17

3.1K 379 23
                                    

Up untuk menemani good reader di Sabtu malam

.

.

.

Yang jomblo harap merapattt...

.

.

.


Happy reading, good reader.

.

.


Taehyung bersyukur, setidaknya disaat keluarganya tak menghangatkan hatinya. Ada Yoongi yang siap menghangatkan sewaktu-waktu. Tapibukan berarti dia menganggap keluarganya jahat. Tidak. Taehyung tidak seperti itu.

Dia tak pernah sampai hati untuk membenci keluarganya. Meski sifat ayahnya yang seperti diktaktor, Taehyung tak pernah sampai hati untuk membenci sang ayah.

Memang dia seringkali tersakiti dengan perkataan ataupun perbuatan sang ayah, tapi beliau tetaplah ayah Taehyung. Taehyung tahu, sang ayah hanya ingin melindungi anaknya. Ayah juga menyayanginya. Hanya saja caranya salah. Itu yang Taehyung tahu.

Tak apa kalaupun ayah membencinya, atau bahkan tak memperdulikannya. Tak apa Taehyung baik-baik saja akan hal itu. Mungkin Taehyung memang belum pantas untuk membanggakan sang ayah, seperti yang Namjoon hyungnya lakukan.

.

.

.

"Sudah sore Tae, ayo kembali."

Yoongi masihh setia menunggu adik besarnya memilih sebuah buku di rak bagian novel. Taehyung merasa senang, karena Yoongi benar-benar akan membelikannya buku baru.

Dengan teliti Taehyung memilih salah satu buku dari dua buku yang ia pegang di kedua tangannya. Dia merasa bingung ingin memilih yang mana.

"Beli keduanya jika kau ingin Tae" ucap Yoongi asal.

"Tapi hyung. Aku..."

"Aku bahkan bisa membelikan semua buku di rak ini Tae. Ambil keduanya saja."

Dengan datarnya Yoongi memberi usulan lalu berjalan menuju kasir. Taehyung sempat meringis mendengar nada Yoongi hyungnya yang di keren-kerenkan itu.

"Baiklah."

Pada akhirnya Taehyung mengambil kedua buku itu dan membawanya menuju kasir karena Yoongi sudah menunggu.

Dikeluarkannya blackcard miliknya dengan santai pada penjaga kasir. Taehyung dengan sabar menunggu bukunya.

"Apa anda ingin menyampulnya, Tuan?"  sang penjaga kasir bertanya pada Yoongi. Dia pun berbalik menatap Taehyung.

"Iya, beri sampul sekalian." sang penjaga kasir mengangguk dan mulai menyampul dengan cepat nan rapi.

"Sudah Tuan, Terima kasih  atas kunjungannya"

Sang penjaga kasir menyodorkan dua buku yang sudah tersampul rapi itu pada Yoongi dan mereka berdua keluar dari toko tersebut.

"Terima kasih banyak hyung.."

Taehyung benar-benar merasa senang hari ini.

"Kita makan malam dulu sebelum pulang Tae" ucap Yoongi setelah menengok jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah tujuh itu.

"Ingin makan apa?"

"Ramen. ah tidak. Udon. ahh.. emm.."

"Cepatlah Tae!" Yoongi mulai gemas.

"Baiklah. Kareee.. dengan telur"

Yoongi mengangguk paham dan segera mereka menuju restoran Jepang diseberang jalan.

Hari ini Taehyung senang. Bisa menghabiskan waktu bersama Yoongi hyung seharian, benar-benar membuatnya senang. 

.

.

.

"Aku pulang"

Sepi. Taehyung mendapati rumahnya sepi tak ada orang. Tidak biasanya. Bahkan lampu di tiap ruangan juga belum dinyalakan.

"Kemana mereka semua? Ibu! Namjoon hyung!"

Setelah menyalakan lampu, Taehyung mengecek setiap sudut ruangan itu. Nihil. Orang-orang dirumah sedang pergi.

Taehyung pun tak ambil pusing dan langsung masuk ke kamarnya. Meletakkan sebuah buku yang baru dibelikan Yoongi dan begitu juga buku satunya disimpan olehnya juga.

Setelah membersihkan badan, Taehyung teringat jika selama pergi dia tak mengecek ponselnya.

Terdapat puluhan panggilann dan juga pesan yang masuk di ponselnya.

Terlihat jelas nama sang ibu berada disana. Dengan segera Taehyung membaca pesan.

"Namjoon hyung.." lirihnya.

.

.

.

Taehyung berlari tunggang langgang menuju rumah sakit terdekat. Dengan segera menuju ruang rawat yang sudah ibu kirimkan pada nya.

"Namjoon hyung!"

Taehyung dengan brutal membuka pintu kamar rawat itu. Terlihat sang ayah yang tengah berdiri disamping ibunya. Terlihat jelas wajah sang ibu yang sedih memandang Namjoon hyungnya yang tengah  memejamkan mata.

Ayah Kim meliriknya sejenak lalu memalingkan wajahnya kembali. Tatapan itu entah mengapa membuat Taehyung sakit.

"Ibu.. Namjoon hyung.."

"Untuk apa kau kemari?" ucap sang ayah dingin

"Ayah..aku.."

.

.

.

"Pergilah dulu Tae"

"Ibu.."

.

.

.




I want (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang