Banyak banget salah ketik. Maap ye..
***
"Hah.." helaan napas kesekian yang keluar dari mulut Lita. Rasa malas sudah membuatnya melakukan kegiatan paling nyaman sedunia untuk waktu yang sangat lama.
Ingin sekali dia berteriak. Kenapa waktu cepat sekali berlalu? Minggu depan sudah masuk minggu tenang. Atau kalau bagi Lita minggu tegang. Minggu paling krusial, dan minggu yang menentukan keadaan fisiknya untuk dua minggu yang akan datang. Kalau dirinya terlalu tegang dan stress, bisa dipastikan ia akan demam tepat sebelum ujian.
Sudah berjam-jam Lita rebahan. Sekarang tinggal tunggu waktu tubuh kurusnya menyatu dengan kasur dan ia akan rebahan sampai kiamat. Beberapa jam yang lalu, dia berniat akan belajar untuk mempersiapkan ujian akhir semester. Tapi kalau dipikirkan lagi, bukannya kalau belajar dari sekarang nanti pas ujian dia sudah lupa?
"Hah.." bosan sekali Lita. Dia kangen dengan Ethan.
Bicara soal Ethan. Sudah tiga minggu berlalu sejak peristiwa itu. Dan selama tiga minggu ini juga ia tidak bertemu dengan Dimas. Yang artinya ia bisa tetap hidup. Malam itu, akhirnya ia dan Ethan makan di burjo. Tahukan? Tempat makan yang katanya mahasiswa abis. Iya, soalnya mereka keluar sudah jam 11 malam gara-gara Lita ketiduran dan Ethan tidak tega membangunkan. Jam segitu yang buka 24 jam kan jarang. Akhirnya Lita menyarankan supaya mereka makan di burjo saja.
Lita membalikkan tubuhnya. Ia berguling-guling hingga jatuh dari kasur. Lalu merayap ke kamar mandi. Kalau mager ada obatnya, dia akan stok untuk beberapa bulan ke depan.
Lagi-lagi Lita menghela napas sambil meraih handuk dan setelah mandi. Ia membungkus tubuhnya dengan handuk dan berjalan keluar kamar mandi.
Gadis itu mengambil sebuah kaos berlengan pendek dan short pant warna biru tua. Kalau sudah begini, mau tak mau ia harus mengeprint beberapa materi untuk ujian. Kalau mager terus, nanti ia berubah jadi keong. Hah, keong...
"Ta, bantu cari dokumen aku dong." Ethan pulang-pulang bukannya salam tapi malah nyuruh-nyuruh, astaghfirullah... untung suami.
"Dokumen apa?" tanya Lita.
"Proyek pembangunan hypermart."
Warnanya apa? Bentuknya seperti apa? Kotak? Segi tiga? Apa sih?
"Buruan, aku mau rapat." Lita tersentak dari lamunannya. Dia sibuk mencari kesana kemari dan tertawa. Tapi tidak ketemu. Sampai akhirnya printer di ruangan Ethan itu berhenti mengeluarkan kertas lagi. Lita menghampirinya dan langsung mematikannya.
"Udah ketemu?" tanya Ethan.
Lita menggeleng. Ia berdiri sembari memeluk lembaran kertasnya tadi dan berjalan keluar dari ruangan Ethan. Ethan menghela napas. Masa dokumennya hilang begitu saja. Seingatnya semalam ia taruh di meja samping printer. Tapi karena buru-buru, ia lupa membawanya tadi pagi.
Ethan mengurut pangkal hidungnya. Lalu matanya tidak sengaja melihat lembaran kertas yang Lita bawa.
"Itu apa?" tanya Ethan.
"Ini? Ini print an power point. Mau buat uas." jawab Lita.
"Pinjem." Ethan mengulurkan tangannya. Lita menautkan alisnya.
"Ini bukan dokumen kakak, aku pake kertas bekas tadi." Meski begitu, Lita tetap menyerahkan kertasnya.
Ethan tidak melihat kotak-kotak power point milik Lita, ia membalik kertasnya dan matanya langsung melebar karena syok.
Ya Tuhan. Lita?!!
"Kenapa?" tanya Lita saat melihat Ethan panik. Pria itu terus melihat lembar demi lembar kertas miliknya dan tak menjawab pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
All My Heart [the END]
RomanceSEQUEL ALL MY FAULT {*Disarankan untuk baca cerita yang pertama (All My Fault) supaya kalian paham jalan ceritanya. Dan untuk mengobrak-abrik perasaan kalian, hehe.*) *** Tiba-tiba saja Lita terbangun di sebuah kamar seorang pria yang akan menikah d...