bagian empat puluh empat

4.7K 591 254
                                    

Aneera membasuh wajahnya dengan air lalu menatap pantulan dirinya dikaca, dia membenarkan posisi rambutnya lalu keluar dari sana. Berjalan menuju kelas lalu duduk ditempatnya.

Tak lama dari itu Daira datang dengan wajah cemas, dia buru-buru duduk lalu menatap Aneera lekat-lekat.

"Ra lo gapapa kan? tadi lo ketemu Kak Abrega nggak? tadi dia cari lo dan gue bilang lo ada di perpus teru—"

"Gue gapapa kok Da." Aneera menatap Daira. "Mulai saat ini, gue udah nggak akan ada sangkut pautnya lagi sama Kak Abrega."

"Hah? maksud lo apa? Bukannya lo sama Kak Abrega ud—"

"Pokoknya gue udah nggak ada hubungan apapun sama Kak Abrega. Jadi gue mohon sama lo, nggak usah bahas dia lagi, ngerti?"

Daira masih menatap Aneera beberapa detik kemudian menundukkan kepala. "Maafin gue ya Ra. Gue cuma khawatir aja sama lo."

Aneera menoleh, dia menatap Daira beberapa detik, Aneera jadi merasa bersalah.

Aneera menghembuskan nafasnya. "Kak Abrega itu di jodohin sama Kakak gue Da." Ucapnya dengan luka di hatinya yang kembali terasa perih

Daira yang mendengar itu mendongak lalu mengernyitkan dahinya. "Ma—maksud lo? Kakak lo? Kak Abrega? gimana bisa?"

"Nggak ada yang nggak bisa di dunia ini kan?"

"Ta—tapi lo sama Kak Abrega gimana? Ra lo berdua udah deket banget dan gue yakin Kak Abrega udah pasti sayang sama lo. Lo juga pasti sayang kan sama Kak Abrega?"

Aneera terdiam beberapa detik lalu tersenyum pahit. "Iya, lo bener. Gue sayang sama Kak Abrega."

"Terus Kak Abrega kenapa terima perjodohan itu?"

"Karena Kak Abrega berhak untuk terima perjodohan itu Da."

"Tapi Ra gimana bisa Kak Abrega udahin semua gitu aja? gimana bisa Kak Abrega pergi dari hidup lo gitu aja?"

"Hidup itu emang misteri Da," Aneera menatap kosong ke depan. "Kita nggak pernah tau seseorang datang ke hidup kita itu untuk hadir selamanya atau sementara."

Daira bisa lihat air mata yang jatuh di pipi Aneera.

"Ra..." panggil Daira dengan suara serak.

"Gue udah pilih untuk menyudahi semua dan nggak bikin Kak Abrega merasa salah atas apa yang udah dia pilih." Aneera menepuk-nepuk punggung tangan Daira. "Jadi gue gapapa Da, gue gapapa."

"Aneera..."

Aneera menghapus airmatanya lalu tertawa kecil saat melihat ternyata Daira menangis juga. "Haha udah ah kok jadi melow drama gini sih lo?"

"Aaa lo sih lagian gue terharu, kok lo kuat banget sih jadi manusia..." Daira menghapus air matanya.

Aneera tersenyum lebar dengan beberapa air mata yang kembali jatuh lalu memeluk Daira. "Udah ah, semuanya pasti akan baik-baik aja."

Daira mengangguk pelan bersamaan dengan Aneera yang melepas pelukannya.

"Ra?"

"Hmm?"

"Bedak gue kehapus nggak?" tanya Daira seraya meraba wajahnya.

Aneera terdiam beberapa detik lalu tertawa begitupun dengan Daira.

Tentu tawa Aneera dengan Daira barusan sangat berbeda makna. Karena tawa Aneera adalah tawa untuk menutupi luka. Tawa Aneera adalah untuk pura-pura baik-baik saja agar menutupi rasa sedih dihatinya.

_______

"Kapan pun lo butuh temen, gue pokoknya ada dua puluh empat jam buat lo yaa!" ucap Daira seraya memberi Aneera pelukan sebelum pulang kerumah.

AbregaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang