bagian lima belas

5.5K 613 67
                                    

Abrega berjalan keluar kelas bersamaan dengan ketiga sahabatnya setelah bel istirahat berbunyi. Mereka berjalan bersama sesekali saling mendorong bercanda menuju kantin sekolah.

Janu berjalan menuju warung ayam penyet untuk memesan empat porsi sesuai dengan kesepakatan mereka tadi yang sama-sama ingin makan ayam penyet.

Sedangkan Abrega, Gilang dan Ivar memilih untuk duduk ditempat biasa.
Abrega melihat sekeliling lalu tak sengaja menemukan Daro yang sedang memainkan gitar, dia tersenyum kemudian melangkah menuju Daro.

"Ro sewa gitar dong," ucap Abrega, Daro dan beberapa temannya menoleh.

"Gocap sejam," sahut Daro.

"Palalo gocap, sini sini, lagian ini kan gitar sekolah," sahut Abrega. Daro melepas gitar yang memang dia bawa dari ruang musik itu untuk Abrega.

Setelah itu Abrega berjalan kembali ke tempat semula, dia duduk lalu mulai memetik gitar.

Gilang menyenggol sepatu Abrega bertepatan dengan Janu yang datang karena telah selesai memesan dan bilang akan diantar.

"Apaan?" tanya Abrega.

"Ada Aneera tuh, nyanyiin dong," sahut Gilang.

Abrega menoleh lalu matanya menemukan Aneera yang tengah berjalan masuk ke kantin ini bersama dengan Daira tentunya.

Abrega tersenyum lalu melirik gitar, kemudian mulai memetiknya dengan profesional.

"Ooo Aneera!" Abrega bernyanyi dengan kencang sesuai iringan gitar yang dia petik.

Aneera yang mendengar namanya baru saja disebut dengan bernada spontan menoleh lalu meringis setelah tahu bahwa asal suara itu dari tenggorokan Abrega.

"Bukan ku ingin menggangumu. Namun apa arti merindu, selalu,"

Beberapa mata mulai melirik Abrega dan juga Aneera.

"Walau Mentari terbit di utaraaa, hatiku tetap untukmuuuu,"

Daira menarik-narik lengan Aneera yang sedang mengantri untuk membeli bakso.

"Ada hati yang termanis dan penuh cinta,"

"Tentu saja kan ku balas seisi jiwaaa."

"Tiada lagi tiada lagi yang ganggu kita,"

"Ini kesungguhan. Sungguh aku sayang Aneeraaaaa!"

Gilang, Ivar langsung bertepuk tangan. Sedangkan Janu mulai berkeliling seakan-akan Abrega baru saja mengamen barusan.

Aneera menutup matanya setelah mendengar beberapa bisikan yang mulai membicarakan dirinya dan juga Abrega.

"Mereka lagi deket ya?"

"Kayaknya sih udah deket dari awal masuk deh,"

"Masa sih?"

Abrega menaruh gitar itu bersamaan dengan Mas Pajo yang datang membawa ayam penyet mereka. Dia berjalan menuju Aneera.

"An! lo barusan abis gue nyanyiin loh? seneng nggak? baper nggak?" tanya Abrega.

"Baper Kak!" sahut Daira.

Abrega meliriknya lalu tersenyum kemudian kembali menatap Aneera.

"Aneera," panggil Abrega lembut.

Aneera akhirnya menoleh. "Apa?"

"Lo lagi kehabisan kata-kata ya abis gue nyanyiin?" sahut Abrega seraya menaik turunkan alisnya.

AbregaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang