18. Need A Shoulder

4.6K 289 18
                                    

Bantu cek ya, sorry kalo ada typo.

Selamat membaca. .. .

***

Sudah hampir dua minggu berlalu, ujian tengah semester sudah hampir berakhir. Hari ini tinggal ada satu mata kuliah lagi yang belum diujikan. Lita sudah sangat lelah belajar. Ya bagaimana tidak lelah, belajar sistem kebut semalam justru lebih melelahkan dari belajar setiap hari.

"Habis UTS mau ngapain?" tanya Nina.

Lita mengendikkan bahu. Dia tidak ada rencana. Tapi nanti mungkin akan langsung dijemput oleh Ethan sehabis kuliah seperti biasanya.

Setelah mengerjakan soal, Lita hendak menelepon Ethan dan menyuruhnya datang ke kampus. Mungkin kali ini dia lupa akan sesuatu. Pesan yang Ethan bilang beberapa saat lalu. Nina sudah pulang lebih dulu. Dan ia sendiri.

"Halo kak. Kak jemput--"

Lita menurunkan ponselnya saat seseorang tiba-tiba menyeretnya entah kemana.

"Kak Dimas! Kalo nggak lepasin tangan aku, aku bakalan teriak!"

"Teriak aja sayang."

"Toloooong!!! Tolong--argghh!" Dimas mendorong Lita dari lantai 3. Membuat gadis itu berguling menuruni tangga. Tubuhnya sakit, kepalanya sakit. Lita berusaha bangkit sambil memegangi tangannya. Tapi Dimas sudah berdiri menjulang di depannya.

"Mau teriak lagi?" tanya Dimas sambil tersenyum mengerikan. Bukan, Lita bukannya mau berteriak, tapi dia mau lari.

Dimas mencekal tangan Lita. Ia harus membawa Lita masuk ke mobilnya. Tapi mereka harus melewati orang-orang di bawah sana. Dengan nekad, Dimas menarik tangan Lita menuruni tangga. Lita merasa tangannya sangat perih dan sakit. Apa Dimas memang benar-benar sudah tidak waras lagi?

Sampai di bawah, mata Lita tidak sengaja melihat mobil Ethan yang berhenti di seberang kampusnya. Ia juga merasakan ponselnya bergetar. Ethan menghubunginya.

Lita hendak mengangkat ponselnya, tapi Dimas malah melemparkan ponsel Lita menjauh entah kemana. Lita melotot. Ia berusaha menarik tangannya sekuat tenaga dan menginjak kaki Dimas sekeras mungkin, lalu berlari ke arah mobil Ethan.

Tin tin tin!

Brak!

"Awh!" Lita jatuh tersungkur setelah diserempet motor yang melaju kencang.

Lita terduduk di jalanan. Dari arah kampus, Dimas berlari ke arahnya, sedangkan Ethan, pria itu keluar dari mobilnya begitu mendengar jeritan seseorang yang sangat familiar di telinganya.

"Minggir, saya mau bawa dia ke rumah sakit." kata Dimas menerobos kerumunan orang yang menghampiri Lita.

Gadis itu beringsut, mencoba menjauh dari Dimas.

"Lo yang minggir, jangan sentuh istri gue." suara Ethan yang tegas dan dominan membuat Lita menoleh. Ia mengulurkan tangannya pada Ethan. Dimas yang melihatnya mengepalkan kedua tangannya. Napasnya memburu dan matanya nampak tajam menusuk ke arah Lita.

Ethan mengabaikannya, ia menggendong Lita dan membawanya masuk ke dalam mobil.

Dimas mundur beberapa langkah, ia masih menatap mobil Ethan sampai mobil itu berbelok di perempatan. Sementara di dalam mobil, Lita sudah menangis hebat. Tubuhnya sakit dan ia sangat ketakutan.

"Sayang, tenang ya... Kita ke rumah sakit dulu." kata Ethan sambil mengelus kepala Lita. Sepertinya Dimas sudah melakukan sesuatu pada Lita. Tadi ponsel Lita tidak bisa dihubungi juga.

***

Mereka berdua berakhir di rumah. Lita tidak mau ke rumah sakit. Sebenarnya, daripada merasa sakit di tubuhnya, ia lebih merasa takut dan trauma sekarang. Jika begini terus dia mungkin akan stress lama-lama.

All My Heart [the END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang