3..

3.9K 447 7
                                    

"Sini hyung hanya mau li...hat..."

.

.

.

.

Taehyung masih berusaha mempertahankan kantong plastiknya. Enggan untuk diberikan pada hyungnya. Namun Namjoon itu seperti ayahnya, keras kepala.

Dia terus saja menarik kantong plastik itu. Terjadilah aksi tarik menarik diantara mereka.

"Ini hanya buku hyung, tidak lebih! " Taehyung mencoba mempertahankan buku-buku berharganya.

"Buku apa? Sini hyung cek" Taehyung menggeleng.

Keributan itu terdengar hingga lantai bawah. Sang ayah yang baru pulang dan ibu yang menyusul nya dibelakang mendengar keributan itu pun menaiki tangga menuju lantai dua.

Taehyung dan Namjoon masih sibuk dengan acara tarik menariknya. Tuan Kim yang baru sampai di lantai atas mengernyit heran. Dan...

*Brak..

Plastik itu sobek dan menjatuhkan isinya. Taehyung terkejut seketika dan menatap hyungnya sengit.

Sang ayah yang melihatnya pun mengambil buku yang tergeletak naas. Taehyung seketika menunduk takut. Namjoon yang melihat ayahnya yang mengambil buku itu pun ikut terkejut.

Benar kata adiknya, isinya hanya buku bacaan yang Taehyung sukai tidak lebih. Namjoon merasa bersalah atas sikapnya pada Taehyung. Namjoon yang melihat adiknya menunduk takut pun menambah rasa bersalahnya berkali-kali lipat.

"Ini milik siapa? " tanya kepala keluarga itu dengan tegas.

Namjoon dan Taehyung sama-sama terdiam.

" Ayah tanya sekali lagi, buku ini milik siapa?! " tegasnya sekali lagi. Taehyung terkejut dengan suara sang ayah.

" Ah.. Ayah.. B-buku itu milikk--"

" Milikku yah" kata Taehyung memotong seenaknya ucapan Namjoon. Namjoon terkejut akan ucapan adiknya. Seketika gelabakan, takut akan murka sang ayah pada adiknya.

"T-tidak yah, itu bukuku. Aku membelinya di tadi di tok--"

"Itu bukuku yah"

"Tae... " lirih Namjoon.

Taehyung memotong ucapan hyungnya untuk kesekian kalinya. Tersenyum hangat pada sang hyung. Memberikan pandangan seolah masalah ini adalah masalahnya.

*Plak

Suara tamparan keras itu menggema di lantai dua. Ibu yang tengah dikamar tak mengetahui keadaan tegang di depan kamar kedua putranya.

"Ayah.. " Namjoon memandang sang ayah dengan perasaan marah.

" Sudah berapa kali ayah bilang, berhenti membaca buku-buku tak berguna ini!. " sembari melempar buku itu kesembarang tempat.

Taehyung masih berdiam diri. Pipi kirinya terasa panas dan memerah karena tamparan sang ayah.

" Ayah.. Taehyung hany--"

"Masuk ke kamar mu Namjoon. "

" Ayah.. " Namjoon memohon

" Masuk ke kamar. " Namjoon menghela nafas jengah. Dia hanya bisa menuruti ucapan sang ayah dan berjalan masuk ke kamarnya.

Sampai di ambang pintu kamrnya dia melirik Taehyung yang telah menahan perasaannya.

" Maaf Tae" lirihnya yang terdengar di telinga Taehyung.

Taehyung terkekeh kecil. Merasa jengah dengan semua perilaku orang-orang dirumahnya.

"Bisa kau jelaskan ini pada ayah Tae? " tanya sang ayah kembali. Taehyung menarik nafas pelan. Seolah mencoba mengumpulkan keberanian dan kata-kata yang pas untuk menjelaskannya pada sang ayah meskipun sebenarnya itu sama saja.

" Tak ada yang perlu dijelaskan yah. Mereka memang bukuku. " ucapnya datar

" Sudah berapa kali ayah katakan Taehyung! "

"Mereka hanya buku-buku yang ingin aku baca" sanggahnya

*Plak

Sebuah tamparan mengenai pipinya lagi. Ah.. Sisi bibirnya sudah robek sekarang. Tamparan tuan Kim memang tak pernah main-main. Taehyung mengepalkan kedua tangannya menahan sakit.

"Masuk ke kamarmu dan jangan harap kau mendapatkan uang saku untuk bulan ini Tae. Buku-bukumu akan berakhir di perapian pagi ini. " jelas sang ayah yang beranjak dari posisinya hendak menuruni tangga.

" Mengapa? " ucapnya lirih yang masih bisa didengar oleh sang ayah. Tuan Kim. Menghentikan langkahnya tanpa menengok sang anak.

" Mengapa mereka harus berakhir diperapian jika mereka bisa berakhir di rak bukuku. "

Sang ayah pun kembali menuruni tangga tanpa menjawab pertanyaan dari Taehyung. Taehyung masih terdiam diposisinya berdiri. Mati-matian menahan air matanya yang sudah siap jatuh kapan saja. Menatap nanar dua bukunya yang akan dieksekusi sang ayah esok hari.

Berjalan memungut mereka dan memeluknya. Air matanya sudah terjatuh entah sejak kapan. Terisak pelan tanpa seorang pun mau menenangkannya.

"Aku hanya ingin mereka. Hiks.. Hiks.. "

Namjoon yang mengintip dari balik pintunya merasa iba dengan sang adik. Sungguh adiknya terlihat rapuh. Ingin rasanya memeluk dan mengusap punggung sang adik namun dia urungkan karena merasa bersalah padanya.

" Maafkan hyung Tae"

.

.

.

.

.

I want (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang