Pikiran berkecamuk membuat Lita kadang tidak konsen. Ia sering melamun di lampu merah, membuat beberapa orang geram dan mengklakson Lita berulang kali. Ia bergegas melajukan motornya begitu sadar.
Sampai di rumah, Ethan ternyata belum pulang. Kewajiban Lita, membersihkan rumah dan memasak untuk makan malam. Gadis itu memasukkan beberapa pakaian kotor ke dalam mesin cuci. Sembari menunggu, ia menyapu lantai dan memasak semur ayam untuk makan malam. Begitu mesin cuci berbunyi tanda pakaiannya sudah selesai dikeringkan, Lita mematikan kompor dan menghampiri mesin cucinya.
Gadis itu mengeluarkan satu persatu pakaiannya dan menjemurnya di belakang rumah dekat taman. Setelah itu, ia kembali ke dapur dan kembali menyelesaikan masakannya.
Ya, benar. Tidak ada waktu memikirkan kegilaan orang. Ia terlalu sibuk dan terlalu bahagia untuk disakiti. Ada Ethan yang akan selalu melindunginya, ada Ethan yang harus ia perhatikan dan ia urus.
Lita membawa masakannya yang telah siap ke meja makan. Sekalian nasinya yang tadi ia masak di rice cooker juga sudah matang. Sekarang tinggal mandi dan menunggu Ethan pulang. Sudah pukul 5 sore, sebentar lagi suaminya itu pasti pulang.
Dan benar saja, begitu Lita selesai berpakaian, mobil Ethan memasuki garasi. Pria itu melonggarkan dasi dan melepaskan jasnya begitu masuk ke dalam rumah.
"Wah, ada semur ayam nih. Enak kayaknya." komentar Ethan saat ia berjalan melewati meja makan. Aroma semur ayam tercium lezat.
Lita muncul dari dalam kamar, hanya kepalanya saja. Ia tersenyum cerah, "cepet mandi. Kita makan bareng." kata Lita.
"Siap ibuu." Ethan masuk ke dalam kamar. Dengan tiba-tiba menunduk dan mengecup pipi Lita dengan cepat.
Menerima perlakuan manis dari Ethan, wajah Lita jadi sepanas uang hasil korupsi saat ini. Wajahnya bukan cuma panas, tapi juga memerah. Lita menangkup kedua pipinya. Ia bisa mimisan kalau semua darahnya berkumpul di wajah seperti ini.
"Kapan kamu UAS?" tanya Ethan.
"Yeu, masih lama lah. Ini loh baru November. Bentar Desember dulu terus Januari baru UAS."
Tapi, kalau Lita pikir-pikir, tidak terasa waktu terus bergulir. Sekarang sudah November dan sebentar lagi Desember. Hujan juga sudah mulai sering mengguyur. Sekarang kalau mau kemana-mana harus pakai jas hujan.
" Tumben sih masakan kamu bikin lidah senyum." Ethan menyendok nasi dan semur ayamnya.
"Emang biasanya masakan aku bikin lidah nangis?" Lita pura-pura mengusap air mata semunya.
"Ya kalo nggak kurang bumbu pas bikin sop, pasti keasinan pas bikin semur sama tumis."
"Okay, I'm fine." Lita memasang fake smilenya.
"Aku mau nanya sesuatu sama kakak."
"Nanya apa?"
"Menurut kakak, mungkin nggak seseorang menghalalkan segala cara buat dapetin apa yang dia mau?"
"Mungkin banget lah. Jaman sekarang banyak yang kayak gitu."
"Termasuk ngerusak sesuatu yang dia pengenin itu?"
Ethan mengangguk, "orang kayak gitu pasti punya gangguan psikologis. Dia nggak akan berhenti buat dapetin apa yang dia mau. Bahkan dia nggak akan segan nyakitin orang lain. Ibaratnya tuh, kalo dia nggak bisa milikin sesuatu itu, maka orang lain juga nggak bisa." kata Ethan.
Pria itu sudah selesai dengan makan malamnya. Ia hendak membawa peralatan makannya ke wastafel, tapi Lita buru-buru menahannya.
"Tunggu, biar aku aja kak. Kakak santai aja nonton tv." kata Lita. Ia mengambil piring kotor milik suaminya dan membawanya ke wastafel lalu mencucinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
All My Heart [the END]
RomanceSEQUEL ALL MY FAULT {*Disarankan untuk baca cerita yang pertama (All My Fault) supaya kalian paham jalan ceritanya. Dan untuk mengobrak-abrik perasaan kalian, hehe.*) *** Tiba-tiba saja Lita terbangun di sebuah kamar seorang pria yang akan menikah d...