04. Deadline and The Story

6.1K 350 6
                                    

Yuhuuu, karena aku lg seneng, project kelas praktekku success!!! jadi aku kasih update. Buat up chapter selanjutnya, nunggu hasil projectnya diacc dosen apa engga. Kalo engga ya berarti upnya lama lageee wkwkw.

Okay, selamat membaca 💙💙💙

***

──────────────────────
⬅ ⭕ Status saya •••
ᴮᵃʳᵘ ˢᵃʲᵃ



capek nugas mulu, kaya enggak.

︵ 1
Swami Galak

Swami Galak : sini, tak pijitin.

____________________________________

Lah anjirrr, swami galak que!!!

Lita segera mematikan ponselnya. Gagal nugas gara-gara Ethan mengomentati status wassapnya. Gadis itu membuka pintu kamarnya. Ia melihat Ethan masih sibuk dengan laptopnya di depan tv yang sedang menyala. Dirinya sendiri juga lagi sibuk, sok mau mijitin.

Lita jalan ke dapur. Terlalu sepaneng dengan tugasnya membuatnya cepat lapar, dan hasil akhirnya kepalanya pusing.

Membuat makalah bedah jurnal bukanlah sesuatu hal yang mudah sodara-sodara. Dan Bu Serly yang terhormat memberikan tugas itu untuk dikerjakan secara individu. Jurnalnya harus ini harus itu. Banyak kriteria bikin susah pengerjaannya. Karena hal itu, selama hampir satu minggu ini, Lita seperti dikucilkan dari lingkup pertemanan karena mereka tahu alasan Serly memberikan tugas itu pada mereka.

Apalagi kalau bukan karena mahasiswi bernama Calista Diandra ini.

Hanya Nina sahabat sejatinya. Hanya Nina yang tetap mau haha hihi bareng Lita.

Setelah menemukan sereal bar dan pisang, Lita keluar dari dapur. Ia membawa makanannya ke sofa, di samping Ethan.

"Cemungutz kerjanya..." Lita memberikan finger heart pada Ethan.

"Udah selesai tugas kamu? Katanya dikumpul besok." sindir Ethan.

"Belom, tapi aku laper. Kalo aku mati, arwahku nggak sanggup ngangkat pena." balas Lita.

"Bilang aja mau aku pijitin kan." goda Ethan.

"Halah, paling nanti malah nyuruh balik." Lita asik mengunyah snack barnya dengan tenang. Ethan tiba-tiba saja mematikan laptopnya dan meregangkan otot-otot tubuhnya.

Terlihat otot bicep dan tricepnya yang aduhai memanjakan mata perawan yang polos seperti Lita. Terbukti dari gadis itu yang tidak mengedipkan matanya bahkan setelah Ethan kembali ke posisi semula.

"Kesambet ya kamu?" Ethan menyenggol lengan Lita.

"Ngg-nggak kok." kata Lita gugup.

Gugup, jantung serasa ingin melompat dari tempatnya. Bagaimana bisa Lita tidak gugup kalau seumur hidup baru kali ini ia duduk di sebuah ruangan dengan cahaya temaram bersama dengan seorang pria dewasa yang sialnya sangat hawt ini? Bahkan kalau ia sedang pdkt dengan Dimaspun, dia tidak pernah berduaan dengan lelaki itu.

Ya Tuhan, Lita harus kabur secepatnya.

"Mau kemana?" Tangan Ethan menahan lengan Lita yang terasa kecil di genggaman tangan Ethan.

All My Heart [the END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang