Aneera berdiri di depan cermin, dia tersenyum lalu sedikit berputar untuk melihat keseluruhan dirinya yang memakai seragam putih abu-abu lengkap dengan sepatu untuk pertama kalinya.
Aneera kemudian mengambil tasnya, lalu keluar dari kamar, menuruni tangga, melangkahkan kaki dengan semangat.
"Pagi Mbokkk!" seru Aneera lalu duduk di salah satu bangku.
"Eh cantiknya si Neng ini pakai seragam esema," ucap Mbok Loli lalu menaruh susu coklat hangat di dekat Aneera.
Aneera tersenyum seraya mengoleskan selai coklat ke roti yang akan jadi sarapannya. "Hehe makasih Mbok." Sahutnya.
Mbok Loli tersenyum, Aneera kemudian meneguk setengah susu coklat hangat yang dibuatkan Mbok Loli, kemudian berdiri. "Aneera jalan dulu ya, daah Mbok!" ucapnya lalu berlari kecil seraya mengigit roti.
Mang Pian yang melihat kedatangan Aneera dengan segera membukakan pintu mobil. "Pagi Neng." Ucap Mang Pian.
Aneera tersenyum. "Puagi Mang." sahutnya lalu kembali mengunyah kemudian masuk ke dalam mobil. "Terimakasih."
Mang Pian tersenyum lalu berjalan menuju kursi pengemudi.
"Sudah siap berangkat Neng, hapenya teu ketinggalan lagi kan?" tanya Mang Pian.
Aneera menelan kunyahan roti. "Hehe enggak dong Mang, udah ayuk jalan." Sahutnya. Lalu Mang Pian mulai menyalakan mesin. Kemudian meluncur menuju sekolah.
Selang beberapa menit, Aneera sampai. Dia berterimakasih pada Mang Pian lalu turun dari mobil.
Aneera menghembuskan nafas lalu tersenyum.
"An!" panggil seseorang, berhasil membuat langkah Aneera tertunda, dan dari suara serta panggilan ini, Aneera rasa dia tahu ini suara siapa.
"Waduh cantik banget lo hari ini, seragam masih kinclong abis, rok abu-abu masih abu-abu abis," ucap Abrega seraya memperhatikan Aneera dari atas hingga bawah.
Aneera tersenyum tipis. "Terimakasih atas pujiannya." Sahutnya lalu ingin melangkah, namun Abrega lagi-lagi menahannya.
"Eh bentar duluu," ucap Abrega.
Aneera menatapnya, Abrega mendekat lalu membenarkan posisi rambut Aneera dengan sangat lembut. "Lo nggak punya sisir apa di rumah? berantakan banget sih?" ucapnya.
Aneera masih menatap Abrega dengan mata yang sedikit melebar dan bisa dia rasakan jantungnya yang berdetak lebih cepat entah karena apa.
Abrega tersenyum. "Cie deg-degan ya?" ucapnya setelah selesai merapikan rambut Aneera.
Aneera buru-buru mengalihkan padangan seraya menelan saliva. "Mana ada, nggak tuh."
"Gue bisa denger tau detak jantung lo, "
Aneera kemudian menatap Abrega lagi. "Ck apasih? deg-degan itu wajar, berarti jantung gue masih berfungsi. Udah ah misi mau masuk."
Abrega menahan tas Aneera. "Gue anterin ke kelas baru." Ucapnya lalu berjalan seraya memegangi bagian atas tas Aneera.
"Ih apasih nggak usah gini dong, lo pikir gue kucing?!"
Abrega menatap Aneera beberapa detik, kemudian melepas tangannya.
"Nah gi—eh lepasin!" Abrega menggenggam tangan Aneera lalu membawanya berjalan. "Lepasin nggak!"
Abrega kemudian berhenti melangkah. "Aduh lo serba salah deh tadi di gandeng tasnya nggak mau, sekarang di gandeng tangannya juga nggak mau, lo maunya gue gandeng ke pelaminan ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Abrega
Novela Juvenil"Aneera," panggil Abrega. "Hmm?" sahut Aneera seraya menatap Abrega. "Tujuan hidup lo apa?" Aneera memicingkan matanya. "Kenapa emang tanya tanya tujuan hidup gue?" "Karena sayang." "Apasih?" "Ya lagian, ya karena mau tau dong, pake nanya" Aneer...