Sejak hari itu, Abrega tidak berhenti memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk kembali memperjuangkan Aneera, yang tentunya tanpa harus melukai hati Mama, Anfeera atau siapapun.
Abrega sesekali melihat betapa bahagianya Mama yang menanti hari pertunangan tiba, sesekali juga Abrega melihat betapa menyedihkan dirinya tanpa Aneera.
Dan hari ini, tepat berakhirnya ujian sekolah.
Abrega hanya duduk seraya menatap Aneera di depan sana yang tengah bersama Daira, sama seperti hari-hari sebelumnya, hanya menatap walaupun hatinya ingin menetap.
"Gimana Ga? dua hari lagi acara pertunangan lo kan?" tanya Gilang, membuat Abrega tersadar lalu menatapnya.
Abrega membuang nafas. Dia beralih menatap Gilang yang tengah minum es buah. "Gue masih belum temuin waktu yang tepat untuk batalin perjodohan. Setiap kali gue mau usaha untuk bilang, Mama gue selalu keliatan bahagia ngomongin soal perjodohan itu. Gue cuma nggak siap ngebunuh rasa bahagia Mama gue cuma untuk menghidupkan rasa bahagia gue."
Gilang berhenti mengunyah, begitupun Janu dan juga Ivar. Mereka bertiga terdiam menatap Abrega.
Sungguh setelah sekian lama bersahabat dengan Abrega, mereka baru tahu bahwa rasa sayang Abrega pada Mamanya ternyata sedalam itu.
Mereka tahu betul dan bisa merasakan bagaimana rumitnya perasaan dan pikiran Abrega saat ini. Tapi sayang mereka tidak bisa membantu apa-apa selain mendukung apapun keputusan Abrega nantinya.
Abrega kembali menatap Aneera. Andai saja Aneera yang dijodohkan dengannya. Pasti sekarang Abrega sedang bahagia tingkat dewa menantikan hari pertunangan yang akan terlaksana dua hari lagi. Bukan malah begini.
"Gue ke kelas duluan ya." Abrega berdiri, melangkahkan kaki dari kantin membuat Aneera menatapnya dari sana.
Aneera menelan saliva, rasa nyeri dihati kembali terasa lagi setelah melihat Abrega. Apalagi Aneera tahu bahwa dua hari lagi acara pertunangan Abrega dan Anfeera akan berlangsung, yang mana artinya, Aneera harus benar-benar melepaskan Abrega, Aneera harus benar-benar melupakan apa-apa yang pernah terjadi di antara dirinya dan Abrega, Aneera harus benar-benar menghapus rasa sayangnya untuk Abrega, dan yang paling menyakitkan adalah Aneera harus terbiasa tanpa Abrega.
Aneera menarik nafas, dia mengusap matanya yang sudah berkaca-kaca sebelum Daira melihatnya.
"Da, gue ke kelas duluan ya." Ucap Aneera lalu berjalan begitu saja.
Aneera melangkah, menuju toilet yang ada di koridor satu. Dia berdiri di depan wastafel lalu menangis disana. Bayangan tentang dirinya dan Abrega kembali berputar.
Sekarang rasanya ada ribuan debu yang menyeruak masuk ke dalam paru-paru. Sesak. Sesak sekali.
Aneera berhenti menangis, dia berusaha mengatur nafas, menghapus air mata, lalu membasuh wajahnya.
Setelah itu Aneera menutup mata beberapa detik untuk memastikan dia baik-baik saja, lalu memutuskan untuk keluar dari sana.
Dia melangkahkan kaki menuju kelas, namun langkahnya terhenti beberapa jarak dari pintu kelasnya setelah melihat seseorang yang tengah berdiri di sana.
Abrega.
Aneera menghembuskan nafas lalu kembali melangkah.
Abrega yang melihat adanya Aneera langsung menoleh lalu menatapnya.
Mereka terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya Aneera berusaha dengan kuat memberikan Abrega seulas senyuman, walaupun yang dia ingin berikan adalah ribuan pelukan.
"An," ucap Abrega.
Senyuman di bibir Aneera perlahan memudar. Panggilan itu. Sudah lama sekali dia tidak mendengar panggilan itu. Sudah lama sekali dan dia sangat rindu itu.
Aneera mengerjapkan matanya. "Mmm ... gue masuk du—"
"Kita bisa ngobrol sebentar?"
Aneera terdiam. Dia menelan saliva, lalu beberapa saat setelahnya dia memilih untuk menganggukkan kepala.
Sekarang, disini lah Abrega dan Aneera. Halaman belakang sekolah yang luas serta sejuk karena banyaknya pepohonan hijau ditemani cuitan burung yang terdengar samar-samar.
Aneera ragu-ragu duduk di bangku panjang yang sama dengan Abrega. "Mau ngobrol apa?" tanyanya.
Abrega menoleh, lalu menatap jarak duduk antara dirinya dan Aneera. Jarak yang membuatnya merasa begitu jauh dengan Aneera. "Gimana ulangannya? bisa kan?"
Aneera melirik Abrega. "Bisa, kok."
"Mbok Loli sama Mang Pian gimana? baik kan?" tanya Abrega lagi lalu menelan saliva, sedih rasanya karena sekarang dia hanya bisa menanyakan kabar mereka, bukan bertatap wajah seperti dulu kala. Abrega rindu logat Jawa yang sangat khas dari Mbok Loli, Abrega juga rindu logat Sunda yang khas dari Mang Pian. Abrega rindu bertegur sapa, bercanda ria, bersama mereka.
Aneera menatap ke depan, dia tersenyum tipis, dalam hati sangat senang karena ternyata Abrega masih mengingat Mbok Loli dan Mang Pian. "Mereka baik, lo sendiri gimana?"
Abrega menatap Aneera. "Gue kangen, An."
Aneera yang mendengar itu sontak menoleh. "Kangen?"
Abrega terbatuk. "Mmm ... Maksudnya kangen Mbok Loli sama Mang Pian."
Aneera mengalihkan pandangannya. "Mereka juga kangen sama lo."
Abrega tersenyum tipis. "Kalo lo kangen gue juga?"
"Hah?"
"Iya, lo kangen gue juga atau enggak?"
"Kenapa lo jadi nanya gue?"
"Kan disini yang manusia cuma lo sama gue, masa gue tanya pohon sih?"
"Dih yaudah tanya pohon aja sana,"
"Nanti dicuekin."
"Ya coba aja dulu."
Abrega kemudian berdiri, dia melangkah mendekati salah satu pohon yang ada di dekat mereka. "Halo pohon, lo kangen gue juga nggak?"
Aneera perlahan melepaskan tawanya setelah melihat apa yang Abrega lakukan. "Apaan sih lo? gue kira lo udah nggak gila, ternyata masih."
Abrega tertawa kecil lalu bersandar pada batang pohon seraya menatap Aneera.
Mereka berdua sama-sama menatap sampai tawa mereka perlahan menghilang ditelan kesunyian dan rasa rindu yang terngiang.
Aneera yang lebih dahulu memutuskan tatapan itu, dia berdiri, menatap Abrega beberapa detik. "Gue juga kangen sama lo." Ucapnya, memberi Abrega seulas senyum lalu melangkah begitu saja meninggalkan Abrega yang terdiam menatap kepergiannya.
Abrega yang detik itu juga tahu kapan waktu yang tepat untuk membatalkan perjodohan konyol itu. Iya Abrega sudah tahu._______
assalamualaikum!
hai semua kangen banget wkwk
maaf yaa kalian lama banget nungguin abrega updatetapi makasih banget karena masih setia nunggu dan kasih aku semangat teruss
sehat-sehat ya semua
jangan lupa bahagiaaadan hari ini aku akan update 4 part! tapi sebelum itu, kira-kira kapan waktu tepat yang abrega pilih buat batalin perjodohan itu? jawab dikolom komentar yaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Abrega
Teen Fiction"Aneera," panggil Abrega. "Hmm?" sahut Aneera seraya menatap Abrega. "Tujuan hidup lo apa?" Aneera memicingkan matanya. "Kenapa emang tanya tanya tujuan hidup gue?" "Karena sayang." "Apasih?" "Ya lagian, ya karena mau tau dong, pake nanya" Aneer...