Aneera turun dari mobil setelah memakai tanda pengenal yang semalam dia buat bersama Mbok Loli menggunakan kertas karton dan juga tali rafia warna hitam.
"Makasih ya Mang, hati-hati," ucap Aneera pada Mang Pian.
"Iyaa Neng." Sahut Mang Pian lalu pergi dari sana.
Aneera menghembuskan nafas sejenak, menyiapkan diri dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi karena hari ini dengan beraninya dia memakai sepatu putih.
"Bodo bodo bodoamat," ucap Aneera lalu melangkah memasuki gedung sekolah.
"Ayo tanda tangan dulu ya, absen." Ucap Numia yang menjaga pos satu, di temani Ava dan juga Abrega.
Aneera mengantri di belakang seorang cowok berbadan tinggi, lalu setelah seseorang cowok tadi menunduk matanya langsung bertemu dengan Abrega.
Abrega yang melihat itu langsung tersenyum sumringah, sedangkan Aneera menelan saliva.
"Hai An alhamdulillah ya lo nggak terlambat, coba kalo terlambat lagi lo gue bawa pulang deh kerumah," ucap Abrega.
"Apaan sih?" sahut Aneera lalu melangkah maju. Namun sebelum dia meraih pulpen untuk absen, Abrega tak sengaja melihat sepatunya yang berwarna putih.
Abrega mendekatinya. "Eh bentar, sejak kapan ya disini boleh pake sepatu putih?" ucapnya.
Aneera melirik Abrega lalu tersenyum. "Ah i-itu sepatu gue basah jadi pake sepatu putih ini." Sahutnya.
"Berani banget lo ya pake sepatu putih."
"Ma-maaf Kak, yaudah kasih bintang merah aja gapapa."
"Yaudah sini mana Num bintang merah, delapan buah."
Aneera yang mendengar itu langsung menoleh, menatap Abrega dengan mata yang sedikit melebar. "Hah? apaan masa delapan? banyak banget, kan kesalahan grooming gue cuma satu."
"Kalo gue maunya ngasih delapan emang kenapa, terserah gue dong."
"Ya tapikan nggak delapan juga dong."
"Yaudah gini aja, lo nanti istirahat temenin gue makan, jadi bintang merahnya nggak jadi."
Aneera memutar bola mata. "Ck yaudah kalo gitu gapapa delapan-delapan deh sepuluh juga gapapa."
"Serius nih? nanti kalo dihukum sama Kak Gilang gimana? mau lo?"
"Ck bodoamat daripada gue nemenin lo makan."
Abrega menaikan kedua alisnya, lalu menempelkan delapan bintang merah itu ke tanda pengenalnya.
"Makasih," ucap Aneera, kemudian bertanda tangan, lalu berjalan masuk kelapangan.
Abrega hanya tersenyum. "Gue kesana dulu ya." Ucapnya lalu berjalan menuju lapangan.
Acara MOS hari kedua akan dilaksanakan, Gilang sudah siap di depan sana. Siswa siswi baru juga sudah siap dibarisan masing-masing.
"Ya, Pagi semua, tolong rapikan barisan karena mos akan segera di mulai, dan sedikit pemberitahuan, hari ini mos akan dipegang penuh oleh kami, selaku anggota osis. Sekian terimakasih." Ucap Gilang lalu matanya tak sengaja menemukan Aneera dengan delapan bintang merah di pengenal namanya.
"Sorry itu yang namanya Aneera, bisa maju ke depan?"
Aneera terdiam ditempat, beberapa mata mulai tertuju padanya.
Aneera menghembuskan nafas, lalu mulai melangkah maju ke depan.
Kini semua mata tertuju padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Abrega
Ficção Adolescente"Aneera," panggil Abrega. "Hmm?" sahut Aneera seraya menatap Abrega. "Tujuan hidup lo apa?" Aneera memicingkan matanya. "Kenapa emang tanya tanya tujuan hidup gue?" "Karena sayang." "Apasih?" "Ya lagian, ya karena mau tau dong, pake nanya" Aneer...