Hujan mulai berhenti, cahaya matahari mulai kembali menerangi bumi ini.
Beberapa orang mulai pergi kembali melanjutkan perjalanan karena bumi sudah kembali terang.
Abrega melirik Aneera. "Hujannya udah berenti, lo mau kaya gini terus sampe pulang apa sampe kita resmi jadian An?" ucapnya.
Aneera spontan menoleh lalu sedikit menjauh dari Abrega, dia melihat keadaan sekitar, benar hujan sudah berhenti.
Abrega membenarkan jaketnya. "Ayuk gue anter pulang." Abrega menggenggam tangan Aneera.
"Eh apaan nggak, nggak usah," sahut Aneera seraya berusaha melepas tangan Abrega.
Tapi Abrega masih tetap menggenggam tangannya. "Gue nggak bakal macem-macem, lo itu lebih aman pulang sama gue daripada sama taksi-taksi. Lagian sekarang kan lagi banyak kasus orang diculik gara-gara naik taksi, lo mau jadi salah satunya?"
Aneera menelan saliva, dia mana mau jadi salah satu korban penculikan.
"I—iyaudah lepasin dulu."
Abrega melepas tangan Aneera. Dia kemudian mendekat ke motornya lalu membuka bagasi motor, memasukkan plastik berisi kertas yang tadi dia fotokopi lalu menutupnya kembali dan naik ke atas motornya.
"Rumah lo jauh apa deket dari sini?" tanya Abrega.
"Nggak deket nggak jauh,"
"Wah kaya kita ya,"
"Hah apaan sih?"
"Heheh, ada polisi nggak kira-kira?"
"Nggak ada."
"Serius?"
"Ck bohong, ya serius dong."
"Yaudah yaudah ayuk, naik."
Aneera kemudian naik ke motor Abrega. "Lo pelan-pelan ya bawanya, kalo enggak nih balon bisa pecah atau nggak terbang."
"Iyaa Mama."
"Dih apaan lo gue bukan Mama lo!"
"Loh kita kan Mama dan Papa?"
Aneera menepuk pundak Abrega.
"Sakit anjir!"
"Makanya lo jangan ngaco!"
"Iyaa iyaa bercanda ampun."
Abrega kemudian menjalankan motornya, melewati jalan-jalan yang diarahkan oleh Aneera dibelakang sana.
Abrega sesekali melirik kaca spion lalu tersenyum kala menemukan Aneera yang tengah memegangi balon pemberiannya.
Selang beberapa menit, mereka sampai.
Abrega memberhentikan motornya tepat di depan gerbang berwarna coklat rumah Aneera.
Aneera kemudian turun dari sana, dia membenarkan roknya.
"Makasih udah nganterin gue," ucap Aneera.
"Lo nggak nawarin mampir?" sahut Abrega.
"Hah? emang harus ya?"
"Ya gue udah menolong lo masa nggak di kasih air dingin gitu minimal."
"Dih beli aja sendiri sana."
"Yaampun suruh beli sendiri coba."
"Duh bawel banget sih, yaudah-yaudah ayuk masuk, tapi cuma minum ya abis itu lo pulang."
Abrega tersenyum lebar mendengarnya.
Aneera kemudian menekan tombol bel rumah.
Tak lama seseorang membuka gerbang, ternyata Mang Pian.
![](https://img.wattpad.com/cover/209106369-288-k824114.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Abrega
Novela Juvenil"Aneera," panggil Abrega. "Hmm?" sahut Aneera seraya menatap Abrega. "Tujuan hidup lo apa?" Aneera memicingkan matanya. "Kenapa emang tanya tanya tujuan hidup gue?" "Karena sayang." "Apasih?" "Ya lagian, ya karena mau tau dong, pake nanya" Aneer...