16. Effective Painkiller

4.4K 278 24
                                    

Yang saat ini Lita rasakan adalah, tubuhnya benar-benar panas dan gerah. Beberapa bagian tubuhnya terasa pegal dan kebas. Ia mencoba menarik tangannya, tapi sulit. Lengannya ditindih sesuatu. Lalu gadis itu membuka mata. Ia menatap wajah Ethan dari jarak yang super dekat. Ia lalu melirik ke arah tangannya, ternyata tangannya terhimpit antara tubuh dan tangan Ethan.

Meski sesak, ia mau bagaimana lagi. Semalaman Ethan terus gelisah, karena tubuhnya panas dan sakit semua mungkin. Sekarang Ethan sudah tidak terlalu panas. Syukurlah.

"Kak, udah enakan belum?" bisik Lita.

"Ngh, pusing." suara Ethan terdengar serak.

"Kak, aku mau telpon layanan hotel. Kakak mau makan apa?" tanya Lita.

"Nggak mau makan."

"Nggak boleh gitu. Aku mau minta dianterin bubur buat kakak. Lepasin aku dulu."

Ethan menggeleng, dia malah memasukkan telapak tangannya di bawah tubuh Lita. Lalu menarik Lita agar semakin menempel padanya. Dia tidak selera makan. Tidak ingin makan apapun apalagi bubur yang lembek dan aneh rasanya itu.

"Kak.." rengek Lita.

"Diem, aku pengen gini aja."

"Tapi kakak harus minum obat."

"Kamu obat aku."

"Serius ih."

"Aku serius."

Lita menghela napas. Ethan seperti anak kecil saja. Lita berusaha melepaskan pelukan Ethan. Mengulurkan tangannya dan meraih gagang telepon.

Ia meminta layanan kamar, memesan makanan untuk dirinya dan Ethan. Meski Ethan menolak, akhirnya pria itu mau makan beberapa suapan dari Lita. Lalu meminum obat penurun panasnya.

Untung saja mereka berada di hotel milik Ethan. Jadi Lita tidak khawatir harus bayar pakai apa. Kemarin malam, begitu resepsionis melihat wajah Ethan, mereka langsung memberi Lita kunci kamar VVIP di hotel tersebut.

"Kak, istirahat dulu ya. Aku mau pulang."

"Kamu jangan kemana-mana." cegah Ethan.

"Tap--"

"Jangan pulang."

"Ya udah. Kakak tidur aja lagi. Nggak usah mikirin kerjaan. Aku tadi udah telepon kak Henri supaya dia yang urusin tugas kakak." kata Lita. Ethan mengangguk. Ia berusaha memejamkan matanya kembali sambil menggenggam tangan Lita dengan erat. Dia takut kalau Lita tiba-tiba pergi entah kemana.

***

Seharian mereka berdiam di dalam kamar hotel. Bukan hanya malas keluar dari kamar, Ethan juga manja luar biasa. Ia tidak mau makan kalau tidak disuapi Lita. Ethan juga enggan meminum obat padahal sudah Lita bujuk dengan berbagai cara.

Sorenya, mereka baru pulang. Beberapa karyawan hotel yang melihat keduanya berbisik-bisik. Dikiranya Ethan menginap di hotel bersama gadis simpanannya. Lita terlihat masih seperti gadis SMA kalau di mata mereka. Jadi hal ini membuat dugaan mereka semakin kuat.

Sesampainya di rumah, Lita segera membuang makanan yang semalam ia tinggal begitu saja. Sudah basi tentu saja. Ia menghela napas kecewa. Melihat bahan masakan di kulkas, tinggal tersisa beberapa jenis sayuran.

"Kak, aku masak sop aja ya. Kebetulan tinggal ada bahan buat sop sama ayam di kulkas." kata Lita.

"Terserah kamu aja." kata Ethan. Ia duduk di meja makan sambil menyangga kepalanya dengan sebelah tangannya. Kalau Ethan perhatikan, Lita sejak tadi malam memakai gaun beludru itu dan sampai sekarang belum ganti baju.

All My Heart [the END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang