Kembali berkutat dengan kesibukan perkuliahan membuat Lita tak terlalu menghiraukan obrolannya dengan Ethan beberapa hari yang lalu. Hari Kamis ini, dia masuk pukul 7 pagi. Benar-benar tidak menyenangkan harus bangun pagi dan berangkat ke kampus terburu-buru.
"Kak, aku nggak bikin sarapan ya kalo hari Senin sama Kamis. Masuk jam 7 soalnya." ucap Lita sambil sibuk memasukkan buku notenya dan tempat pensil.
Ethan mengangguk, tidak terlalu mendengar perkataan Lita. Ia sibuk sendiri juga. Beberapa hari bekerja di perusahaan cabang ternyata malah banyak masalah. Memang biasanya yang jarang disidak suka banyak masalah.
"Kak, berangkat dulu ya." Lita mengambil sembarangan tangan Ethan dan mengadu punggung tangannya dengan jidatnya sendiri. Kalau sudah hampir terlambat kebiasaan grusah-grusuh nya langsung kumat.
Ethan baru sadar bahwa Lita telah pergi begitu terdengar deru motor keluar dari parkiran. Ia lupa tadi Lita bilang apa.
Sampai di parkiran kampus, Lita langsung berjalan mode cepat ke ruang kuliahnya pagi ini. Beruntung, sampai di sana dosennya belum datang. Ia duduk di dekat Nina yang telah sampai lebih dulu.
"Nin, capek banget gila." keluh Lita.
"Abis lari-lari? Udah tahu rumah agak jauhan sekarang, kenapa nelat?" omel Nina.
"Kesiangan tadi." kata Lita.
"Oh ya, tahu nggak dosen yang bakal ngajar kita siapa?"
Lita menggeleng. Mana dia tahu?
"Bu Serly."
"Oh."
Lita menghentikan aktivitasnya kala ia terpikirkan sesuatu.
Nggak mungkin Serly yang sama kan?
"Oh doang? Dia Bu Serly yang itu loh, yang naksir sama Kak Dimas. Kak Dimas yang kamu taksir dari jaman MABA." Lita mendelik mendengar kata-kata Nina.
Ini Serly yang mana sih?
Baru beberapa saat mulut Nina mingkem, orang yang mereka bicarakan masuk ke dalam kelas.
Rambut sebahunya membuat wanita yang tengah berdiri di depan kelas nampak fresh dan muda daripada usianya. Ia mengenakan pakaian formal dengan celana bahan berwarna hitam. Di tangannya ada laptop dan buku entah apa, Lita tak mengetahuinya.
Tapi yang Lita tahu, wajah wanita itu begitu familiar. Seperti mimpinya jadi kenyataan saja. Lita yakin, itu Serly yang sama. Tapi kenapa bisa.
Mendadak tangannya gemetar. Dia pernah dengar soal Serly. Tapi wanita yang berprofesi sebagai dosen ini tengah menempuh pendidikan S2 di luar negeri saat Lita masih semester 1 dulu.
Serly pasti seorang wanita yang hebat. Dia juga wanita yang elegan dan pandai. Lita menatap dirinya sendiri. Dia hanya, percabangan rambut rusak milik Serly, dan pastinya sebentar lagi akan dipotong.
"Selamat pagi,"sapa Serly.
"Selamat pagi, bu." sahut para mahasiswa. Serly tersenyum. Ia kemudian memperkenalkan diri dan mengabsen satu persatu mahasiswanya.
Tiba giliran Lita, Serly berhenti sejenak. Menatap wajah Lita lekat-lekat dan seperti berpikir. Ia kemudian tersenyum tipis. Lita mengerutkan alis. Kenapa dengan wanita itu?
"Kayaknya bu Serly udah nandain kamu deh. Secara ya, dulu kamu tu terkenal ngefans banget sama kak Dimas kan." perkataan Nina membuat Lita semakin yakin.
Setelah kelas usai. Tiba-tiba Serly memanggil Lita. Ia membawa Lita ke ruangannya.
"Calista Diandra. Saya dengar kamu baru saja menikah." kata Serly. Melihat wajah terkejut Lita, Serly tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
All My Heart [the END]
RomanceSEQUEL ALL MY FAULT {*Disarankan untuk baca cerita yang pertama (All My Fault) supaya kalian paham jalan ceritanya. Dan untuk mengobrak-abrik perasaan kalian, hehe.*) *** Tiba-tiba saja Lita terbangun di sebuah kamar seorang pria yang akan menikah d...