bagian tiga puluh tujuh

3.7K 534 109
                                    

Sepanjang jalan pulang hingga sampai, Abrega tak henti tersenyum hanya karena ada Aneera dipikiran dan hatinya.

Dia memarkirkan motor, lalu melepas helm, kemudian mencabut kunci.

Abrega menyapa Bi Ika yang sedang membuang sampah. "Papa sama Mama udah pulang? kok tumben?" tanyanya karena melihat adanya mobil Papa.

Bi Ika tersenyum. "Iyaa Den, sudah pulang, Bibi juga kurang tau."

Abrega menganggukkan kepala seraya membenarkan posisi rambutnya. "Kalo gitu Abrega masuk dulu."

Bi Ika sedikit menunduk. "Iyaa Den."

Setelah itu, Abrega melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

"Ah ini dia yang kita tunggu-tunggu, akhirnya pulang juga." ucap Papa yang tengah duduk di ruang tamu bersama Mama.

Abrega memainkan kunci seraya berjalan kesana, lalu duduk di sofa. "Pada nungguin Abrega? kenapa emangnya?"

Mama menaruh gelas yang baru saja dia minum isinya itu kembali ke atas meja, lalu tersenyum seraya menatap Abrega. "Sebelumnya Mama mau tanya, kamu ini belum punya pacar kan?"

Abrega terdiam beberapa detik lalu menggelengkan kepala.

Senyum Mama semakin lebar. Begitupun dengan Papa.

"Jadi gini Ga, Papa sama Mama ini punya temen lama, dan kita baru aja tadi ketemu, terus tadi kita ngobrol banyak, dan ternyata dia ini punya anak perempuan Ga, cantik banget! Mama yakin kamu pasti suka!"

Abrega mengernyit. "Hah? gimana sih, terus maksud Mama apa? kalo dia cantik kenapa?"

Mama melirik Papa dengan senyum sumringah. "Iyaa, jadi maksudnya Mama sama Papa, mau jodohin kamu sama anaknya."

Abrega spontan tertawa mendengar itu. "Mama sama Papa bercanda ya?"

"Ih Ga, ini Mama serius loh, anaknya cantik dan baik, dan Mama sama Papa juga kenal baik sama mereka."

"Ma, anak Mama ini laku banget, Abrega kedipin juga mau cewek-cewek. Ngapain pake acara jodohin segala sih? ini kan kehidupan nyata Ma, bukan ftv atau sinetron." sahut Abrega.

"Abrega, tapi Mama sama Papa juga maunya yang terbaik buat kamu, daripada kamu cari-cari nggak ketemu yang pas mending sama ini aja ya kan? udah jelas orangtuanya, latar belakangnya, anaknya juga baik dan cantik, daripada kamu pacar-pacaran nggak jelas ya kan?"

"Abrega udah nemu yang pas kok."

"Siapa coba kasih tau Mama?"

Abrega terdiam beberapa detik, mana mungkin dia bilang ada Aneera sedangkan dia sendiri tidak tahu bagaimana perasaan Aneera yang pasti terhadapnya.

"Ada pokoknya."

Papa menghembuskan nafas.

Mama menelan saliva. "Tapi tadi Mama udah terlanjur bilang sama dia Ga, soal perjodohan ini."

"Dibatalin aja Ma, Abrega nggak bisa." ucap Abrega dengan tegas kemudian melangkahkan kaki menuju kamarnya tanpa mengindahkan panggilan dari kedua orangtuanya.

Papa mengusap lengan Mama, menenangkan Mama agar tidak emosi.

Abrega menutup pintu kamar. Dia menggaruk kepalanya, bagaimana bisa dengan segampang itu kedua orangtuanya mau menjodohkan dia?

"Anjir dah masa iya gue dijodohin, orang gue maunya sama Aneera, apaan coba?"

Abrega mengambil ponselnya lalu mengirim pesan untuk ketiga sahabatnya.

AbregaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang