Aneera menuruni tangga, malam ini Aneera sudah siap dengan dress hitamnya untuk menghadiri undangan Mama. Sebagian dari diri Aneera memang tidak ingin hadir, tapi semua itu kalah dengan rasa rindu akan mereka yang bisa Aneera obati hanya dengan pertemuan ini.
"Haduh si neng cantik banget!" ucap Mbok Loli kala melihat Aneera.
Aneera tersenyum lalu mengusap lengan Mbok Loli. "Makasih Mbok!"
Tak lama dari itu, Papa keluar dari dalam kamar.
"Aneera mari berangkat," ucap Papa lalu berjalan keluar rumah tanpa menunggu Aneera, atau memuji Aneera.
Aneera menelan saliva, dia tidak bisa membayangkan harus bersikap bagaimana di makan malam nanti.
"Sana neng, harus senyum yaa, biar makin keliatan cantik!" ucap Mbok Loli menyadarkan Aneera.
Aneera tersenyum. "Siap grak! dadah Mbok!" sahutnya lalu mulai melangkah keluar rumah. Naik ke dalam mobil lalu Mang Pian mulai menjalankan mobilnya, sedangkan Mbok Loli bertugas untuk menutup kembali pintu gerbang.
Setelah melewati jalanan yang cukup ramai malam ini, mereka sampai.
Papa turun dari mobil setelah dibukakan pintu oleh Mang Pian.
"Aneera makan malam dulu ya Mang," ucap Aneera.
Mang Pian mengangguk pelan dengan senyuman. "Iyaa neng."
Aneera kemudian menyusul Papa masuk ke dalam restoran ini.
Papa bertanya pada salah satu pelayan tentang dimana letak meja yang sudah dipesan atas nama Mama, lalu setelah itu pelayan tadi membantu mereka.
"Selamat malam," ucap Papa, menyapa Mama dan Anfeera yang sudah ada disana.
Mama dan Anfeera menoleh.
"Ah selamat malam, akhirnya datang juga. Silahkan duduk, teman saya belum datang." ucap Mama.
Papa tersenyum.
"Temen?" tanya Aneera.
"Iyaa, teman Mama." sahut Mama.
"Oh, jadi kita bukan makan malam berempat?"
Mama tersenyum "Iyaa, maaf Mama lupa bilang sama kamu kalau malam ini kita makan malam sama keluarganya teman Mama, ada hal serius yang mau kita bicarakan."
Aneera menatap Mama. "Hal serius apa?"
Anfeera tersenyum mendengar pertanyaan itu "Perjodohan gue." ucapnya.
Aneera beralih menatap Anfeera. "Oh gitu." Ucapnya kemudian duduk.
Anfeera menatap Aneera "Gimana? udah dapet ranking satu di sekolah?" tanya Anfeera dengan nada meledek.
Aneera tersenyum "Sorry gue bukan lo yang menilai standar kepintaran seseorang dengan dapet ranking atau enggak."
Anfeera tersenyum miring lalu kembali menatap layar ponselnya.
Tak lama bisa Aneera lihat wajah Mama yang berubah menjadi sumringah. Mama berdiri setelah menepuk pelan lengan Anfeera.
Papa yang melihat itu ikut berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abrega
Ficção Adolescente"Aneera," panggil Abrega. "Hmm?" sahut Aneera seraya menatap Abrega. "Tujuan hidup lo apa?" Aneera memicingkan matanya. "Kenapa emang tanya tanya tujuan hidup gue?" "Karena sayang." "Apasih?" "Ya lagian, ya karena mau tau dong, pake nanya" Aneer...