Pagi ini ceritanya bumil maksa oma Dina ke mall. Oma Arumi sedang sibuk, mau ada arisan di rumah soalnya. Lita pengen beli perlengkapan bayi. Kata dokter babynya cowok, iya.. dua-duanya cowok dan cakep. Ya anggap aja cakep lah kayak mommy dan daddy.
Inginnya sih perlengkapan yang berbau binatang. Berhubung Lita suka sekali dengan panda, jadi Lita beli baju-baju mungil lucu bertema panda. Nanti kalau Ethan sudah pulang, dia mau minta suaminya itu belikan box bayi yang ada unsur-unsur hitam putihnya. Oh begini saja, dua box hitam dan putih. Lucu juga.
"Ta, liat ini. Jagoan oma pasti lucu pakai ini."
Lita tersenyum, ini kupluk bayi dengan telinga panda mungil. Lucu banget. Lita tidak sabar pengen segera lahiran.
Lelah keliling mall. Lita dan mama Dina istirahat di bangku panjang depan toko baju. Lumayan lah ya, sementara sang mama mertua beli minuman, Lita memijit-mijit kakinya yang pegal dan mulai bengkak.
Saat mendongak, mata Lita tak sengaja menangkap dua orang, sepasang manusia tengah berjalan hampir melewatinya. Lita bengong. Benar, benar apa yang mamanya katakan. Saking terkejutnya, Lita sampai tidak sadar kalau orang yang sedang dia pelototi sekarang malah berdiri di depannya.
"Lita sama siapa di sini?" Dimas yang membuka suara terlebih dahulu.
Mendengar suara Dimas, Lita baru tersadar, betapa cengonya dia saat ini.
"Ah, eh.. Anu.. Itu sama mama." Lita menunjuk mama mertuanya seperti anak kecil.
"Wah, Lita juga sedang hamil besar ya?" suara Serly menginterupsi senyum Dimas. Wanita itu meremat pelan tangan suaminya sambil tersenyum.
Lita jelas melihatnya. Tapi dia mencoba bersikap biasa.
"Bu Serly kapan lahiran?" tanya Lita seramah mungkin.
"Perkiraan dokter sekitar seminggu lagi." Lita mengangguk. "Hamil 9 bulan juga?" tanya Serly.
Lita menggeleng, "baru 7." ia meringis.
"Kok keliatan gede?" meninggalkan rasa cemburunya, Serly jadi penasaran dengan kehamilan Lita.
"Oh ini karena babynya ada dua." jawab Lita polos.
"Wah, kembar?!" pekik Serly takjub. Dimas diam-diam tertarik juga.
Lita mengangguk pelan.
"Hebat banget. Dulu aku juga pengen banget punya bayi kembar. Tapi garis keturunanku nggak ada yang kembar. Eh ini hamil juga karena kebobolan." tanpa canggung Serly menceritakannya. Membuat Dimas memalingkan muka dan Lita merasa wajahnya memanas.
Batin Lita, ini orang ngomong emang nggak pernah disaring dulu. Bisa nyante banget gitu sih?
Sejak tadi Lita ikutan berdiri, tidak enak kan sama Dimas dan Serly kalau dianya duduk sedangkan dua orang itu berdiri. Mereka akhirnya ngobrol sambil duduk. Mama Dina juga lama ngantri minumannya. Jangan bilang Lita anak durhaka ya, tadi mama Dina yang maksa buat beli minumnya. Soalnya mama Dina mau ikut ngerasain minuman yang lagi hits di kalangan anak muda. Padahal Lita sudah larang. Takutnya mama Dina gula darahnya naik kan.
"Kamu sekarang tinggal di sini ya, Ta?" tanya Serly. Sudah akrab banget nada bicaranya. Bukan seperti dulu. Lita mengangguk. Dan Serly agak tidak menyangka kalau mereka benar-benar dari satu daerah yang sama.
Dari tadi Dimas banyak diamnya. Dia kesulitan masuk ke dalam obrolan dua orang wanita. apalagi kalau mereka bicara tentang hal-hal berbau wanita. Tapi untungnya mama Dina segera kembali. Dia sudah merasa sangat menderita beberapa menit ini. Bukannya menderita karena masih menginginkan Lita ya, asal kalian tau saja, Dimas sudah membulatkan tekadnya untuk move on pada Serly. Lagipula beberapa hari lagi Serly lahiran kan, ia hanya takut kalau anaknya nanti dapat karma gara-gara ulah bapaknya. Hasil USG anak mereka adalah perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
All My Heart [the END]
RomantikSEQUEL ALL MY FAULT {*Disarankan untuk baca cerita yang pertama (All My Fault) supaya kalian paham jalan ceritanya. Dan untuk mengobrak-abrik perasaan kalian, hehe.*) *** Tiba-tiba saja Lita terbangun di sebuah kamar seorang pria yang akan menikah d...