Serly tahu, setiap yang keluar dari mulut Dimas untuknya seperti sebilah pisau yang menyayat kulitnya, menyakitkan. Serly sadar, sulit untuk mengubah hati seorang Dimas. Terbukti dari dirinya yang harus nyaris meregang nyawa di tangan lelaki itu. Meskipun banyak kesakitan yang Dimas berikan, tapi lebih dari itu, Dimas telah memberikan benihnya hingga tumbuh menjadi seorang bayi mungil untuknya. Dan Serly merasa semua kesakitannya selama ini sudah terbayar.
Serly menatap ke arah Dimas, ia tidak menyangka pria itu akan kembali dan menepati janjinya. Pikiran bodohnya selalu merasa khawatir bahwa Dimasnya akan pergi meninggalkan dirinya dan anak mereka yang tengah ia kandung.
"Kenapa muka lo kayak kaget gitu?" tanya Dimas begitu ia membuka pintu apartemennya.
Serly menggeleng, namun sejurus kemudian ia memeluk Dimas dan menggumamkan kata terima kasih. Dimas melepaskan pelukan Serly dan menatap wanita itu dengan tatapan matanya yang tajam.
"Kamu kembali."
"Gue udah bilang."
"Aku pikir kamu akan berubah pikiran."
"Drama banget, gue capek." kata Dimas ketus, lalu ia melirik ke arah perut Serly, "udah minum susu?" tanyanya.
Serly mengangguk.
"Gue mau istirahat." kata Dimas.
"Aku buatin makan malam kesukaan kamu ya?" tanya Serly.
"Terserah lo."
Serly tersenyum lebar. Ketakutannya tidak berdasar. Ia pikir Dimas akan berbalik dan kembali menyukai Lita. Ya meskipun Dimas belum menyukai dirinya, tapi tetap saja peluang yang ia ciptakan selama ini tidak boleh hangus begitu saja.
Makan malam hening seperti biasa. Kini Serly tinggal bersama Dimas, melakukan ini dan itu, paham kan? Berbeda dengan dulu, Dimas sekarang melakukannya dengan penuh kesadaran. Lelaki itu menatap matanya, dan melihatnya sebagai Serly, bukan yang lain.
"Dua hari lagi kita nikah." ucap Dimas. Serly menggantung sendoknya di udara. Rasanya ia baru saja mendengar Dimas mengucapkan sebuah kalimat paling mustahil di dunia. Makanya saat ini Serly menatap Dimas dengan kedua bibir terkatup dan mata yang memancarkan raut keraguan.
"Gue udah siapin semuanya. Baju, tempat, makanan, dan undangan. Lo mau ngundang siapa?"
"Dimas, kamu nggak lagi becandain aku kan? Ini aku Serly kalo kamu lupa, bukan Lita." ucap Serly.
"Gue tau bego, makanya gue nanya ke elo. Siapa yang mau nikahin istri orang?"
Serly mengerutkan bibirnya. Ia berusaha keras menahan senyum akan kata-kata ketus yang Dimas ucapkan. Lagi, Dimas berhasil membuat bunga mekar di hatinya.
"Aku mau ngundang mama sama kakak."
"Ya kalo itu sih nggak perlu diundang. Come on, Ser.. Lo kok jadi lola gini sih?" Dimas kesal sendiri dibuatnya. Serly menutup mulutnya dengan kikuk. Ia salah bicara lagi. Tapi Dimas segera menampilkan senyuman tipis, "lo undang temen-temen lo. Gue yang akan kasih tau keluarga lo."
Mengingat keluarganya membuat Serly hampa. Mamanya mungkin malu punya anak seperti dirinya. Dan kakak lelakinya, pasti kecewa padanya. Tapi ini pilihan hatinya. Dimas adalah pilihannya. Lelaki yang selama ini berhasil membuat Serly tidak hanya senang, namun juga hancur. Meski mamanya menyodorkan sejuta lelaki ke hadapannya, satu manusia bernama Dimas Bagaskara sudah cukup untuk mengisi seluruh hatinya. Katakanlah ia terlalu diperbudak oleh cinta, tapi toh kenapa? Bukankah manusia dicipkan berpasang-pasangan, jika Tuhan tidak menakdirkannya dengan Dimas, mungkin yang ada di hadapan Serly saat ini bukan Dimas, mungkin lelaki lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
All My Heart [the END]
RomanceSEQUEL ALL MY FAULT {*Disarankan untuk baca cerita yang pertama (All My Fault) supaya kalian paham jalan ceritanya. Dan untuk mengobrak-abrik perasaan kalian, hehe.*) *** Tiba-tiba saja Lita terbangun di sebuah kamar seorang pria yang akan menikah d...