bagian lima puluh

6.8K 638 362
                                    

Suara alarm berdering lagi untuk ke-tiga kali, namun Aneera  belum juga membuka mata lantaran mengantuk karena kemarin harus tidur larut malam untuk belajar.

Mbok Loli yang sudah resah karena Aneera belum juga turun dari kamar itu memilih untuk menghampiri.

Mbok Loli mengetuk pintu kamar Aneera. "Non, udah bangun belum Non?"

Aneera hanya merubah posisi tidurnya.

Mbok Loli kembali mengetuk pintu, bersamaan dengan suara dering alarm yang kembali terdengar.

Aneera yang mendengar itu terbangun, dia memicingkan matanya, terdiam beberapa detik lalu menggerakan tangan untuk mematikan alarm.

Aneera menguap lalu beberapa detik setelah itu matanya membelalak. "Hah?! gue telat!" ucapnya. Kemudian bangkit, berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Sedangkan Mbok Loli yang mendengar itu, hanya menggeleng pelan lalu turun kembali ke dapur. Menunggu Aneera disana.

Aneera selesai memakai seragam, dia memasang sepatunya, lalu mengambil tasnya. Menuruni tangga cepat-cepat menuju dapur.

"Mbok telat Mbok, aku nggak sarapan ya. Langsung jalan, oke? daah Mbok!"

"Eh Neng, haduh hati-hati yoo!"

Aneera merapikan rambutnya. "Mang ayuk Mang jalannn!" ucapnya.

Mang Pian yang sedang membersihkan kaca spion itu spontan menoleh, lalu masuk ke dalam mobil. Begitupun dengan Aneera.

Mang Piang langsung tancap gas keluar dari rumah karena gerbang sudah terbuka.

Aneera menelan saliva, dia lumayan panik kali ini, karena bisa bahaya kalau dia telat dihari pertama ujian.

Tak lama mereka sampai, Mang Pian menghentikan mobilnya di tempat biasa.

Aneera langsung turun seraya mengucapkan, "Makasih Mang!" lalu melangkah masuk ke dalam sekolah bersamaan dengan bel yang berdering kencang.

"Aneera ih! tumben lo telat!" ucap Daira.

Aneera menghembuskan nafas lalu duduk di bangku depan Daira. "Kesiangan gue Da. Semalem begadang buat belajar." Ucapnya seraya melepas tas.

"Pantes aja lo, gue kira tadi lo nggak masuk. Lo kan nggak pernah se-telat itu," sahut Daira.

Aneera hanya tersenyum lebar lalu merapikan dasinya.

Tak beberapa lama, Bu Sri selaku guru yang hari ini mengawas, masuk ke dalam kelas dengan sebuah map coklat muda berisi kertas ujian.

"Selamat pagi anak-anak," ucap Bu Sri seraya membuka map itu.

"Pagi Buuu."

"Sebelum memulai, tasnya di taruh di depan ya, terus juga tolong taruh di meja Ibu kertas ujian milik kalian," perintah Bu Sri.

Seisi kelas langsung menuruti, termasuk Aneera.

Dia membuka tas, mencari tempat pensil yang kemarin dia beli bersama Daira. Tempat pensil yang berisi pulpen, pensil sekaligus penghapus itu, namun tidak ditemuinya.

Aneera menelan saliva, dia kemudian meraba saku roknya, mencari kertas ujiannya namun beberapa detik kemudian dia tersadar bahwa dia telah meninggalkan kertas ujian yang dia taruh di atas nakas karena terburu-buru.

Aneera menutup matanya lalu meringis.

"Ra lo kenapa?" tanya Daira setelah mengumpulkan kertas ujian.

Aneera menatap Daira. "Gue lupa kertas ujian gue Da, ketinggalan." Ucapnya dengan nada menyesal.

Daira membulatkan matanya. "Lo kenapa nggak bilang, aturan tadi gue pura-pura nggak bawa juga."

AbregaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang