28. Rest Your Sexy Butt

5.2K 253 17
                                    

"Ta, bisa nggak sih kamu diem? Daritadi ada aja yang dikerjain."

Lita menoleh ke belakang, dia sedang menurunkan barang-barang yang ada di lemari, mau dicuci katanya.

"Bentar lagi, tinggal nyuci ini sama nyetrika baju kantor kakak."

"Udah diem, istirahat. Nanti aku laundry."

"Nggak apa-apa kok. Aku gabut banget."

Lita sudah selesai UAS dan sudah mulai memasuki waktu liburan. Besok teman-temannya sudah pada pulang ke kampung halaman masing-masing, termasuk Nina. Nina kemarin beli tiket pesawat dan besok sore dia pulang.

Tapi Lita belum bisa, atau mungkin dia tidak pulang karena Ethan kan kerja di sini. Karena merasa bosan, Lita melakukan berbagai pekerjaan. Yang tadinya dia tidak lakukan jadi dia lakukan.

"Dari kemarin kamu ngomong gitu, alasannya ngidam. Mana ada sih ngidam kerja."

"Ya aku ini." Lita tidak mau kalah. Ia sudah selesai mencuci tupperwer dari mamanya dan mengeringkannya. Lita sudah hendak mencopot tirai untuk dicuci kalau Ethan tidak mendekap tubuhnya dan membawanya ke sofa.

Ethan mengusap peluh Lita yang mengalir di dahinya. Dengan wajah bengong polos Lita menatap suaminya yang masih kelihatan geregetan gara-gara Lita sangat bandel.

"Inget, anak aku ada di sini." Ethan mengelus sekilas perutnya.

Lita memajukan bibirnya, bibir bebek andalannya.

"Kita keluar aja yuk, jalan-jalan.."

"Nggak ah, capek."

"Lah tadi kerja seharian nggak capek?"

"Abis cuma jalan-jalan di mall, aku capek."

"Kalo gitu mau kamu kemana?"

Lita terlihat berpikir, "pengen stroberi. Cari stroberi yuk."

"Dimana?"

"Itu Tawangmangu lurus terus."

"Itu jauh, sayang."

"Ya udah sih kalo nggak mau."

"Hm, ambekan."

"Bodo."

"Jangan jauh-jauh ya, nanti kamu kecapekan."

"Aku mau pulang ke rumah mama."

"Ta, kok ngambek begitu. Nanti anak kita jadi ambekan juga loh."

"Biarin."

Ethan menghela napas.

Ethan penasaran, ada apa sih di Tawangmangu itu? Jadi akhirnya mereka berangkat juga. Selama perjalanan Lita antusias sekali. Ia membuka jendela dan mematikan AC. Ia ingin merasakan udara sejuk pegungungan yang selama ini jarang ia rasakan.

"Nanti kamu masuk angin," kata Ethan.

"Enggak." Lita merasakan wajahnya dihembus angin dingin.

"Gimana kalo kita ke kebun teh dulu. Aku kangen pengen foto-foto disana."

"Aku nggak tau jalannya." kata Ethan.

"Ish, pake GPS."

Ethan lagi-lagi mengalah. Mereka pergi ke teh. Banyak spot foto disana. Ada sebuah panggung yang terbuat dari bambu dan dihiasi kupu-kupu besar sekali. Lalu masih ada banyak tempat lain. Tapi mereka harus berjalan naik ke atas, dan Ethan agaknya tak terlalu mengijinkan Lita untuk naik-naik ke tempat seperti itu.

"Licin, Ta. Kamu jangan bandel dong." Ethan sudah seperti memarahi anaknya sendiri.

Meski sedikit kesal, Lita tak mempermasalahkannya. Ia memilih jalan ke tempat lain. Memang bukan spot foto, tapi dari sana bisa melihat pemandangan rumah-rumah yang berjajar di bukit-bukit dan gunung yang hijau cantik. Rasanya tenang dan sejuk.

All My Heart [the END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang