bagian dua belas

6.6K 693 132
                                    

Gilang dan Ivar mengangkat Abrega untuk duduk di bangkunya. Beberapa orang di dalam kelas menatap mereka tanpa berani bertanya.

"Muka lo biru-biru tuh kan jadinya," ucap Janu lalu duduk disamping Abrega seraya menyerahkan serangan kemeja.

"Kurang ajar emang tuh anak," sahut Ivar menggebrak meja lalu duduk di sana.

Gilang menggaruk tengkuknya. "Duh ke uks deh Ga sana, minta obat sama Bu guru biar memar lo sembuh." Ucapnya yang khawatir melihat tulang pipi kiri Abrega berwarna biru ungu.

Abrega meraba bagian wajahnya yang memar, dia meringis. "Ck gapapa deh gue diemin aja, nanti juga sembuh." Sahutnya.

"Makasih ya Ga, gara-gara lo belain gue malah jadi memar tuh muka," ucap Ivar seraya mengusap-usap kepala Abrega.

"Alay!" sahut Abrega, Ivar menarik rambutnya.

"Baju lo mau dibawa ke tukang jait Var?" tanya Janu.

Ivar menoleh. "Lo aja nih Nu, jaitin."

"Dih jait aja sendiri, gue nggak bisa," sahut Janu.

"Dih bukan cowok idaman banget lo nggak bisa jait," sahut Ivar. Janu menjitak kepalanya.

Gilang duduk disalah satu bangku. "Tapi beneran gapapa kan lo?" tanyanya pada Abrega.

"Elah kecil ini mah," sahut Abrega seraya memakai kembali seragamnya.
"Gaya lo ya, ntar malem enak lo tidur madep kanan mulu, pegel-pegel deh lo." sahut Janu.

"Jangan gitu dong lo Nu ah! dia gitu gara-gara belain gue tuh!" sahut Ivar lalu menarik rambut Janu.

"Hehe maap bos maap bejanda saya," sahut Janu seraya mengangkat dua jarinya sebagai tanda damai.

Setelah itu bel istirahat berbunyi, mereka mengikuti pelajaran dengan rapi, beruntung guru-guru yang mengajar tidak menanyakan tentang memar di bagian wajah Abrega maupun seragam Ivar yang robek di bagian lengan karena sudah dipasangi Ivar jarum pentul yang tadi dia minta dari Riti salah satu teman sekelasnya yang memakai kerudung.

Disisi lain, Aneera sedang terkena ocehan Daira yang kelihatannya khawatir berat dengan Abrega. Sedaritadi dia terus menerus mengoceh dengan nada berbisik karena Bu Nike ada di depan sana sedang menatap layar laptopnya setelah memberi tugas merangkum.

Aneera rasanya ingin sekali menyumpal mulut Daira dengan kebab.

"Udah doain aja semoga nggak kenapa-napa dia," ucap Aneera seraya membalik buku paket ke halaman selanjutnya.

"Lo nggak khawatir gitu Ra?" tanya Daira masih berbisik.

Aneera menoleh, sebenarnya dia juga khawatir, apalagi tadi sepertinya pukulan yang melayang diwajah Abrega terlihat cukup kencang.

"Kalo gue khawatir juga nggak ada efeknya," sahut Aneera lalu kembali menatap buku paket.

Daira membalik buku. "Iya tapi lo pasti khawatir kan? secara Kak Abrega itu kan bisa di bilang gebetan lo gitu."

Aneera memukul pelan kepala Daira menggunakan pulpen. "Gebetan dari hongkong!"

"Emang iya kan woo!"

AbregaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang