Pagi ini Abrega sudah siap dengan seragam sekolah, dia melangkahkan kaki menuruni tangga menuju ruang makan dengan rambut yang berantakan.
"Selamat pagi anak Mama!" ucap Mama yang sedang mengoleskan selai kacang ke atas permukaan roti, untuk Papa.
"Pagi Ma." sahut Abrega terdengar beda dari biasanya lalu duduk.
Abrega menyeruput susu coklat hangatnya. Lalu mengambil dua roti, mengoleskan selai coklat kemudian memakannya.
Mama melirik Abrega "Soal omongan Mama yang kemarin, kamu pikirin lagi ya Ga, Mama masih tunggu jawaban pasti kamu." Ucapnya hati-hati.
Abrega yang mendengar itu spontan berhenti mengunyah beberapa detik, lalu menelan kunyahannya begitu saja. "Kan Abrega udah jawab nggak bisa kemarin."
"Iyaa, tapi kan kalo kamu langsung membuat jawaban kemarin sebagai jawaban final, menurut Mama ya itu belum bisa dibilang keputusan. Mama mau kamu memikirkan dengan baik soal ini. Karena Mama nggak main-main."
Abrega meraih gelas lalu kembali meminum susu coklat hangat itu, menyampirkan tasnya kemudian berdiri. "Abrega berangkat sekolah dulu kalo gitu." Ucapnya lalu menyalimi kedua orangtuanya.
"Dipikirin ya Ga?" ucap Mama.
Abrega hanya menganggukkan kepala dengan malas lalu melangkah keluar dari rumah sembari menghabisi roti.
Setelah itu Abrega menjalankan motornya menuju rumah Aneera.
Diperjalanan Abrega tak henti memikirkan soal perjodohan mendadak itu, dia sampai lupa bahwa dia belum memberi tahu Aneera kalau dia akan menjemputnya.
Abrega berhenti di depan pagar rumah Aneera. Kemudian Abrega meraih ponselnya untuk menghubungi Aneera.
"Halo? Aneera gue di depan nih!"
"Hah? di depan mana?"
"Di depan kua, lagi mau daftar."
"Apaan sih? ngigo terus, mandi makanya, sekolah!"
"Hahah! bercanda. Ini gue di depan rumah lo, ayuk berangkat."
Aneera berdiri, lalu mengintip dari kaca jendela. Ternyata Abrega benar, tanpa sadar dia tersenyum. "Yaudah sebentar." Ucapnya lalu mematikan sambungan ponsel.
Aneera meraih tasnya kemudian keluar dari kamar, dia menuruni tangga berjalan menuju ruang makan yang sudah ada Mang Pian dan Mbok Loli tentunya.
"Pagi Neng." sapa Mang Pian. Mbok Loli hanya melempar senyum.
"Pagi Mang Pian." sahut Aneera seraya meraih roti lalu mengoleskan selai coklat secara asal. "Aku langsung berangkat ya, oh iya, Mang, Aneera sama Kak Abrega berangkatnya." Ucapnya.
"Ehem, dijemput lagi toh." ledek Mbok Loli.
Aneera menoleh. "Ih Mbok Loli apa sih, udah ah."
"Yasudah atuh Neng, hati-hati nya dijalan." sahut Mang Pian.
Aneera tersenyum. "Iyaa, jalan dulu yaa, dadah Mbok Mamang!" ucapnya lalu berjalan keluar rumah.
Aneera membuka gerbang, keluar, lalu kembali menutupnya.
"Ayuk berangkat." ucap Aneera lalu mengigit roti.
Abrega tersenyum. "Bagi dong rotinya." Pintanya.
"Emangnya lo belum sarapan?"
"Udah."
"Terus kok minta?"
"Ya cuma mau ngerasain apa yang lagi lo rasain aja sih."
Aneera memicingkan matanya. "Itu barusan gombal atau bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Abrega
Roman pour Adolescents"Aneera," panggil Abrega. "Hmm?" sahut Aneera seraya menatap Abrega. "Tujuan hidup lo apa?" Aneera memicingkan matanya. "Kenapa emang tanya tanya tujuan hidup gue?" "Karena sayang." "Apasih?" "Ya lagian, ya karena mau tau dong, pake nanya" Aneer...