bagian tujuh belas

6K 614 122
                                    

Abrega memberhentikan motornya tepat di depan gerbang rumah Aneera.

Aneera kemudian turun. "Makasih ya, maaf jadi buang-buang waktu lo gara-gara nemenin gue." Ucapnya.

Abrega menaikan satu alisnya. "Mana ada kalo sama lo itungannya jadi buang-buang waktu? gue seneng lagi lo minta ditemenin sama gue, sering-sering ya."

Aneera memukul lengan Abrega. "Udah sana pulang, hati-hati." Sahutnya.

"Iyaa sana lo masuk, nanti angkat ya kalo di telfon tapi jangan galak nanti jadi sayang,"

"Lalala nggak denger!" Aneera membuka pintu gerbang lalu masuk dan menutupnya begitu saja.

Abrega tertawa kecil lalu menjalankan motornya menuju rumah Janu.

Setelah sampai, Abrega bertemu dengan orangtua Janu yang sedang mengobrol diteras rumah, dia menyalimi keduanya kemudian melangkah ke kamar Janu setelah dipersilahkan masuk.

"Woi woi gue abis makan bareng sama Aneera dong woi!" seru Abrega lalu melempar tasnya, dia kemudian meraih guling lalu memeluknya seraya duduk di atas tempat tidur dengan senyuman sumringah.

Gilang, Janu dan Ivar sontak menoleh. "Kok Aneera mau sih?" tanya Ivar.

"Lo ancem ya dia?!"

"Atau lo—"

"Aduh!"

Abrega melempar guling tadi lalu mengenai ketiga sahabatnya.

"Suudzon aja lo pada sama gue! nggak tau apa gue lagi bahagia begini?" ucap Abrega lalu merebahkan tubuhnya, menggunakan tangannya sebagai sandaran, kemudian kembali tersenyum kala mengingat Aneera.

Gilang, Janu dan Ivar saling melirik.

"Kayaknya kali ini dia beneran jatuh hati deh, belum pernah nih gue liat anak gila ini kaya gini," ucap Gilang.

"Bener, seumur-umur, deketin cewek nggak pernah senyum-senyum kaya tai gini," sahut Janu.

"Tambah gila dah dia yaampun mana masih muda," sahut Ivar.

"Gue masih disini anjir masih aja diomongin!" sahut Abrega.

Gilang, Janu, dan Ivar spontan menoleh, menatap Abrega.

"Ga lo sadar sama perasaan lo kan Ga?" tanya Gilang.

Abrega terdiam sejenak. "Maksud lo?"

"I—iya lo sadar kalo lo gini tuh artinya lagi jatuh cinta?" sahut Gilang.
Abrega yang mendengar itu sontak merubah posisi menjadi duduk. "Masa sih? bukannya gue cuma seneng doang? kan gue udah bilang sama kalian kalo gue suka sama dia?"

"Tapi kan lo bilang waktu itu baru suka belum jatuh cinta, nah siapa tau kali ini udah?" sahut Janu.

Abrega mengerjapkan matanya. "Kalo bener gimana?!" sahutnya panik.

Ivar melempar kembali guling yang tadi. "Bego, kok panik?"

"Ya panik lah! gimana kalo gue beneran jatuh cinta terus sayang sama Aneera, dia galak banget gitu! gimana bisa coba dia jatuh cinta juga sama gue?" sahut Abrega.

"Ya lo jadi diri sendiri kaya biasa aja lah, buktinya cewek-cewek kan banyak yang kena modus lo, siapa tau Aneera juga," sahut Ivar.

"Nggak! enggak Var, dia beda, gue udah sering modusin tetep aja galak, mukanya itu loh, nggak keliatan kaya ada baper bapernya sama gue njir!"

Gilang menaikan kedua alisnya. "Mungkin ya dia gitu karena dia ngerasa lo cuma main-main aja sama dia?"

"Nah bener pasti bukan cuma mungkin, gue juga mikir gitu," sahut Janu.

AbregaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang