Hari Ujian Akhir Semester akhirnya tiba. Dengan membawa janin yang baru berusia kurang lebih 4 minggu, Lita ke kampus yang sangat ia rindukan. Perempuan itu melambaikan tangannya pada Ethan dan menyuruh suaminya itu segera berangkat ke kantor.
Mereka sudah kembali melakukan aktivitas seperti biasanya. Hanya saja sekarang Lita harus diantar jemput oleh Ethan kemanapun. Ethan tak ingin Lita naik motor dengan kecepatan tinggi dan membuat anaknya terlahir dengan cara digas. Nanti gedenya jadi pembalap lagi. Sudah cukup Ethan punya satu pembalap alias Lita.
"Litaaa! Kangeeen." Nina memeluk Lita seolah dunia hendak berakhir dalam hitungan menit.
"Aku juga kangen." Lita mencubiti pipi Nina gemas.
"Aku cuma denger katanya kamu harus istirahat di rumah, terus kamu balik kampung. Kamu kenapa, Ta?" tanya Nina penasaran.
"Masalah kak Dimas. Dia dorong aku dari tangga." Nina membekap mulutnya. Gila, Dimas benar-benar sudah gila.
"Pantesan, sekarang kak Dimas udah nggak ada, terus anehnya nggak lama kemudian bu Serly ngilang juga." kata Nina.
Oh, jadi Serly ikutan Dimas?
Tidak lama kemudian pengawas datang, lalu mereka semua masuk ke ruang ujian. Selang satu jam kemudian, semua mahasiswa sudah keluar. Rata-rata waktu pengerjaan soal memang hanya satu jam atau paling lama 90 menit untuk soal yang banyak. Atau soal dikit tapi jawabannya berlembar-lembar, bikin jari-jari kesleo.
"Ta, aku pengen denger ceritanya. Kamu sampe didorong sama Dimas itu kenapa?" Nina sudah tidak mau lagi bersopan santun dengan Dimas. Kalau memang kenyataannya Dimas itu bangsat ya ngapain harus disopanin, begitu.
"Jadi ceritanya itu, dia mau ngajak aku nggak tau kemana, terus aku nolak. Aku bilang aku mau teriak, eh dia bilang supaya aku coba teriak. Pas aku udah teriak, dia dorong aku gitu aja. Hampir aja aku dimasukin ke mobilnya, tapi aku injek kakinya, jadi aku bisa lari. Dan untungnya kak Ethan udah ada di depan kampus, terus aku lari ke kak Ethan." kata Lita.
"Syukur deh, deg-degan aku pas kamu cerita tadi. Nggak bisa bayangin betapa takutnya kamu." Nina memeluk Lita. Dia mengusap-usap kepala Lita.
"Iya, aku udah nggak apa-apa kok. Jadi bisa kuliah lagi." kata Lita. Nina mengangguk. Ia lega karena Lita tidak kenapa-kenapa.
"Makan yuk, aku lagi dengan sop duren nih."
Hampir saja Lita mengatakan ayok dengan semangat 45. Pasalnya dia sudah lama tidak makan durian. Dulu kalau ada kesempatan, Lita dan Nina akan pergi ke kedai sop durian. Dengan modal 15 ribu sudah dapat sop durian dengan topping yang enak. Tapi dia sedang hamil sekarang, boleh apa tidaknya harus tanya dr. Yanti dulu.
"Eh, aku harus tanya sama dokter dulu." ucap Lita pelan.
"Loh, katanya kamu nggak apa-apa. Kamu kenapa sih, Ta? Jangan bikin aku khawatir dong." kata Nina.
Lita harus bilang ke Nina, "aku lagi hamil." Sumpahnya, malu. Rasanya malu padahal Lita tidak melakukan sesuatu hal yang memalukan. Tapi dia merasa berbeda saja. Dulu dia masih ABG perawan ting-ting yang bebas melakukan apa saja dan menikmati masa muda. Sekarang tiba-tiba dia sudah mau jadi ibu. Dan rasanya seperti Lita dan Nina sekarang beda level.
"Kamu serius?" Lita mengangguk kaku.
"Jangan ngomong ke siapa-siapa."
"Iya, nggak akan. Ya ampun, duduk dulu deh sambil nunggu jemputan. Aku nggak nyangka, seorang Lita yang berambisi lulus dahulu sebelum nikah sekarang malah udah hamil."
Lita menangkup pipinya, tuh kan Nina mengejeknya.
"Aku seneng, Ta. Akhirnya hubungan kamu sama suami kamu ada perkembangan juga. Ish, kalian udah sah ya begituan? Sering nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
All My Heart [the END]
RomanceSEQUEL ALL MY FAULT {*Disarankan untuk baca cerita yang pertama (All My Fault) supaya kalian paham jalan ceritanya. Dan untuk mengobrak-abrik perasaan kalian, hehe.*) *** Tiba-tiba saja Lita terbangun di sebuah kamar seorang pria yang akan menikah d...