Hari ini adalah hari terakhir masa MOS tahun 2018. Aneera dengan sangat senang sudah ada disekolah jam tujuh bersama Daira tentunya.
"Akhirnya mosnya selesai dan kita akan jadi anak SMA beneran!" seru Daira, mereka sekarang sedang sarapan di kantin.
Aneera menelan bubur yang baru saja masuk ke dalam mulutnya. "Bukannya dari kemarin kita udah jadi anak SMA ya?" sahutnya.
"Belum dong, selesai mos baru bisa di bilang anak SMA!"
"Serah lo deh Da,"
Tak beberapa kemudian, kantin mulai ramai, sebagian besar karena kedatangan siswa siswi baru yang menunggu mos di mulai, sebagian kecil karena senior-senior yang ingin sarapan.
Daira menepuk-nepuk tangan Aneera dengan mata berbinar.
"Apasih?" tanya Aneera.
"Itu-itu!" sahut Daira seraya menunjuk ke belakang Aneera. Dan mau tak mau Aneera menoleh, ternyata ada Abrega, Gilang, Ivar dan juga Janu dimeja belakang mereka.
Aneera buru-buru mengalihkan pandangannya. "Ck kirain gue apaan."
"Mashaallah mereka ganteng semua, kenyang gue liatnya." Ucap Daira lalu mengigit sendok buburnya.
Aneera hanya memutar bola mata, sepertinya alay adalah salah satu karakter bawaan Daira dari bayi.
"Lo pada mau sarapan apa?" tanya Gilang seraya melihat sekeliling, memandangi setiap makanan yang dipajang.
"Nyabu aja," sahut Abrega seraya memainkan ponselnya.
Janu spontan menoleh. "Astagfirullah Abrega lo gue laporin polisi mau hah?!"
Abrega beralih dari ponsel lalu mendorong kening Janu. "Nyabu, nyarap bubur bodoh!" sahutnya.
"Yee lagian pake segala di singkat, masih pagi kan jadi nggak kepikiran kalo itu singkatan," sahut Janu.
"Yaudah siapa yang mau bubur?" tanya Gilang.
"Gue," sahut Ivar.
Abrega hanya mengangkat tangannya sebagai tanda bahwa dia juga mau.
"Lo nggak Nu?" tanya Gilang.
"Enggak," sahut Janu.
Ivar menoleh, "Terus lo makan apa?"
Janu tersenyum kemudian membuka tasnya, mengeluarkan sebuah kotak makan berisi nasi goreng daging yang tadi pagi sempat di masaknya.
"Anjir suami idaman banget lo, sini-sini cobain!" seru Abrega lalu mengambil kotak nasi itu dari tangan Janu.
"Eh itu dikit doang ya buat gue doang sini kaga!" tangan Janu terulur ingin mengambil kembali haknya namun ditahan oleh tangan Ivar.
"Shh Janu, gimana kalo kita makan makananmu ini berempat, karena bubur itu satu porsi sepuluh ribu, kalo kita nggak jadi beli, lumayan Nu, sepuluh ribunya buat di tabung," ucap Ivar.
Janu spontan menjitak kepala Ivar. "Model manusia kaya lo nabung di mana? di perut?!" sahutnya.
"Bener nabung elah gue mau nikah!" sahut Ivar.
"Nikah-nikah baru kelas dua mikirin nikah, belajar yang ben-"
Ivar menutup mulut Janu. "Mau diem apa gue abisin nih nasi hah?"
Janu menjambak rambut Ivar, Ivar spontan melepas tangannya dari mulut Janu. "Kasar banget si Mak tiri!"
"Ah bodo gue mau sarap-eh sarap ya lo berdua bisa-bisanya ngabisin makanan gueeee?!" seru Janu setelah melihat kotak makannya sudah kosong, siapa lagi kalau bukan Abrega dan Gilang yang menghabiskannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Abrega
Fiksi Remaja"Aneera," panggil Abrega. "Hmm?" sahut Aneera seraya menatap Abrega. "Tujuan hidup lo apa?" Aneera memicingkan matanya. "Kenapa emang tanya tanya tujuan hidup gue?" "Karena sayang." "Apasih?" "Ya lagian, ya karena mau tau dong, pake nanya" Aneer...