Kandungan Bella sudah memasuki delapan bulan. Reynald sangat antusias menunggu kelahiran sang buah hati, sedangkan Bella takut-takut antusias gitu rasanya. Tidak menyangka sebentar lagi akan jadi seorang mama.
Setiap minggunya Reynald selalu mengajaknya untuk mengontrol anak didalam perutnya. Padahal sang dokter menyuruhnya untuk dua minggu sekali periksa tapi yang namanya Reynald, ia malah mengarang jadwal. Tiap jadwalnya chack up, Reynald pasti mengantar Bella terlebih dahulu ke rumah sakit setelah itu baru pergi ke kantornya.
Nanti setelah selesai dengan meetingnya, Reynald janji ingin mengajak Bella membeli perlengkapan bayi mereka yang masih kurang, jadinya Bella sangat senang.
Siang ini Bella sudah rapi dengan dress navy selututnya dipadukan dengan sepatu sneakers putihnya. Walaupun perutnya membuncit, tapi tidak mengurangi kecantikan diwajahnya. Justru terlihat lebih cantik dan menggemaskan saat pipinya yang makin berisi itu sangat pas di bentuk wajahnya.
Bella berinisiatif untuk ke kantor Reynald saja, dari pada harus menunggu suaminya yang menjemputnya pasti akan lama. Karena Bella yang tidak suka menunggu jadinya Bella nekat pergi ke kantornya dengan supir pribadinya.
Selama diperjalanan Bella mengirim chat pada suaminya itu, tapi belum juga dibalas. Apa masih meeting? Reynald bilang kalau ia selesai saat jam makan siang. Tapi ini sudah masuk jam makan siang, apa belum selesai juga? Ingin telpon takut ganggu, jadi lebih baik langsung saja ke ruangan kantornya.
Sesampainya ia di depan gedung tinggi milik suaminya itu, Bella langsung masuk dan mendapat sapaan hormat dari karyawan disana. Karena memang mereka mengenali sosok nyonya Lazuardy.
Bella hanya tersenyum saat mendapati sapaan disepanjang perjalanannya menuju ruangan Reynald. Lift yang ditumpangi Bella sudah berhenti dilantai lima belas, dimana itu adalah ruangan suaminya.
Bella keluar dari lift sambil mengelus perut besarnya itu. Pandangannya langsung teralihkan dimeja sekertarisnya, sejak kapan Diky memakai lipstik dan membawa kaca kecil di mejanya? Tak memusingkan hal itu, Bella langsung masuk kedalam ruangan Reynald tanpa mau repot-repot mengetuk pintu.
Wajah Bella jadi marah setelah melihat Reynald yang tengah duduk dikursi kebesarannya, dengan seorang cewek yang memberikan kopi diatas mejanya. Apa-apaan suaminya ini?
"Sayang?" Reynald langsung bangun dari duduknya. Bella kesal melihat suaminya bersama cewek lain didalam ruangan yang tertutup ini. Bagaimana kalau mereka macam-macam?
Bella sudah ingin pergi dari sana, tapi pergerakan Reynald sudah lebih dulu menahannya. Coba saja kalau perutnya tidak sebesar ini, pasti Bella mampu untuk berlari cepat keluar dari sini.
Reynald menyuruh cewek itu untuk keluar, Bella terpekik saat tubuhnya melayang dalam gendongan Reynald.
"Nakal! Aku kan udah bilang kalo kamu tunggu dirumah aja" Reynald mendudukan Bella disofa dekat jendela.
"Pantesan. Takut ke gap kaya gini kan? Nyesel ya karna belom sempet ngapa-ngapain ama cewek itu?" tuduh Bella. Ia ingin menangis rasanya saat ini juga. Kenapa ia harus melihat suaminya disediakan kopi sama cewek lain? Apa gunanya punya tangan dan kaki?
"Ngaco kalo ngomong! Dia itu kenalannya Diky yang gantiin Diky selama cuti. Soalnya istrinya pengen lahiran" jelas Reynald berharap Bellanya akan mengerti. Tapi yang namanya ibu hamil, selalu saja merasa menang akan segala pikiran negatifnya itu.
"Boong! Pantes aja gak nyuruh aku ke sini. Gak taunya ada cewek lain yang lebih seksi disini" air mata Bella sudah turun. Ia sangat kesal dengan suaminya itu, tega sekali Reynald disaat persalinan Bella tinggal menghitung minggu
KAMU SEDANG MEMBACA
Reynald Bella (After Marriage)
Fiksi RemajaSQUEL COUPLE GOALS ⚠TERDAPAT UNSUR 20++⚠ Siapa bilang anak jaman sekarang pacarannya lebay? Bella dan Reynald membuktikan fakta bahwa mereka bukan pasangan lebay seperti diluaran sana. Walaupun mereka sering di juluki couple goals semasa sekolahnya...