Aneera menghapus airmatanya lalu melangkah mendekati mobil Anfeera dia ingin tahu bagaimana keadaan Abrega.
"Pak tolong p3k!" pinta Anfeera lalu Pak Dali memberinya.
Anfeera yang melihat kedatangan Aneera langsung menatapnya. "Lo mending pergi dari sini, Abrega nggak butuh lo." ucapnya.
Aneera menelan saliva, lalu perlahan rasa tahu dirinya hadir lagi.
Aneera menghapus airmatanya untuk kesekian kali, lalu berniat pergi tapi Abrega tiba-tiba meraih tangannya. Menggengamnya dengan sangat erat.
"Gue mau Aneera disini." ucap Abrega.
Aneera menatap Abrega lalu beberapa bulir airmata kembali berjatuhan karena Aneera tidak bisa menahannya.
Anfeera menarik nafasnya. Sebenarnya apa hubungan mereka berdua? "Oke." ucapnya lalu mulai mengobati luka Abrega.
Aneera sesekali mengusap lembut kepala Abrega dengan harapan itu akan mengurangi rasa sakit yang kini tengah Abrega rasakan.
Anfeera menghembuskan nafas setelah selesai memasangkan plaster luka di bagian pelipis Abrega. Dia kemudian bergerak untuk membersihkan luka di bagian ujung bibir Abrega tapi Abrega mengelak "Nggak usah. Makasih." ucapnya lalu memilih untuk duduk menghadap Aneera yang berdiri di luar mobil.
Abrega memejamkan matanya seraya terus mengenggam tangan Aneera.
Aneera melihat luka di bagian ujung bibir Abrega, dia kemudian mendekat untuk meraih kapas yang sudah di tuangi obat merah itu dari tangan Anfeera.
Aneera kemudian mengobati luka itu dengan sangat hati-hati.
Abrega membuka matanya, dia menatap Aneera lalu air mata mengalir di pipinya "Makasih An..." ucapnya.
Aneera berusaha untuk tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya.
Anfeera menatap mereka dengan sinis. Rasa cemburu kini menghiasi seluruh hatinya. "Sebenernya ada apa diantara kalian berdua?" tanyanya.
Aneera dan Abrega terdiam beberapa detik.
Aneera kemudian melepas tangan Abrega yang menggenggamnya dengan perlahan, dia menoleh lalu memberi Anfeera senyuman tipis. "Kita berdua nggak ada apa-apa. Tolong anter Kak Abrega kerumahnya. Motor Kak Abrega biar gue yang bilang untuk titip disini sementara." Ucapnya kemudian menatap Abrega beberapa detik lalu pergi setelahnya.
Abrega menelan saliva, dia menatap kepergian Aneera dengan perasaan yang ingin sekali menahannya.
Anfeera dengan ragu memegang bahu Abrega. "Aku anter pulang ya?" ucapnya.
Abrega terdiam beberapa detik lalu dengan pasrah kembali merubah posisi duduknya.
Pak Dali yang melihat itu kemudian membantu untuk menutup pintu lalu berjalan menuju kursi kemudi. Membawa mobil menuju rumah Abrega.
"Aneera?" panggil Bu Dafa yang tiba-tiba datang dengan wajar khawatir.
Aneera menoleh.
"Kamu di pinta untuk ke ruang BK. Bapak kepala sekolah ingin kamu memberi kesaksian atas perkelahian tadi." ucap Bu Dafa.
Aneera melirik mobil yang membawa Abrega bersama Anfeera itu kemudian mengangguk pelan, lalu bersama Bu Dafa berjalan menuju ruang BK.
Disana sudah ada Lius dan kedua temannya yang tadi dan juga Pak Ehandi serta Bu Sarni selaku guru bimbingan konseling.
Aneera menatap tajam Lius dan kedua temannya itu seraya duduk di sebelah Bu Sarni.
"Aneera, karena tadi kamu ada disana, Bapak ingin kamu jelaskan apa sebenarnya penyebab perkelahian tadi dengan sangat jelas." ucap Pak Ehandi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Abrega
Novela Juvenil"Aneera," panggil Abrega. "Hmm?" sahut Aneera seraya menatap Abrega. "Tujuan hidup lo apa?" Aneera memicingkan matanya. "Kenapa emang tanya tanya tujuan hidup gue?" "Karena sayang." "Apasih?" "Ya lagian, ya karena mau tau dong, pake nanya" Aneer...