Abrega dan Aneera menyapa Pak Kadi setelah sampai digerbang sekolah, kemudian Abrega mengarahkan motornya menuju parkiran.
Beberapa mata mulai melirik mereka, ada beberapa yang menyadari bahwa itu Abrega dan Aneera.
Aneera turun dari motor setelah menaruh helm di kaca spion. "Makasih gue ke kelas ya, daah!" ucapnya ingin melangkah, namun Abrega menahan lengannya.
"Tungguin dong lupa jalan ke kelas nih gue kalo lo tinggal,"
"Dih? lagian kelas lo sama gue kan beda, mau gue duluan atau nungguin lo juga bakalan gue duluan yang sampe di kelas,"
Abrega melepas helm lalu menaruhnya dikaca spion, dia turun dari motor setelah memasang standar.
"Kan kalo lo tinggal, kalo enggak ya enggak. Ayuk masuk," sahut Abrega lalu melangkah mendahului Aneera.
Sedangkan Aneera malah terdiam disana.
"Lo nunggu gue gandeng ya?" tanya Abrega.
Aneera spontan menoleh dengan tatapan tajam. "Kambing noh yang nunggu lo gandeng!" sahutnya lalu berjalan mendahului Abrega.
Abrega hanya tertawa kecil di buatnya.
Setelah itu mereka berjalan bersisian.
Aneera bisa lihat beberapa siswi yang melambaikan tangan untuk Abrega, dan Abrega dengan tenangnya membalas mereka dengan senyuman sambil bilang, "Hai."Aneera menoleh, menatap Abrega. "Genit banget sih lo?" ucapnya lalu kembali menatap jalanan.
Abrega menoleh. "Eh cemburu ya? bilang dong Kak Abrega jangan bales lambaian tangan mereka dengan senyum gitu, kan ada gue, gue cemburu tau." Sahutnya.
Aneera menatap Abrega lagi lalu melotot. "Cemburu dari hongkong!"
Abrega menaikan kedua alisnya. "Kali aja ya kan."
Aneera menghembuskan nafas lalu ingin melangkah masuk ke dalam kelas, tapi Abrega menarik tasnya, Aneera jadi terhuyung ke belakang dan kembali berdiri di samping Abrega.
"Ih apa sih lo! lepas nggak!" komplen Aneera.
Abrega tidak melepasnya, dia menepuk-nepuk puncak kepala Aneera. "Semangat ya belajarnya biar pinter, biar nanti anak-anak kita juga pinter." Ucapnya lalu melepas tas Aneera.
Aneera yang tidak terima menoleh. "Yaampun lo kok setiap hari gila sih? nggak cape apa?" sahutnya, membalikkan kata-kata Abrega tadi lalu membalikkan tubuh masuk ke dalam kelas meninggalkan Abrega yang masih tertawa karena mendengar ucapannya.
Aneera kemudian duduk di tempatnya. Tak lama Daira muncul dari pintu sambil menenteng tasnya.
"Gue ketemu Kak Abrega tadi! dia lagi jalan ke kelasnya, abis dari sini ya? atau jangan-jangan aaaa! ini bunga dari siapa?! jangan bilang dari Kak Abrega?!" oceh Daira seraya meraih bunga mawar merah palsu pemberian Abrega yang Aneera taruh diatas meja, seharusnya Aneera tadi menaruhnya di bawah meja, jadi begini kan jadinya.
Aneera menganggukkan kepala lalu tersenyum tipis.
"Aaaaa! so sweet so sweet gak ngerti lagi omg omg! sini Ra sini gue foto buat kenangan-kenangan!" sahut Daira, meraih ponselnya didalam saku lalu benar saja dia memotret Aneera.
"Ck Da udah apa udah," ucap Aneera seraya menarik lengan Daira untuk duduk.
Daira kemudian duduk seraya memperhatikan hasil fotonya. "Nah bagus nih yang ini, nggak mau lo posting di insta story Ra?" ucapnya seraya menunjukkan hasil fotonya.
Aneera menggeleng.
"Ih lo mah! eh btw dalam rangka apa Kak Abrega kasih lo bunga ini? eh jangan jangan lo? lo ditembak Ra?! yaampun Aneera! terus lo jawab apa? lo? lo udah jadian yaa?!"
Aneera menutup mulut Daira.
"Hmmm!"
"Lo berisik banget sih? abis makan sambel mercon ya?" Aneera melepas tangannya.
"Ih Aneera! jawab dong!"
Aneera menghembuskan nafas. "Nggak tau dalam rangka apa, tapi dia nggak nembak gue, lo gila ya baru kenal seminggu udah nembak?"
"Iyaa siapa tau kan gitu biar lo nya nggak diambil orang hihiw!" Daira menaruh kembali bunga mawar merah palsu itu ke meja Aneera.
Lalu Aneera mengambilnya, menaruhnya ke bawah meja, agar tidak ada lagi yang berpikiran seperti Daira, kalau iya, bisa-bisa nanti jam istirahatnya berubah jadi ajang klarifikasi dengan teman sekelasnya.
_______
"Hai cewek!" sapa seseorang membuat Aneera dan Daira yang sedang duduk di kantin menoleh.
Bisa mereka lihat sekarang Abrega yang tengah memamerkan senyumnya.
"Ha—hai Kak Abrega!" sahut Daira.
Aneera melanjutkan kegiatan makannya.
"Daira, bagi nomornya Aneera dong, punya nggak?" ucap Abrega. Aneera spontan menoleh.
"Kan lo udah punya nomor rumah gue, ngapain sih minta nomor gue juga?" ucap Aneera.
"Ya beda dong, biar bisa chatan, kan kalo telfon rumah cuma bisa denger suara lo, nggak bisa baca ketikan lo," sahut Abrega lalu mengeluarkan ponselnya. Aneera kembali mengunyah makanannya.
"Nih Daira, ketikin ya, tolong." pinta Abrega seraya menyerahkan ponselnya ke hadapan Daira.
Daira yang sedaritadi tersenyum meraih ponsel Abrega.
"Da sumpah kalo lo kasih nomor gue ke dia, lo gue diemin selama satu minggu." ucap Aneera.
Senyum Daira menghilang, dia menatap Aneera kemudian senyumnya kembali mengembang. "Gue tau kok Ra, lo nggak akan ngelakuin itu!" sahutnya lalu mulai mengetikkan nomor Aneera di ponsel Abrega. Aneera membulatkan matanya.
Abrega menahan tawanya. "Udah?" ucapnya setelah Daira mengembalikan ponselnya.
Daira tersenyum lebar.
"Makasih yaa!" ucap Abrega dengan senyuman sumringah, lalu berdiri.
Aneera menatapnya, Abrega tersenyum. "Hehe nanti kalo di chat bales ya! jangan diblok nanti sedih akunya." Ucapnya kemudian kembali ke tempat duduk bersama teman-temannya.
Aneera beralih menatap Daira yang senyam-senyum menatapnya.
"Maaf ya Ra, abisan gue gemes sama lo berdua, kali aja ya kan beneran bisa bersatu hehe," ucap Daira lalu kembali memakan somaynya.
Aneera menahan nafas lalu menghembuskannya pasrah. Resiko punya teman seperti Daira.
Sedangkan disebrang sana Abrega tengah memikirkan apa nama yang tepat untuk kontak Aneera sampai-sampai mengabaikan mie ayamnya yang sudah dingin dan jadi besar-besar lantaran menyerap kuah.
"Namain aja Aneeraku," saran Gilang lalu memasukkan mie ayam ke dalam mulutnya.
Ivar meneguk es tehnya. "Jangan itumah terlalu mainstream, lo namain aja, calon ibu dari anak-anakku kelak." Sahutnya.
"Kepanjangan itu mah!" sahut Janu, dia menatap Abrega. "Namain aja Aneera Dipetra, asik pake nama belakang lo gitu biar kaya istri."
Abrega tertawa kecil lalu mendorong kepala Janu. Dia kembali menatap ponselnya, setelah beberapa lama kemudian Abrega mengetikkan sesuatu dengan pasti disana.
Aneera galak tapi sayang.
_______
main namain sayang sayang aja si abrega:')

KAMU SEDANG MEMBACA
Abrega
Novela Juvenil"Aneera," panggil Abrega. "Hmm?" sahut Aneera seraya menatap Abrega. "Tujuan hidup lo apa?" Aneera memicingkan matanya. "Kenapa emang tanya tanya tujuan hidup gue?" "Karena sayang." "Apasih?" "Ya lagian, ya karena mau tau dong, pake nanya" Aneer...