43. Japanese Course

3.2K 224 14
                                    

Sebelum baca, aku mau curcol dikit. Jd dulu ada reader bilang gini, intinya dia ngerasa miris baca ceritaku. Dan dari bentuk tulisannya dia mungkin berpikir kalau cerita aku nggak relevan sama kenyataan atau apalah. Huft... Jadi baper lagi. Hiya hiya.

Bisa bisa aja sih ku cariin jurnal artikel penelitian dulu sebelum bikin satu chapter, tapi apa kalian mau nunggu paling enggak dua minggu buat baca part2 selanjutnya? Lagian ini kan fiksi, alias nggak nyatalah bego hadeh, jadi icemocy. Kalau aku bikin cerita berdasarkan jurnal, ntar lama-lama aku dah lulus skripsi aje.

Tujuan bikin ini tu biar apa si? Buat hiburan aja. Kalo nggak suka ya udah, cabut yang jauh. Kadang yang bikin aku khawatir buat ngetik ya ini, namanya manusia ya kadang lupa kalo salah2 dikit kan no problem, tinggal koreksi gitu aja susah amat pake ngatain.

Karena aku author cupu, gak berani kasi tunjuk muka, jadi amanlah ya gak ada yg bisa nyantet kalo kesel sama ceritaku wkwk..

Sekali lagi, baper boleh, kesel sama tokohnya boleh, sayang sama tokohnya boleh, kalo bisa sayang sama authornya juga ya, tapi nggak usah berlebihan.. Apalagi sampe ngatain penulisnya, gak elit tauk!

Nikmatin aja ya guys, baca sambil ngeteh santuy...

Okay... Happy reading😊😊😊

***

Tak lama kemudian hidangan yang mereka pesan akhirnya datang juga. Banyak sekali makanan yang mereka pesan sampai-sampai mereka menggabungkan satu meja lagi. Menunya adalah hidangan jepang. Berbagai jenis masakan jepang dari mulai ikan yang fresh  aka sashimi, shabu shabu sampai sushi.

"Seneng banget kita bisa ketemuan. Ta, kapan-kapan kita harus hangout bareng sama anak-anak ya."

"Tentu dong. Tapi lagi pusing ini, mikir mau lanjut kuliah apa enggak."

"Ya harus lanjut dong!" terdengar suara Dimas yang ngegas.

"Ngapain kamu harus-harusin istri saya?" Ethan ikutan sewot.

"Ngapain kalian tengkar? Tiap buka mulut selalu bertengkar." kata Lita.

Kedua pria itu langsung kicep.

"Kamu lanjut kuliah dong, Ta. Ya ini kan buat masa depan kamu sama anak-anak kamu. Gini loh, biasanya kecerdasan orang tua kan nurun dari ibunya." kata Serly.

"Tapi anak aku dah lahir mbak."

"Eh, iya ya. Tapi siapa tau kamu mau nambah lagi."

"Nggak ah, capek hamil."

"Ya kalo suami kamu mau.."

"Big nooo!" teriak Lita.

Oeeekk oeekk!

Wah, cilaka dua belas. Ketiga bayi itu menangis bersamaan gara-gara kaget dengar suara bising Lita. Acara makan-makan jadi acara ngemong anak. Ya resiko kalau sudah punya anak itu begini, anak adalah prioritas utama.

"Kak, bantuin gendong Isya." kata Lita panik. Ethan segera mengambil Isya dan menggendongnya.

Mereka meringis bersamaan, Lita dan Serly tertawa melihat kekonyolan acara makan mereka ini.

***

Pulang dari resto, Lita ternyata membungkus beberapa hidangan yang tadi dia makan. Kebiasaan, dia makannya di wadah lain supaya tidak terkesan membawa pulang makanan sisa. Lita membawa makanan ini untuk dimakan bersama bersama budhe di rumah.

"Ya ampun nduk, kok repot-repot segala.

"Enggak budhe. Ini tuh cuma sedikit. Aku pengen makan sama budhe juga." Lita menyodorkan sushi ke arah budhe.

All My Heart [the END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang