bagian dua puluh

5K 596 67
                                        

Aneera membuka mata dikala cahaya matahari mulai menyinari kamarnya, dilihatnya samar-samar ke sekitar lalu menutup matanya lagi. Hingga suara ponselnya yang berdering kembali membangunkannya.

Aneera mencari dimana ponselnya berada dengan satu mata yang terbuka, setelah dapat, bisa Aneera lihat seseorang menelfonnya. Nomornya belum tersimpan, Aneera terdiam beberapa detik, dia sadar bahwa satu-satunya kontak yang belum disimpan adalah kontak Abrega.

"Yaampun masih jam tujuh kenapa sih ini manusia?" ucap Aneera, kini dua matanya sudah terbuka lebar. Dia menggeser ikon hijau ke atas, lalu mendekatkan ponselnya ke daun telinga.

"Ada apa, masih pagi tau nggak? ini tuh masih waktunya gue tidur," ucap Aneera dengan nada khas bangun tidur.

"Kok baru bangun sih! kan kita mau jalan!"

Aneera mengerjapkan matanya, dia melihat ke jendela, ingin memastikan bahwa sekarang itu masih pagi.

"Ngaco deh masih pagi, lagian siapa juga yang mengiyakan ajakan lo?"

"Ih Aneera semalem kan udah sepakat, lagian gue kan udah bilang jam tujuh,"

"Ck lo kan bilangnya jam tujuh malam ya bukan pagi?!"

"Hehe iyaa berubah pikiran tiba-tiba namanya juga manusia cuma bisa berencana, makanya ayuk kita berencana untuk berdua, siapa tau Allah merestui."

"Ck tambah ngaco, udah ah mau tidur lagi,"

"Eh jangan dong, bukain gerbangggg,"

"Dih apaan lo!"

"Gue ada dibawah nih!"

Aneera memijat pelipisnya, dia kemudian menarik selimut untuk turun dari tempat tidur, dia melangkah menuju jendela untuk melihat apakah benar ada Abrega dibawah sana.

Aneera menelan saliva, saat melihat Abrega tengah tersenyum sambil melambaikan tangannya di bawah sana.

Aneera spontan menutup kembali tirai jendela kamarnya.

"Gila ya lo beneran ada disini? jam tujuh pagi? mau ngapain sih aduh? mau bantuin pedagang bubur kompleks?"

"Mau jalan sama lo dong,"

"Ya tapi masa pagi banget sih?!"

"Semalem udah diingetin padahal suruh tidur biar nggak kesiangan,"

"Ih tapi gue nggak mengiyakan ajakan lo ya!"

"Tapi gue mau jalan sama lo, gimana dong?"

"Ck terserah deh bodoamat, disana aja lo sampe bosen,"

Aneera mematikan layar ponsel. Dia memilih untuk kembali ke tempat tidur lalu memejamkan matanya.

Belum beberapa lama, mata Aneera kembali terbuka karena perasaan bersalah mulai mengerumuninya. "Gue keterlaluan nggak sih?"

Aneera kemudian kembali berdiri, dia mengintip dari balik jendela, dan Abrega masih di sana.

Aneera menghembuskan nafasnya. Dia kemudian melangkahkan kaki menuju kamar mandi, lalu keluar setelah bersih, Aneera membuka lemarinya, memilih baju untuk dipakai, setelah rapi, Aneera mengambil tasnya, memasang sepatu lalu meraih ponselnya, kemudian keluar dari kamar dan menuruni tangga.

"Aneera keluar dulu ya," ucap Aneera seraya meraih roti lalu memakannya.

Mbok Loli yang sedang memotong wortel menoleh. "Hati-hati ya Neng." Ucapnya. Aneera menganggukkan kepala lalu melangkah keluar.

"Mang keluar dulu ya," pamit Aneera.

"Sama siapa Neng? enggak Mamang anter?" sahut Mang Pian.

AbregaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang