Malming siap-siap uppp lagi dari author..
happy reading , good reader..
.
.
.
Sudah lebih dari seminggu ini Taehyung membawa bekal dari rumah. Dia tak masalah akan hal itu. Dia juga tak berniat untuk meminta kembali hak nya atas uang saku yang sebenarnya tak apa dia minta. Tapi dia sudah tak peduli.
Toh, tabungan pada dirinya masih ada. Sisa uang membeli buku dan uang hasil dia mengikuti event-event kecil disekolahnya. Taehyung merasa cukup untuk simpanannya di beberapa hari ini.
Tapi entah perasaan Yoongi atau apa. Taehyung yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri sedikit berbeda. Dia lebih menjadi dingin dan juga sedikit kasar. Tempramennya jadi berubah meskipun hanya sedikit. Tapi tetap saja, itu sedikit menganggu.
Apa lagi, Taehyung pernah kepergok menampar seorang siswa didepan toilet disaat pelajaran tengah berlangsung.
Yoongi jelas tak percaya akan hal itu. Tapi mau bagaimana lagi? Dia sendiri yang melihatnya langsung. Dia sendiri yang melihat dengan mata kepala nya sendiri.
.
.
.
"Tae.. ayo pulang" Panggil Yoongi di depan pintu kelas Taehyung.
Terlihat Taehyung tengah terduduk nyaman di bangkunya, sembari memegang benda kesayangannya yang beberapa minggu lalu diberikan oleh Yoongi.
"Iya.. hyung"
Taehyung menyusul Yoongi dibelakangnya. Dengan masih membaca beberapa kalimat di bukunya itu . Yoongi yang berada di depannya meliriknya sejenak dan menyambar lengan adiknya itu dengan erat.
"Berhenti membaca saat sedang berjalan. Kebisaan ini harus kau hilangkan Tae. Kau bisa dalam bahaya jika menghiraukannya"
Nasihat Yoongi terdengar menuntut dan terkesan marah. Taehyung tahu dan hapal. Dengan segera ia menurunkan buku di depan wajahnya dan menepis tangan Yoongi yang masih di lengannya.
"Memangnya kenapa hyung? Toh selama aku membaca aku masih bisa melihat jalanan dengan sisi mataku. Kau terlalu khawatir hyung"
"Berhenti berlagak seperti bad boy Tae. Katakan kenapa kau seperti ini"
Yah, Bukan Yoongi namanya jika bukan terus terang. Yoongi menarik lengan Taehyung kembali.
"Memangnya aku ada apa hyung? Aku baik-baik saja. Lihatlah" Taehyung merentangkan ke dua lengannya.
Yoongi hanya bisa menghela napas dan menarik Taehyung keluar dari sekolah. Membawanya pulang secepatnya agar Taehyung tak dihukum oleh Tuan Kim.
Selama perjalanan pulang mereka berdua saling membisu. Tak berniat untuk saling membuka mulut ataupun mengobrol singkat. Yoongi merasa jengkel dan marah. Taehyung tetap sama. Selalu memendam masalahnya sendiri dan Yoongi benci itu. Dia merasa tak dihargai sebagai seorang sahabat dan juga hyungnya. Yoongi merasa sakit hati akan hal itu.
Sesampai dipersimpangan jalan antara rumahnya dan rumah Taehyung. Yoongi baru mau membuka mulutnya.
"Pulanglah Tae, aku tak ingin ayahmu menghukummu." ucapan Yoongi membuat Taehyung terkekeh pelan. Yonggi mengernyit dahinya.
"Hahaha.. biarkan saja hyung. Toh itu memang makanan sehari-hariku. Aku pulang dulu hyung. Hati-hati dijalan dan Terima kasih" Taehyung berlalu meninggalkan Yoongi yang masih bergeming di posisinya.
.
.
.
"Aku pulang.""Kau terlambat Tae. Sudah berapa kali Ayah kata..."
"Memangnya kenapa?" Taehyung memotong ucapan sang ayah dengan tak sopan dan tak lupa dengan nada dinginnya itu.
"Kau!"
"Memangnya salah ya?" lirihnya sembari terkekeh hambar yang masih bisa terdengar di telinga sang ayah.
"Hahaha.. lucu sekali. Bahkan Namjoon hyung yang melakukan apapun yang ia sukai tak pernah dipermasalahkan. Tapi , aku yang hanya pulang terlambat selama 10 menit saja dimarahi habis-habis. Hahaha.. benar-benar lucu. Apa jangan-jangan Taehyung bukan anak ayah?"
*Plakk
Tamparan keras telak mendarat di pipi mulus Taehyung. Sensasi panas dan nyeri bersarang disana. Taehyung kembali terkekeh pelan.
"Lihat. Bahkan kekerasan di rumah ini benar-benar hebat."
"Jaga ucapanmu Tae!" ayah Kim sudah naik pitam
"Apa yang harus dijaga? Memang benar bukan? Katakan saja jika Taehyung ini bukan anak dari Tuan Kim yang perfeksionis!."
Taehyung berteriak tepat di depan ayahnya. Ayah Kim terkejut seketika. Tak bisa mempercayai jika anaknya menjadi sepembangkak ini. Taehyung terlihat merah padam, nafasnya menjadi tak beraturan dan entah mengapa ada sensasi tak nyaman di lehernya.
"Terima kasih atas tamparannya yah. Permisi"
Taehyung pun berlalu meninggalkan sang ayah yang masih terpaku. Dengan segera Taehyung berlari cepat menuju kamarnya. Membuka dengan paksa kamar mandi dan menyalakan shower kamar mandinya.
"Hoekk... Hoekk.. Hah.. Euggh..Hoek..."
Taehyung muntah dengan parahnya. Semua makanan yang ia makan siang itu keluar dengan gilanya. Pucat pasi terlihat jelas di wajah tampannya. Setelah membasuh muka, dia kembali di ranjangnya dengan susah payah. Perutnya terasa seperti di aduk-aduk. Benar-benar tak nyaman.
"Ughh.. Perut sialan"
Sembari memaki dirnya sendiri Taehyung membuka nakas di sebelah ranjangnya. Mengambil beberapa butir obat di dalam botol dan menegaknya tanpa air.
Perlahan dengan pasti tubuhnya meluruh jatuh bersandar diranjangnya. Helaan napas berulang kali terdengar dan isakan kecil entah mengapa mulai ikut terdengar. Dengan segera Taehyung mendekap mulutnyaerat. Meredam tangisnya yang mulai menjadi dan takut jika orang diluar kamarnya mendengar.
.
.
.
'Bahkan jika kau ingin membunuhku. Bunuh saja. Jangan menyiksaku terlalu lama."
.
.
karena author lagi ngeh.. makanya chapter ini panjanggggggg tak seperti biasanya...
KAMU SEDANG MEMBACA
I want (Complete)
Nouvelles"Pulanglah bersamaku, Tae." Kim Namjoon. "Aku menemukan diriku disini, hyung." Taehyung. "Terimakasih untuk tetap tinggal, Vi " Hoseok Namjoon itu kakak yang baik, hanya saja dia tak tahu bagaimana memberikan rasa perhatiannya pada sang adik. ...