21. Choco Moon

5.5K 280 13
                                    

Warning!!! Dikasih peringatan dulu aja ya..

***

Lita tiba-tiba merasakan sepasang lengan melingkari pinggangnya. Ia menoleh, lalu pipinya menempel di hidung Ethan. Lita duduk sambil menggeliat di kursi pantry yang agak tinggi itu.

"Darimana?" tanya Lita.

"Ngurus masalah." kata Ethan. Pria itu lalu mengangkat tubuh Lita yang terasa ringan. Terang saja, bobot tubuh Lita hanya 46 kilogram.

"Kamu nggak makan ya?" mau kemana Ethan membawa Lita, Lita juga tak tahu.

"Makan, aku makan banyak banget." kata Lita.

"Hmm, masa sih? Kok ringan banget." Ethan mengangkat-ngangkat tubuh Lita seperti hendak melemparkan tubuh mungil Lita ke udara.

Lita menjerit, ia mencengkeram pakaian Ethan.

"Kak!" jerit Lita.

"Ethaaan! Kamu apain mantu mama?!" teriakan penuh peringatan datang dari mamanya.

"Nggak kok maa."

Lita mendengus, nggak.. Tapi malah semakin nekad melempar-lempar tubuh Lita. Kenapa pula ini suaminya.

Ethan baru saja mendapat kabar dari Henri kalau Dimas berhasil kabur dibantu oleh Serly. Keduanya sedang dalam pengejaran. Ethan marah bukan main, tapi saat melihat punggung kecil milik istrinya itu hati Ethan kembali menghangat dan pikirannya kembali jernih. Kekuatan apa yang ada pada diri Lita hingga dapat mengubah suasana hati Ethan secepat itu?

Ethan hanya ingin terus bersama istri kecilnya ini. Menghabiskan waktu serapat mungkin dengan Lita. Makanya saat ini Ethan tak henti-hentinya menciumi wajah Lita hingga wajah perempuan itu jadi agak basah. Iuuwh!

"Dedek kangen kamu," kata Ethan.

"Kakak ni hyper apa gimana sih?" tanya Lita kesal.

"Nggak tau. Kamu coba liat sendiri..." kata Ethan.

Gila. Ini Ethan kerasukan apa sih?

Lita memerah. Ia minta diturunkan. Sebenarnya agak lelah sehabis keliling di supermarket dan pasar tadi. Tapi masa mamanya semangat ia malah lemes. Maklum lah, Lita jarang kemana-mana saat kuliah. Dunianya cuma sebatas kampus dan rumah. Kemana-mana pakai motor dan jarang berjalan jauh.

"Capek kak." keluh Lita. "Kakak nggak kerja ya?" Ethan menggeleng. Henri sedang ia hukum untuk mengerjakan pekerjaannya karena kehilangan Dimas.

"Enak banget sih. Oh iya, tadi mama bilang aku harus cek hp secara berkala. Dosenku kasih tugas sama materi setiap hari, jadi aku harus ngerjain tugas sekarang. Maaf ya kak, tusuk-tusukannya ntar aja." Lita tersenyum jahil. Ethan mendesah kecewa.

"Pinjam laptop." kata Lita.

"Ada di ruang kerja papa." kata Ethan.

"Yang mana, entar aku salah." Setelah menghela napas, Ethan mengambilkan Lita laptop miliknya.

***

Lita mengernyit heran. Bukannya mata kuliah ini diampu oleh Serly? Kenapa dosennya ganti? Ia tanya pada Nina dan yang lainnya, tapi mereka semua tak tahu apa penyebabnya. Serly tak pernah masuk ke kelas sejak hari minggu itu.

Lita mengendikkan bahunya, giliran dia tidak kuliah.. Serly malah ikut keluar juga. Lita duduk di lantai menatap layar laptopnya. Ia tengah mengerjakan tugas dari dosennya sambil membaca materi yang tadi juga dikirim.

Sesekali tangan Lita mencomot camilan yang tadi ia siapkan. Lalu kembali scroll-scroll mencari jawaban soal dari materi. Beberapa menit kemudian, Lita sudah menyelesaikan tugasnya. Langkah selanjutnya, Lita mengirim jawaban tugasnya ke email dosennya.

All My Heart [the END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang