37. What's Your Name?

4.5K 245 2
                                    

2 bulan kemudian.

Bisa dibilang pagi ini adalah pagi terheboh sepanjang sejarah keluarga Zakariya. Bagaimana tidak heboh. Baru saja kemarin malam Lita ditanya kapan lahiran, pagi ini wanita itu mendadak menjerit histeris saat air ketubannya meleleh menuruni pangkal pahanya. Panik bukan main. Ini belum sesuai tanggal prediksi dokter, kecepetan. Tapi kan ya dokter cuma manusia biasa.

Lita tarik napas dalam-dalam, lalu keluarkan cepat-cepat. Sungguh tidak seperti instruksi mamanya. Mama Arumi senantiasa di samping Lita, sementara mama Dina menghubungi si calon bapak.

Dapat telepon dari mamanya kalau istrinya akan melahirkan, Ethan bagai dihantam badai, secepat kilat menuju rumah. Di rumah sakit, pembukaan Lita berlangsung cukup lama sampai-sampai takutnya air ketubannya keburu kering, kasian dedek bayinya. Jadi terpaksa Lita harus dirangsang supaya ada kontraksi. Padahal katanya sakit banget rasanya. Mau nangis Lita rasanya. Aduh, dia sudah nangis. Dasarnya Lita itu paling sensitif sama rasa sakit. Ambang rangsang dia itu rendah banget, makanya gak toleran sama rasa sakit.

"Huhu, sakit maaa..." keluh Lita.

"Sabar sayang." ucap mama Dina dan mama Arumi berbarengan. Berhubung si daddy muda belum datang, jadinya Lita sama kedua mamanya dulu.

"Ma, Lita nggak kuat." suara Lita makin lirih, soalnya buat ngomong saja sudah sakit.

"Nggak boleh ngomong gitu. Anak mama kan kuat. Sabar ya sayang." mama Arumi yang bicara. Peluh di dahi Lita sudah sebesar biji jagung. Beberapa menit kemudian akhirnya pembukaannya lengkap, dan dokter segera membantu Lita melahirkan dua bayi kembarnya. Semoga dia kuat, kan sudah senam hamil segala.

Kalau belum pembukaan lengkap, tidak boleh ngejan, soalnya bisa robek jalan lahirnya. Selain itu kalau ngejak nggak boleh keluarin suara, hal itu cuma bikin si ibu cepat habis energinya. Begitu kalau kata dokter.

Tak lama setelahnya, Ethan kedubrakan masuk ke dalam ruang bersalin. Padahal sudah dilarang sama papanya. Kata papanya 'kamu nggak bakalan kuat liatnya', tapi Ethan tidak peduli. Dan begitu dia masuk, benar saja. Panas dingin dia lihat kepala bayinya keluar dari jalan lahir. Lemas kan, apasih ni bapak-bapak.

Setelah perjuangan yang berat, rasa sakit tak terkira, Lita berhasil melahirkan anak pertamanya. Dan selang 3 menit, anak keduanya lahir. Selesai dijahit, sempurna pokoknya, dan kedua bayinya dibersihkan, mereka dibawa ke ruang rawat masing-masing. Lita masih kelelahan, tidak peduli dengan sekitar. Dia cuma ingin satu hal, yaitu tidur cantik.

***

"Lucu banget, pokoknya aku yang gendong duluan." celetuk mama Dina.

"Ya aku yang satunya dong mbak." sahut mama Arumi.

"Eh, iya, kan punya dua." mama Dina menyahuti.

Perlahan Lita membuka matanya. Hal yang pertama dia lihat bukan atap, melainkan muka Ethan yang terpampang nyata di depan matanya.

"Apasih!?" Lita menabok pipi Ethan supaya menyingkir.

"Sayang, akhirnya kamu bangun. Capek ya." Ethan mengelus rambut Lita.

"Kamu kemana aja?" mampus anda bapak Ethan. Wanita itu tidak mudah melupakan.

Pasti kejadian ini akan terus Lita ingat seumur hidupnya.

Ethan garuk-garuk kepala, "maaf, aku udah ngebut banget. Tapi ya macet." Lita cemberut tidak mau tahu. Dia berjuang hidup mati, sakitnya minta ampun, dikiranya dia bakal the end saat itu juga, eh ini suaminya malah tidak ada. Padahal kontribusi Ethan dalam pengadaan dua bocil kembar itu kan sangat besar.

"Maafin aku dong, nggak lagi-lagi janji aku.."

Lagi? Siapa bilang Lita mau melendung lagi? Capek!

All My Heart [the END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang