09. One More Kiss

6.3K 384 14
                                    

Warning!!! A little bit mature content. 🐈🐈🐈

Sebelum baca, tolong diinget, abis baca komen sama vote ya. Ini bukan kontes bagus2an novel alias lomba, mau novel gue jelekkkk vote pokoknya gamau tau.. 🐣🐣🐣

***

Dua hari sudah Lita tidak masuk kuliah karena keadaannya masih belum memungkinkan. Lukanya masih belum kering. Terutama luka pada kepalanya. Kadang, gadis itu masih merasa pusing saat ia hendak berjalan ke kamar mandi atau ke luar kamar.

"Kak, kak Ethan! Minta tolong ambilin minum dong." Lita mencoba memanggil Ethan. Tapi pria tamvan nan rupawan dambaan kaum hawa itu belum jua menjawab panggilannya. Jadi mau tidak mau, Lita harus berdiri sendiri. Mencoba mengontrol rasa pusing di kepalanya, lalu berjalan ke luar kamar.

Rumah kelihatan sepi. Padahal tadi Ethan bilang tidak akan ke kantor. Jujur, Lita jadi tidak enak. Baru beberapa hari menikah sudah mereporkan Ethan. Tapi Ethan sabar sekali. Lelaki itu selalu bilang kalau sudah sepatutnya suami istri saling merawat dan mengasihi. Oh, nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan wahai manusya.

Lita berhenti sejenak. Ia mengatur pandangannya. Menatap sekeliling. Memang sepi. Lantas Ethan kemana?

"Kak?!" panggil Lita lagi, agak lebih keras lagi kali ini.

"Eh, kamu mau kemana? Kenapa nggak panggil aku?" Ethan datang dengan cepat entah dari arah mana. Yang jelas pria itu kini terlihat sedikit panik. Lita menggeleng.

"Cuma mau ambil minum kok." kata gadis itu.

"Aku ambilin. Kamu masuk lagi." kata Ethan.

"Kak, kalo buat tiduran terus nanti kepalaku makin pusing." kata Lita.

"Ya udah kamu jogging."

Lita mencebikkan bibir bawahnya, "belum kuat ih."

"Ya makanya, kamu duduk di kasur dulu. Aku ambilin minum." Ethan mengelus pipi Lita, lalu berbalik dan berjalan ke arah dapur.

Lita menerima gelas yang Ethan angsurkan. Ia meneguk sedikit demi sedikit air dalam gelasnya. Lalu ia kembalikan gelas kosongnya pada Ethan. Pria itu meletakkannya di meja. Ia menatap Lita yang masih terlihat menyedihkan.

"Gimana? Masih pusing?" tanya Ethan.

"Dikit, kalo tiba-tiba berdiri jadi pusing." keluh Lita.

Ethan kemudian melepas perban di kepala Lita. Ia memeriksa luka gadis itu sesaat, setelah memastikan lukanya tak perlu lagi diperban, Ethan membuang perban bekasnya di tempat sampah. Ia juga melihat tangan gadis itu, dan mengoleskan salep di atas lukanya.

"Kamu nggak boleh kayak gini lagi ya." ucap Ethan. Lembut sekali. Lita langsung mengangguk.

Ethan kemudian memeluk bahu ramping milik Lita dengan hati-hati. Membuat gadis yang dipeluk memejamkan matanya untuk sesaat.

Seharusnya yang manja kan Lita, tapi dalam hubungan mereka, Ethan sekarang jadi lebih sering melakukan kontak fisik pada Lita. Entah itu pelukan, usapan, ataupun sekadar memegang.

Karena menurut Ethan, kulit Lita itu dingin sejuk. Jadi ketika telapak tangannya yang hangat menyentuh kulit Lita yang dingin, rasanya sangat nyaman.

Mereka itu seperti ditakdirkan untuk satu sama lain. Dan itu begitu unik.

Lita menggenggam lengan bawah Ethan. Ia lama kelamaan juga merasa biasa dan nyaman dengan kontak fisik yang suaminya lakukan. Karena dalam hatinya, ia juga takut kalau Ethan mencari wanita lain untuk dia sentuh kalau dirinya terus menolak.

All My Heart [the END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang