epilog

4.2K 489 190
                                    

"Daah Aneera..." Ucap Abrega dengan senyuman lebar.

Aneera ikut tersenyum seraya melambaikan tangannya. Dia kemudian membuka pintu gerbang setelah Abrega menjalankan motornya.

Aneera terdiam karena melihat dua mobil yang ada dihadapannya ini, dia mengernyit bingung karena dia yakin dua mobil ini adalah milik Papa dan Mamanya. Untuk apa mereka ada disini?

Aneera menelan saliva, kemudian melangkahkan kakinya dari sana. Dia terus melangkah, hingga tatapannya jatuh pada Mama, Papa dan juga Anfeera yang tengah duduk diruang tamu pada saat itu Aneera menghentikan langkahnya.

Mereka semua menyadari hadirnya Aneera.

Mama berdiri dengan mata berbinar tapi masih menampakkan kesedihan. "Aneera," Panggilnya.

Aneera mengerjap bingung lalu dia mulai melangkahkan kakinya, mendekat, kemudian duduk disamping Anfeera. "Kenapa kalian kumpul disini?"

Papa terdiam, begitupun dengan Anfeera.

Mama menghembuskan nafas pelan lalu menatap mata Aneera dan Anfeera. "Mama, Papa. Kami berdua ingin minta maaf sama kamu dan Anfeera Nak." Ucapnya.

Aneera dan Anfeera terdiam beberapa detik lalu saling melirik. Jadi ini tujuan Mama yang tiba-tiba menjemput Anfeera di sekolah tadi.

"Mama ingin minta maaf atas kesalahan Mama yang mungkin berdampak buruk untuk kalian berdua, terutama Anfeera," Mama mulai meneteskan beberapa bulir air mata. Rasa bersalah terus saja terasa dihatinya. "Nak maafin Mama, maafin Mama yang selalu mau kamu jadi yang terbaik tapi Mama salah dalam mendidik kamu." Lanjut Mama menatap mata Anfeera.

Anfeera terdiam, berusaha mencerna setiap kata yang barusan Mama ucapkan dan membiarkan air mata yang berbicara atas apa yang di dengarnya dari Mama.

"Kemarin saat Mama mendapatkan info tentang nilai-nilai kamu, ada sebuah masalah di kantor Mama yang membuat Mama melampiaskan amarah Mama ke kamu." Mama menangis. "Nak Mama nggak bermaksud untuk melakukan itu, maafin Mama."

"Maa..."

Mama menelan saliva, dia kemudian menatap Aneera "Dan untuk Aneera, Mama minta maaf karena kamu nggak pernah merasakan kasih sayang yang seharusnya Mama berikan, maafin Mama kamu harus merasakan itu hanya karena kesibukan Mama."

Aneera menatap mata Mama dengan air mata yang ditahannya.

"Betul kata kamu Nak, alasan terbesar Mama dan Papa kamu pisah adalah karena kita sama-sama belum siap menjadi orang tua. Orang tua yang baik untuk kalian berdua."

Papa menelan saliva, rasanya seperti tertampar saat mendengar ucapan Mama. Dia kemudian menatap Anfeera lalu Aneera. "Setelah kejadian kemarin, kita berdua sadar, bahwa pekerjaan itu sama sekali tidak ada artinya dibanding kebahagiaan kalian berdua. Kita berdua sadar bahwa yang kalian butuhkan adalah kasih sayang bukan uang."

Aneera menangis mendengar itu semua.

Papa menarik nafas panjang. "Tolong beri kami kesempatan untuk menjadi orang tua. Orang tua yang baik untuk kalian berdua."

Anfeera yang mendengar itu tanpa paksa langsung menghamburkan peluknya untuk Mama. Karena bagaimanapun juga rasa sayangnya pada Mama mengalahkan semuanya, bahkan luka dihatinya karena tamparan kemarin hilang seketika.

"Aneera, sini Nak," ucap Mama, seraya membuka tangannya.

Aneera terdiam beberapa detik hingga rasa kecewanya luruh, dia berdiri lalu memeluk Mama.

Pelukan hangat yang sudah sangat lama dia rindukan dan butuhkan, pelukan hangat yang membuatnya merasa aman dan nyaman tanpa perlu mengungkapkan sepatah kata. Pelukan hangat dari Mama yang selalu ingin dia rasakan.

Papa tersenyum dengan matanya yang berkaca-kaca, lalu Anfeera membawa Papa untuk ikut berpelukan.

Dan sekarang Aneera sungguh percaya, bahwa sesuatu pasti selalu ada bahagianya. Aneera percaya.

_______

"Dulu ini Abrega malah lebih parah Tana, masa dia ngambil mangga tetangga sebelah terus mangganya dibuat jadi rujak sama ketiga sahabatnya itu!" jelas Mama yang mengundang gelak tawa.

Hari ini, mereka, keluarga Abrega dan juga keluarga Aneera mengadakan pertemuan untuk memperbaiki tali silaturahmi dirumah Aneera.

Pertemuan ini memang mendadak, tapi mereka sama-sama meluangkan waktu karena mereka yakin bahwa tidak ada yang jauh lebih penting dan berharga daripada keluarga.

Aneera menatap mereka semua yang ada pada acara pertemuan ini lalu menjatuhkan tatapannya pada Abrega, dia menghembuskan nafas lega lalu tersenyum, sungguh di dalam hidupnya dia belum pernah merasa selengkap ini dan semua ini terjadi setelah dia bertemu dengan Abrega. Abrega Henza Dipetra.

"An, jalan-jalan ke taman waktu itu yuk?" bisik Abrega.

Aneera melirik sekitar lalu menganggukkan kepala. Kemudian mereka melangkah pelan dari sana agar para anggota keluarganya yang sedang bercanda tawa itu tidak sadar akan mereka.

"Kita jalan kaki aja ya."

"Kok jalan kaki?"

"Biar lebih lama berduanya."

"Hahah!"

Abrega kemudian menggenggam tangan Aneera dengan sangat erat seperti tak ingin melepasnya meskipun hanya sesaat.

Mereka keluar dari rumah, berjalan bersisian dibawah sinar matahari yang membuat suasana hari ini terlihat sangat cerah, bahkan terasa lebih cerah dari hari sebelum-sebelumnya.

Aneera tertawa kecil saat Abrega mengayunkan tangan mereka seperti anak kecil yang baru saja pulang sekolah.

Dalam hati sungguh Aneera sangat bersyukur atas semua, terutama hadirnya Abrega ke dalam hidupnya yang membawa jutaan bahkan milyaran rasa bahagia.

Abrega yang kehadirannya membuat Aneera lupa bahwa dia punya luka, Abrega yang selalu berusaha ada untuk menjaga dan juga menyayangi Aneera, Abrega yang membuatnya kembali merasakan rasanya mempunyai keluarga, Abrega yang setiap detiknya selalu berhasil membuat Aneera tak pernah merasa sendirian di dunia.

Aneera memang tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, tapi yang dia tahu, dia ingin terus bersama dengan Abrega, bahkan lebih dari selamanya.

Iya, dengan Abrega.

Selesai.

_______

*crying in my room*


alhamdulillah

terimakasih untuk kamu yang sudah mempercayai aku untuk menyelesaikan dan membuat cerita menggunakan nama buatan kamu yaitu
Abrega Henza Dipetra, maaf nama perempuannya aku ganti jadi Aneera, tapi kalo kamu baca semoga kamu suka ya.

terimakasih kalian yang sudah setia membaca, memberikan vote, komentar, bahkan semangat disetiap chapter cerita abrega.

terimakasih juga sekali lagi
untuk ka kiki yang sudah membuatkan cover abrega dan juga header untuk setiap part.

terimakasih banyak ya semua!

sampai jumpa di karya baruku yang entah kapan wkwk!

with food
salsa alfani

*peluk kalian*

AbregaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang