33. Feel Good, Now

3.5K 207 3
                                    

Lita tersenyum sepanjang hari selepas dari kampus kemarin. Bahkan mama dan mama mertuanya saja sampai heran. By the way, mama mereka masih betah mengganggu pasangan muda itu. Dalihnya untuk mengontrol Lita. Soalnya Lita senang sekali mengabaikan kesehatannya, makan sembarangan, tidur tengah malam, mengerjakan semua pekerjaan tanpa jeda. Dan perlu Ethan akui, ada keuntungan dan kerugian kedua mamanya ada di rumahnya saat ini. Keuntungan, ia bisa mempercayakan Lita pada keduanya selama ia sibuk di kantor. Akhir-akhir ini Ethan sering pulang malam. Tapi kerugiannya, ia tidak bisa bermanja-manja lagi dengan Lita di luar kamar.

"Kamu kenapa sayang? Sumringah banget?" tanya mama Dina.

"Hm, seneng aja ma." Lita tak langsung menjawab. Soalnya ada mamanya, mama Arumi masih belum tahu masalah dia diganggu oleh Dimas, jadi Lita tidak bisa langsung membocorkan ini sekarang.

Mama Dina menggelengkan kepalanya. Mantu dan anak tidak ada bedanya. Memang Lita ini cocok dengan Ethan. Kenapa ia bisa tidak sadar ya dulu.

Selama kedua mama mereka disana, Lita tidak boleh masuk ke dapur untuk masak. Mama Dina juga yang mencuci baju dan mama Arumi yang menyapu lantai. Lita bosan. Apalagi kalau tidak ada kuliah, ia akan kebosanan menonton tv dan ponsel.

Hari ini tumben sekali Ethan pulang cepat. Pria itu melepaskan jasnya dan menghambur hendak memeluk Lita karena mesara penat. Lita yang baru saja selesai ganti baju sampai kaget dan hampir terhuyung ke belakang kalau saja lengan kokoh Ethan tidak langsung mendekapnya. Ethan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Lita. Harum sabun membuatnya merasa nyaman. Penatnya seketika lenyam. Ia juga merasakan tonjolan perut Lita di dekat daerah kebanggaannya.

"Kenapa kak? Ada masalah?" Ethan menggeleng di leher Lita, membuat hidungnya bergesekan dengan kulit leher wanita itu.

"Cuma pengen kayak gini bentar aja." bisik Ethan. Lita melingkarkan kedua lengannya di sekeliling tubuh Ethan. Ia mengusap punggung lebar Ethan, menyalurkan kenyamanan lebih untuk prianya.

"Kakak, kalo capek istirahat. Jangan dipaksakan. Aku sama baby nggak pengen kamu kecapekan."

Ethan mengangguk. Ia melepaskan pelukannya, "aku mandi dulu," katanya, lalu mengecup pipi Lita. Wanita itu kemudian keluar dari kamar. Ia melihat kedua mamanya sedang ada di meja makan.

Lita mengambilkan piring untuk Ethan dan menaruh nasi serta lauk dan sayur.

"Ta, kamu mau makan sama apa?" tanya Arumi.

"Lita ambil sendiri aja ma."

"Ini rolade bikinan mama mertua kamu. Kita ke supermarket pagi tadi." ya Tuhan, ada-ada saja mamanya ini.

Lita kemudian mengambil dua potong rolade dan menaruhnya di atas piringnya. Tak lama Ethan datang dengan kondisi yang segar dan fresh.

Ethan dengan senang hati melahap makanan yang Lita sodorkan. Mungkin saking bucinnya Ethan, Lita racuni saja dia tidak masalah. Lita tak banyak makan, ia malah lebih banyak minum sehingga menjadi cepat kenyang. Setelah makan, mama Arumi membuatkan Lita susu ibu hamil yang sangat amat Lita benci. Harusnya ia minum susu setiap hari, tapi kalau tidak terkontrol jadilah ia minum susu seminggu sekali.

Tidak banyak berinteraksi dengan mamanya, Ethan kembali ke kamar. Ia merebahkan tubuhnya setelah tadi menonton tayangan televisi beberapa saat. Awalnya Ethan hanya rebahan, tapi tiba-tiba ia merasakan tubuhnya dipijit dan membuat matanya yang semula terpejam menjadi terbuka kembali.

"Nggak perlu, kamu nggak boleh capek-capek." Lita menggeleng sambil tersenyum.

"Kamu nggak kuliah ya hari ini?" Lita mengangguk.

"Kata mama kamu senyum mulu, kenapa?"

"Aku ketemu Dimas kemarin."

Tubuh Ethan yang awalnya relaks kini menegang. Ia menatap Lita dengan sorot mata tak percaya. Apa Lita sudah gila? Dia ketemu Dimas dan malah senyum-senyum?

All My Heart [the END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang