Beberapa hari ini banyak sekali kegiatan yang harus dilakukan Lita. Beberapa kali harus keluar dari kampus untuk melaksanakan tugas dari dosen. Untungnya Lita satu kelompok dengan Nina. Jadi dia tidak pulang ke rumah selama jeda kuliah, tapi ikut ke kos Nina dan ketika pergi ke luar kampus ia dibonceng Nina.
Nina juga tidak keberatan. Ia malah melarang Lita untuk memboncengnya karena kehamilan Lita. Berulang kali Nina mengingatkan Lita supaya tidak melakukan tugas berat dan jangan sampai kelelahan. Tapi dasar Litanya saja yang bandel. Dalam kelompok mereka hanya Nina yang tahu mengenai kehamilan Lita. Maka dari itu si ketua kelompok terus menyuruh Lita melakukan ini itu dan Lita tak bisa menolaknya.
Nina membawa Lita menepi jauh dari hiruk pikuk kelompok mereka dan beberapa warga sasaran pengabdian masyarakat mereka. Nina menyuruh Lita duduk dan istirahat.
"Na, aku bukan orang sakit. Ntar kalo kebanyakan istirahat aku malah diomongin sama yang lain. " kata Lita.
"Aku bilang ke Dani kalo kamu hamil ya, supaya dia nggak terus-terusan nyuruh kamu ini itu."
Lita menggeleng, "ntar semua orang jadi memperlakukan aku kayak kamu ini. Udahlah, Na. Aku bisa kok. Aku bakalan istirahat pas aku ngerasa capek." bujuk Lita.
Nina hanya bisa pasrah. Susah menasehati orang keras kepala seperti Lita. Ia hanya bisa mengawasi sahabatnya itu supaya tau diri. Tau diri kalau sekarang dia sedang bawa-bawa bayi di dalam perutnya. Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Lita, Nina akan mencekik Dani.
Lita kembali melakukan tugasnya. Mereka masih belum siap melakukan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan karena ini masih begitu pagi. Lita diminta menyiapkan meja beserta kursinya. Nina sudah hendak protes.
"Udah, Na. Mending kamu bantuin aku." kata Lita. Akhirnya Nina mengalah, ia membantu Lita. Ia yang mengangkat meja kecil persegi, dan Lita yang menata kursi plastik di masing-masing meja. Ia juga memasang taplak mejanya.
Hanya Dani dan Tuhan yang tahu apa yang sedang pemuda itu rencanakan. Dani memang selama ini tak tahu apa-apa. Yang dia tahu Lita sudah absen berminggu-minggu tapi ia masih bisa ikut UAS dan anehnya tak ada dosen yang menanyainya. Dani merasa Lita ini diperlakukan istimewa.
Lelaki itu memutuskan untuk memberi Lita banyak tugas supaya dia tahu kalau statusnya sebagai mahasiswa itu sama dengan yang lainnya, dengan begitu Lita tidak merasa bahwa dirinya itu istimewa.
"Ta, pasang ini dong." Dani menyerahkan beberapa lembar poster pada Lita.
"Dibantu sama Kelvin."
Kelvin datang dengan lakban di tangannya.
Lita mengangguk. Sementara Nina sudah ingin mengunyah kepala Dani rasanya.
Nina cepat-cepat menyelesaikan tugasnya karena sekarang sudah ada banyak warga yang datang. Begitupun dengan yang lainnya. Mereka semakin panik begitu halaman balai dusun yang dijadikan sebagai tempat acara, mulai ramai.
"Ta, kamu vital sign. Sama Nina dan Ayu." kata Dani. Lita mengangguk. Semua sudah siap di pos masing-masing.
Hari sudah semakin siang. Beberapa orang warga pulang setelah selesai pemeriksaan. Sengaja penyuluhan dilakukan di awal supaya warga tidak pulang lebih dulu. Dan sekarang karena banyak yang sudah selesai, mereka diijinkan pulang. Lita menyeka keringatnya. Ia tukar peran dengan yang lainnya juga tadi.
"Ta, istirahat. Muka kamu pucat." kata Nina.
Lita mengangsurkan makanan pada seorang ibu-ibu yang sudah selesai diperiksa. Ia kemudian tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
Nina mendengus. Jelas-jelas wajah sahabatnya sudah pucat. Bibirnya juga kering. Pasti Lita tidak minum sejak tadi. Selesai melakukan pekerjaannya, Lita duduk di teras. Ia merasa sedikit pusing sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
All My Heart [the END]
RomanceSEQUEL ALL MY FAULT {*Disarankan untuk baca cerita yang pertama (All My Fault) supaya kalian paham jalan ceritanya. Dan untuk mengobrak-abrik perasaan kalian, hehe.*) *** Tiba-tiba saja Lita terbangun di sebuah kamar seorang pria yang akan menikah d...