19.

2.8K 354 12
                                    

Masih pagi dan author udah uppppppp..

.

.

.

happy reading, good reader

.

.

Setelah menunggu hampir tiga jam lama nya. Pintu ruang operasi itu akhirnya terbuka. Menunjukkan raut cemas sang dokter yang bercampur dengan lelah itu. Hoseok dan ayahnya segera menghampiri sang dokter untuk meminta kejelasan pada orang yang baru ia operasi tersebut.

Tanpa Hoseok dan sang ayah minta, sang dokter cukup paham hanya dengan melihat raut wajah mereka. sang dokter terlihat menghela napas sejenak. Memijit pangkal hidung yang entah kenapa masih berkedut itu.

"Kalian harus benar-benar bersyukur karena pemuda itu akhirnya baik-baik saja"

Hoseok dan sang ayah yang mendengarnya seketika merasa lega.

"Tapi.." ucapan menggantung dari sang dokter membuat Hoseok kembali dirundung cemas. Ditatapnya sang dokter lagi menunggu kelanjutan ucapannya.

"Saya ragu dengan diagnosa saya. Benturan di kepalanya cukup parah dan bisa dipastikan sistem pendengarannya akan ikut berpengaruh akibat otak kecilnya mengalami pembengkakan. Ditambah lagi ia harus mengalami amnesia sementara." Jelas sang dokter yang membuat ayah Hoseok meluruh di lantai mendengarnya.

Hoseok dengan segera menopang tubuh sang ayah dan menuntunnya ke kursi yang tak jauh dari mereka berdiri.

"Kita harus bagaimana Hoseok-ah?. Ayah merasa sangat bersalah" Hoseok yang melihat sang ayah begitu terkejut dan tertekan itu segera mengambil tindakan.

"Untuk saat ini, bolehkan pemuda itu kami rawat hingga ingatannya kembali dok? Dan bisakah dokumen pemuda itu anda proses segera dengan marga keluarga Jung, pakai nama saya 'Jung Hoseok' sebagai walinya? Kami akan bertanggungjawab sepenuhnya"

Ucapan Hoseok membuat sang dokter terkejut sekaligus tertegun. Mendengar marga Jung saja sang dokter sudah habis kata. Meskipun sang dokter tau marga Jung di Korea itu sangatlah banyak, namun marga keluarga Jung yang sedang dihadapannya itu bukan keluarga sembarangan.

Mengingat reputasi seorang pemuda yang bernama Jung Hoseok itu cukup berpengaruh pada beberapa rumah sakit di Korea sebagai donatur terbesar disana. Tak jarang orang-orang disekitarnya kagum melihat begitu tampan dan murah hatinya sang pemuda itu.

Sang dokter dengan segera menelpon seseorang untuk segera mengurus dokumen pemuda itu dan meminta suster yang masih berada di ruang operasi itu untuk segera memindahkan pemuda itu ke ruang rawat Vvip.

"Dokumen tersebut akan keluar dalam waktu dua hari tuan. Sekarang pemuda tersebut akan dibawa ke ruang rawatnya, anda bisa mengikuti para suster. Saya permisi tuan, jika ada sesuatu yang dibutuhkan segera hubungi kami."

Sang dokter pun pergi berlalu dan terlihat tergesa-tega. Hoseok dan sang ayah mengikuti para suster yang membawa pemuda tampan itu ke ruang rawatnya.

"Semua akan baik-baik saja yah. Kau tak perlu khawatir. Kita akan merawatnya seperti keluarga kita sendiri yah. Sudah lama sekali aku menginginkan seorang adik" Hoseok tersenyum lembut pada sang ayah.

.

.

I want (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang