38. kampung halaman

3.1K 340 57
                                    

P. S. Tandai typo jika ada

Selamat malam minggu

And

Happy reading!!!











Raisya dan Jimin sudah berada di bandara Soekarno Hatta dan sekarang mereka tengah menunggu taksi yang sudah Raisya pesan. Ayah dan ibu Raisya ada meeting hari ini yang membuat mereka tidak bisa menjemput anak dan juga menantunya.

Butuh waktu tiga jam dari bandara ke rumah Raisya. Jimin yang menarik dua koper sekaligus dan Raisya yang menggendong tas berukuran besar membuat keduanya langsung melemparkan diri di sofa yang ada di dalam rumah Raisya.

Setidaknya ia tahu dimana biasanya sang ibu meletakkan kunci cadangan yang ada diluar rumah. Bisa dilihat kuncinya sudah karatan karena tidak dipakai dan terus di letakkan dibawah pot bunga besar.

"Aku ambil minum dulu, oppa mau langsung ke kamar?" tanya Raisya. Jimin menggeleng dan malah menyelonjorkan kedua kakinya pada sofa. Ah, perjalanan yang melelahkan.

Raisya pergi ke dapur, tidak ada yang berubah kecuali pantry yang sedikit dimodifikasi. Raisya membuka kulkas dan menemukan satu kotak jus jeruk kemasan. Tidak ada pilihan lain, ia sudah terlanjur malas. Raisya mengambil jus tersebut lantas menuangkannya pada dua gelas dan langsung membawanya keruangan di mana Jimin tengah menyelonjorkan kakinya.

"Minum dulu!" titah Raisya. Jimin melipat kedua kakinya lantas menerima minuman yang Raisya sodorkan. Jimin langsung meneguknya hingga tandas dan menyisakan satu gelas kosong.

"Mama, papa kapan pulang?" tanya Jimin. Raisya mengedikkan bahunya pertanda ia tidak tahu. "Lapar tidak?" tanya Raisya lagi. Jimin mengangguk, ia belum makan siang dan sekarang sudah jam tiga sore. Bisa dibayangkan perutnya yang terus meronta minta diisi?

"Mau aku yang masak atau cari makan diluar?" Kini Raisya kembali memberikan opsi pada Jimin. Pria itu nampak berpikir, "Bagaimana dengan cari makan di luar? Aku tahu kau lelah, jangan memaksakan untuk memasak."

Jimin menjentikkan jarinya, pertanda ia memiliki ide yang lebih bagus. "Bagaimana jika delivery?" usul Jimin lagi. Ide bagus, Raisya lelah dan ia malas keluar. Belum lagi beberapa tempat banyak yang berubah.

"Mau pesan apa?" tanyanya lagi seraya mengeluarkan ponsel dari saku celananya. "Apa saja yang penting cepat sampai!" rengek Jimin. Ia lelah terus-terusan di beri pertanyaan oleh Raisya sedari tadi.

Gadis itu memutuskan untuk memesan dua porsi bento dan juga minuman. Mereka hanya tinggal menunggu. Jimin merubah posisinya dan menjadikan paha Raisya sebagai bantalan. Pria itu beralih memeluk perut rata Raisya dan menelusupkan wajahnya di sana. Gadis itu hanya mengelus surai hitam Jimin. Sejak menikah dengan Raisya, Jimin sudah jarang mengganti warna rambut. Takut dimarahi siang-malam oleh gadisnya nanti.

"Taehyung merengek semalam minta ikut. Tapi aku tidak izinkan," ucap Jimin memulai kembali perbincangan setelah beberapa menit hening karena keduanya kelelahan.

"Kenapa tidak diajak saja?" tanya Raisya. Sebenarnya Taehyung dan beberapa teman Jimin yang lainnya adalah pribadi yang menyenangkan bagi Raisya. Mereka itu benar-benar friendable sekali. Dengan Raisya saja sudah dianggap sebagai seorang adik hingga tidak jarang gadis itu menerima hadiah dari ke-lima sahabat Jimin.

"Dia pengganggu, aku kan hanya ingin bersama denganmu saja tanpa ada si alien pengganggu!" rajuk Jimin. Ia kesal karena Raisya malah bertanya kenapa ia tidak mengajak sang papa Kimchi.

DREAMS ✴PJM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang