08. Suddently Moment

5.5K 384 24
                                    

Warning! Triggered content.🐈🐈🐈

Ehm, jadi ceritanya aku udah ngetik panjang lebar chapter lain ya, eh nggak taunya malah nggak ke save, siyaaaalll... Jd bdmd mau ngetik males.. 😑 sekian terima kasih.

***

"Manyuuun terus, manyuun lagi." sindir Ethan. Kini Lita tengah berada di sampingnya. Ethan mengemudikan mobil ke kampus Lita.

"Habisnya aku males banget masuk kuliah sore-sore." kata Lita.

"Nggak boleh gitu dong, masa males. Ntar nggak berkah ilmunya." Ethan mencubit pipi Lita.

"Tapi nanti jangan telat jemputnya ya, aku males naik ojol." kata Lita.

"Okay princess." Lita langsung tersenyum. Bagaimana bisa Lita tidak lumer meleleh bagaikan coklat belgia yang dipanasi di dalam oven kalau suaminya bisa semanis ini? Dengan langkah lambat, Lita keluar dari mobil begitu mobil Ethan berhenti di depan kampusnya.

Sampai di kelas, Lita disambut oleh Nina. Gadis itu langsung menggeret Lita ke sebuah kursi yang masih kosong. Nina tiba-tiba saja menunjukkan ponselnya, "udah baca grup belum?" tanya Nina.

"Hah? Apaan?" Lita tidak mengerti. Seharian ini dia tidak membuka wassap sama sekali.

"Nih," Nina mengulurkan ponselnya. Sejenak, Lita membacanya.

"Ini beneran?" tanya Lita.

Nina mengangguk.

"Mungkin nanti Nico bakalan bahas ini abis kelas." kata Nina.

Tak berlangsung lama, kegaduhan yang ditimbulkan mahasiswa usai kala dosen yang mereka tunggu-tunggu sudah masuk ke dalam ruangan.

"Jadi besok bakalan libur dong?" tanya Lita.

"Ya kebanyakan sih iya, cuma nggak tau prodi kita bakalan libur atau enggak." kata Nina.

Mata kuliah selesai, kemudian seorang mahasiswa maju ke depan, "dimohon temen-temen jangan pulang dulu ya. Jadi, aku mau sampeiin masalah yang sekarang lagi panas. Udah pada tau kan? Besok, dari BEM FKIP sendiri mau turun ke jalan buat sampein orasi kita. Nah, kalo temen-temen pada mau ikut juga, nanti kita bakalan bilang ke prodi supaya besok diliburkan." Mendadak suasana jadi riuh. Banyak yang hanya koar-koar ingin ikut namun kenyataannya mungkin besok sama sekali tidak muncul.

"Setujuuu!!!" teriak Nina tiba-tiba.

"Heh, Nin. Kamu mau ikut beneran?" tanya Lita, dan Nina mengangguk mantap.

"Kamu juga ya?" kata Nina memohon.

"Perhatian," si ketua kelas kembali berbicara, "besok acaranya start dari kampus 2 pukul 8 pagi, kita jalan sampai gedung DPRD terus ketemu sama temen-temen dari univ lain di depan gedung DPRD." kata Nico, si ketua kelas.

Semua kembali bergumam. Ada yang mengemukakan pendapat mengenai acara besok, ada yang menyetujui, ada pula yang menyanggah. Kalau menurut Lita pribadi, sebagai mahasiswa dia belum pernah ikut acara seperti ini. Tapi ia merasa tertantang karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak.

Jadi, Lita memutuskan untuk ikut bersama Nina.

***

Esok hari yang cerah. Lita sengaja berangkat ke kampus pagi-pagi sekali. Ia tidak mengatakan pada Ethan kalau hari ini ia akan ikut demo mahasiswa. Uhuyyy, jarang-jarang ia ikut demo kan. Setidaknya, selama jadi mahasiswa ia harus pernah ikut sekali saja. Lita terkikik dalam hati.

Sampai di kampus teman-temannya yang ikut demo hari ini ternyata cukup banyak. Mereka membawa beberapa tulisan untuk menyuarakan aspirasi mereka. Dari mulai tulisan yang wajar sampai iklan joki skripsi. Lita menghampiri Nina dan Molly. Mereka bertiga sepakat membawa banner dengan beberapa tulisan yang masih normal. Kata masih, artinya ada berapa kata yang terdengar abnormal. Tentu saja karena mereka ke sana bukan untuk membuat keributan. Melainkan untuk menyampaikan aspirasi secara santai.

All My Heart [the END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang