36

2K 289 4
                                    


Thor balik lagi..

.

.

Semoga yang lagi puasa dikuatkan sampai buka..

.

.

Jaga kesehatan dan dirumah aja ya Good Reader^^

.

.

Happy Reading Good Reader^^

.

.

Setelah insiden pertemuan yang tak terduga, Namjoon menjadi cemas tentang apa yang ia lihat. Taehyung, adiknya, di depan matanya namun tak mengenalnya. Namjoon jelas sangat hapal betul seperti apa wajah sang adik.

Taehyung memiliki tahi lalat di bawah matanya dan juga ujung hidungnya. Namjoon benar-benar melihatnya. Pemuda itu, Taehyung. Tapi kenapa ia tak mengenal Namjoon dan siapa pemuda pendek yang garang itu?

Namjoon benar-benar tak habis piker. Namjoon bingung harus mencari adiknya dimana lagi. Dia benar-benar sudah putus asa. Kalau pun pemuda yang ia temui di mall itu adalah adiknya, tapi mengapa ia sama sekali tak mengenalnya.

"Victor? Nama itu..."

"Namjoon, sedang apa kau?" lamunan Namjoon terpecah karena panggilan dari Seokjin.

"Ah, tidak hyung. Bukan apa-apa." Seokjin tentu tahu Namjoon berbohong.

"Apa kau masih memikirkan kejadian kemarin?" Namjoon menghela nafas panjang.

"Hyung, aku sangat mengenal Taehyung. Bahkan bentuk wajah dan letak tahi lalat pun tahu. Aku yakin yang kemarin itu Taehyung, hyung. Dia Taehyung yang kita cari selama ini." Seokjin terdiam mendengar tuturan Namjoon.

"Entahlah Joon. Aku juga ingin percaya dengan apa yang aku lihat saat di rumah sakit waktu itu, tapi..." Seokjin ingin sekali percaya, namun rasa ragunya hinggap di dirinya.

"Hyung, kemarin aku mendengar nama 'Victor'. Pemuda pendek yang aku temui itu memanggil Taehyung dengan nama 'Victor'". Seokjin seketika teringat kejadian di basement rumah sakit. Dia juga mendengar nama 'Victor' itu.

"Joon, aku akan ke rumah sakit sebentar. Kau tetaplah dirumah. Hyung ingin memastikan sesuatu sebentar." Namjoon terlihat kebingunan.

Seokjin terlihat bergegas menuju rumah sakit. Dia berharap apa yang ia cari selama ini ada di sekitarnya. Hari ini beruntung ruang resepsionis dijaga oleh rekan baiknya, Jisoo.

"Jisoo-ah, bisa kau menolongku? Ini penting." Ucap Seokjin tak ingin basa basi. Jisoo yang ditanya Nampak sedikit bingung namun dengan senang hati membantu.

" Apa yang bisa kubantu dokter Kim?"

"Bisa kau membantuku mencarikan data pasien bernama 'Victor'?" pinta Seokjin yang dibalas anggukan oleh Jisoo.

"Aku seperti familiar dengan nama itu, tapi sebentar aku carikan." Ucap Jisoo sembari mencari di computer nama 'Victor'.

"Ketemu, tapi 'Victor' mana yang anda carai dokter Kim? Ini ada beberapa nama ' Victor' dengan marga yang berbeda." Seokjin membaca beberapa nama 'Victor' tersebut.

"Apa setiap pasien selalu mencantumkan fotonya, Jisoo-ah?" Jisoo mengangguk pelan dan mengutak-atik keyboardnya lagi.

"Ini beberapa foto yang bernama 'Victor', dok. Jika saya boleh tahu, siapa yang sedang anda cari?" tanya Jisoo yang tak diindahkan oleh Seokjin yang sedang focus dengan layer computer.

Dilihatnya dengan teliti setiap foto itu, mata Seokjin seketika melebar. Dia menjadi tergagap melihat salah satu 'Victor' disana.

"Jisoo-ah, bisa kau carikan informasi 'Victor' ini?" tunjuknya pada salah satu foto itu. Dengan cepat Jisoo mencari penjelasan lanjut tentang foto tersebut.

"Namanya Jung Victor. Dirawat karena demam beberapa minggu yang lalu. Wali Jung Victor adalah Jung Hoseok."

"Jung Hoseok?" Jisoo mengangguk pelan.

"Iya, anda pasti belum mengenal beliau. Jung Hoseok adalah donator tetap di rumah sakit ini. Tidak hanya dirumah sakit ini juga, dia banyak mendonasikan hartanya untuk beberapa rumah sakit di Korea ini. Beliau juga sangat humble dan murah senyum, tapi akan sangat protektif dengan sang adik."

"Adik?" Jisoo mengangguk pelan.

"Iya, Jung Victor adalah adik dari tuan Hoseok. Dia memiliki gangguan pada telinganya hingga harus memakai alat bantu dengar."

"Begitu ya. Apa kau pernah melihat atau bertemu dengannya?" Seokjin bertanya lebih jauh. Semakin ia tahu, semakin baik.

"Beliau seminggu sekali akan ke rumah sakit untuk mengurus beberapa kepentingan. Karena ini rumah sakit swasta, beliau juga menanamkan saham disini." Jelas Jisoo.

"Lalu bagaimana dengan adiknya, Jung Victor?" Jisoo mengernyitkan dahinya.

" Keluarga Jung memiliki bisnis bunga yang sangat terkenal. Mengenai adiknya, ia pernah beberapa kali kemari untuk mengantar bunga."

"Sebenarnya ada apa anda bertanya hal ini dokter Kim?" Seokjin menggeleng pelan.

"Tidak apa-apa, hanya sedang memastikan sesuatu." Jisoo mengangguk paham.

"Emm.. ngomong-ngomong. Apa buket bunga keluarga Jung cantik?" tanya Seokjin pada Jisoo.

"Bukan hanya cantik. Sangat cantik dok Kim. Saya pernah melihat beberapa buket rangkaian adik tuan Jung. Sangat cantik, dia sangat berbakat." Ucap Jisoo dengan penuh antusias seolah dia adalah penggemarnya.

"Bisa kau beri tahu took bunganya? Aku mendapat pesanan buket bunga untuk seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bisa kau beri tahu took bunganya? Aku mendapat pesanan buket bunga untuk seseorang." Jisoo terkejut seketika.

"Apa anda sudah memiliki pacar? Wahh.. selamat dokter Kim." Seokjin hanya menggaruk tengkuknya canggung.

Sungguh Seokjin bersyukur karena Jisoo, rekan kerjanya, dengan senang hati memberikan alamat toko bunga keluarga Jung. Dengan segera ia kembali ke apartemennya takut jika Namjoon menunggunya terlalu lama.

.

.

.

Kurang lebih buket yang dilihat mbak Jisoo kayak gitu...

I want (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang