ternyata Jimin terkena demam. Suhu tubuhnya meningkat dan pria itu malah meminum es teh manis yang ia buatkan tadi. Tanpa pikir panjang, Raisya menghampiri Jimin dan membopong Jimin dengan tubuh kecilnya. Kakinya yang masih belum pulih sepenuhnya membuatnya kesusahan. Belum lagi tubuh Jimin yang tidak bisa dibilang ringan. Tubuhnya saja lebih besar daripada Raisya.
Akhirnya Raisya bisa membawa tubuh besar Jimin pada ranjang dalam kamar. Memposisikan Jimin untuk terlentang sementara dirinya langsung menyiapkan air hangat untuk mengompres Jimin.
Raisya membawa satu baskom kecil air hangat lalu mengambil handuk kecil. Berjalan kembali dengan tergesa menuju pinggiran ranjang dimana Jimin yang tengah terbaring dengan suhu tubuh yang masih panas.
Bibirnya memerah sedangkan kulitnya memucat. Raisya meletakkan handuk yang telah diperas dengan air hangat pada kening Jimin lalu mencari termometer pada kotak P3K yang masih berada diatas nakas bekas semalam mengobati luka kaki Raisya.
Gadis itu menyingkap sedikit kaos Jimin dan menyelipkan ujung besi termometer pada ketiaknya. Bisa saja sih pada mulut, hanya saja ia refleks mengarahkan termometer itu pada ketiak Jimin. Raisya tidak menutupi Jimin dengan selimut hanya menaikkan suhu ruangan agar stabil.
Gadis itu kalut karena Jimin yang demam tinggi. Termometer itu berbunyi menandakan suhu tubuh Jimin telah diukur. Gadis itu naik keatas kasur dan duduk disebelah Jimin yang masih menutup matanya. Mengambil termometer lalu melihat angka 38,6 di sana. Membuat gadis itu terbelalak kaget.
Baru saja gadis itu hendak beranjak untuk keluar untuk meminta pertolongan, pergelangan tangannya dicekal membuat Raisya berhenti. Gadis itu menoleh kebelakang mendapati Jimin yang mencekal tangannya dengan mata sayu dan bibir yang menjadi pucat.
Raisya kembali menghadapkan atensi sepenuhnya pada Jimin. Memegang tangan Jimin yang tengah mencekalnya dengan kedua tangan. Khawatir tentu saja khawatir. Dia tidak bisa menangani orang sakit.
"Aku hanya belum terbiasa dengan suhu Indonesia saja. Aku sering mengalaminya, maaf membuatmu khawatir," ucap Jimin sambil tersenyum pada Raisya.
"Tapi, oppa serius tidak apa? Maksudku, demamu sangat tinggi. Kita kedokter saja! " ucap Raisya yang dibalas gelengan kepala oleh Jimin. "Tidak usah Raisya, aku baik-baik saja. Aku hanya perlu istirahat dan semuanya akan kembali normal," ucapnya. Raisya mengangguk, "Kalau begitu istirahatlah, aku akan menjagamu," ucap Raisya sambil menaikkan selimut sampai perut Jimin.
"Bisakah kau tidur bersamaku? " pinta Jimin yang membuat Raisya terdiam. Ingin menolak tapi tidak enak jadi mau tidak mau Raisya mengangguk dan membaringkan tubuhnya disamping Jimin sambil menatap langit-langit.
Tanpa aba-aba, Jimin memeluk Raisya dari samping. Menaruh wajahnya tepat di sebelah wajah Raisya hingga ujung hidungnya menempel pada pipi Raisya membuat gadis itu meremang tegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMS ✴PJM✔
Fiksi Penggemar[C O M P L E T E] Judul lama : MY UNDERSTANDING WIFE Second story By: Jim_Noona [Beberapa chapter di private. Follow akun terlebih dahulu untuk kenyamanan membaca] Menikah bukan perihal mudah untuk gadis 16 tahun. Tapi jika dalam diri sudah tertanam...