Anfeera turun dari mobil lalu melangkahkan kaki memeluk Aneera yang berdiri di teras rumah menunggunya, tak hanya memeluk Aneera, Anfeera ternyata juga memeluk Mbok Loli yang membuat ketiganya tertawa.
"Ayuk!" Anfeera menatap Mbok Loli. "Aku jalan dulu ya Mbok sama adik aku." Ucapnya lalu tersenyum sumringah.
Aneera yang mendengar itu tertawa, ditambah lagi dengan mimik wajah Mbok Loli yang terlihat sangat terharu sekaligus bingung itu.
"Iyoo, hati-hati yo Neng." Ucap Mbok Loli seraya mengusap lengan Anfeera.
Setelah itu mereka berdua masuk ke dalam mobil. Pak Kadi kemudian menjalankan mobilnya, Anfeera membuka kaca jendela lalu menyapa Mang Pian yang sedaritadi berdiri di gerbang. "Makasih ya Mang!" ucapnya dengan senyuman lebar.
"Iyaa si Eneng sama-sama, hati-hati nya."
"Jalan dulu ya Mang." Ucap Aneera.
Mereka berdua kemudian pergi dari sana, ke suatu tempat yang sebenarnya Aneera sendiri belum tahu dimana.
Hingga tak lama setelah itu, Pak Kadi berhenti disebuah tempat yang Aneera tentu sangat kenal ini dimana.
"Ayuk kita tu-"
"Kita kenapa kesini?"
Anfeera menatap Aneera lalu tersenyum. "Ra, ada beberapa rasa sayang yang harus bersatu. Dan lo akan tau jawabannya setelah lo turun dari sini. Ayuk." Anfeera menggandeng tangan Aneera untuk turun dari mobil.
Bisa Aneera lihat bayangan dirinya yang tengah bersama Abrega beberapa waktu lalu. Saat pertama kalinya Abrega mengajak Aneera ke taman bunga milik orang tuanya ini.
Aneera dan Anfeera kemudian masuk ke dalam, lama-lama bisa semakin jelas Aneera lihat kalau ada seseorang yang tengah berdiri di rerumputan yang berada di tengah hamparan bunga itu. Seseorang itu adalah, Abrega.
Aneera dan Abrega sama-sama terdiam saling menatap.
"Jawabannya adalah lo dan Abrega." Ucap Anfeera lalu melepas tangan Aneera. Dia tersenyum lalu pergi dari sana. Meninggalkan Aneera bersama Abrega.
Keduanya masih sama-sama terdiam di antara kata.
Hingga Abrega tersadar apa maksud dari Anfeera yang semalam memintanya bertemu disini dan mengatakan bahwa ada beberapa rasa sayang yang harus bersatu.
"An..."
Aneera tersenyum, bersamaan dengan beberapa bulir air mata yang jatuh ke pipinya. Dia maju beberapa langkah untuk mendekat pada Abrega.
Mata mereka bertemu, saling mengunci satu sama lain seperti tak ada hal lain yang mau mereka tatap saat ini.
"Gue salah Kak." Aneera menghapus air matanya. "Kita bukan beberapa sayang yang nggak bisa jadi satu, kita adalah sebaliknya dari kata-kata itu."
Abrega tersenyum tulus dari hatinya, kata-kata itu sudah cukup membuatnya tenang. "Kita adalah beberapa sayang yang harus bersatu kan?"
Aneera tertawa kecil seraya mengangguk lalu Abrega membawanya ke dalam pelukan.
Pelukan hangat yang membuat semua rasa rindu dihati mereka luruh seketika, pelukan hangat yang membuat semua rasa takut kehilangan luruh tanpa kata. Pelukan hangat yang membuat semua rasa bahagia mengalir tanpa jeda.
"Maafin gue Kak."
"Stt gapapa, lo nggak ada salah."
"Maafin,"
"Hadu Aneera, nikah yuk."
Aneera yang mendengar itu sontak melepas pelukan mereka dan memukul lengan Abrega. "Bisa-bisanya coba lagi terharu gini lo ngajak gue nikah?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Abrega
Teen Fiction"Aneera," panggil Abrega. "Hmm?" sahut Aneera seraya menatap Abrega. "Tujuan hidup lo apa?" Aneera memicingkan matanya. "Kenapa emang tanya tanya tujuan hidup gue?" "Karena sayang." "Apasih?" "Ya lagian, ya karena mau tau dong, pake nanya" Aneer...