Aneera keluar dari kelas bersama dengan Daira setelah merapikan barang-barang.
"Aneera!" sapa Abrega tiba-tiba berdiri di depan mereka berdua.
Abrega tersenyum. "Pulang bareng gue ya, mau please karena kalo lo nolak gue malu." Ucapnya.
Daira menahan senyumnya yang ingin mengembang lalu sedikit berbisik pada Aneera. "Ra gue kalo jadi lo nggak bakal gue tolak yang model begini."
Aneera melirik Daira lalu Abrega. "Lo ajak Daira aja nih, tadi katanya kalo dia jadi gue, dia nggak akan nolak yang modelannya kaya lo." Ucapnya.
Abrega melirik Daira lalu Aneera. "Nanti kalo gue ajak Daira terus Daira mau, lo cemburu sama Daira terus pertemanan kalian jadi rusak gimana? duh ribet, mending gue ajak lo aja." Sahutnya.
Daira tersenyum lebar. "Hehe bener, kalo gitu aku duluan ya Kak. Ra gue duluan ya, dadah!" sahutnya lalu pergi begitu saja.
Aneera menatap Abrega, sebenarnya tidak ada alasan juga untuk menolak ajakan baik Abrega. Apalagi setelah kejadian kemarin, setelah dia bercerita tentang keluarganya, setelah dia menerima kebaikan Abrega.
"Yaudah ayuk," ucap Aneera lalu melangkah mendahului Abrega.
Abrega tersenyum lalu menyamai langkah Aneera.
"Yah mendung," ucap Abrega setelah sampai dipintu masuk sekolah.
Mata Aneera melihat ke atas langit. Warnanya sebagian berubah jadi abu-abu.
"Bakalan hujan gede nggak kira-kira?" tanya Aneera menatap Abrega.
Abrega menoleh, menatap Aneera. "Kayaknya sih iya, lo mau nunggu? atau gimana?"
"Nunggu mendungnya hilang?"
"Nunggu gue lamar lah,"
"Apaan sih lo?"
"Hahah! ya nunggu mendungnya hilang dong, lagian pake nanya,"
"Tapi kan belum hujan? jalan aja deh,"
"Yakin?"
"Ck iya, makanya ayuk cepet keburu hujan," Aneera kemudian menarik lengan Abrega untuk berjalan menuju pelataran parkir.
Mereka kemudian sampai, Abrega naik ke motornya, disusul oleh Aneera. Setelah itu Abrega menjalankan motornya keluar dari gerbang sekolah.
Di tengah perjalanan suara gemuruh petir mulai terdengar, dan tepat beberapa detik setelah itu hujan turun. Yang awalnya hanya rintik-rintik berubah jadi deras.
"Duh itu-itu ada halte, berenti disitu dulu aja," ucap Aneera. Abrega kemudian mengarahkan motornya untuk berhenti tepat didepan halte.
Aneera dan Abrega kemudian turun dari sana. Menepi, berlindung di bawah halte.
Abrega melepas helmnya, begitupun Aneera.
"Batu sih, tadi siapa yang bilang jalan aja?" ucap Abrega.
Aneera menoleh. "Ya, tadikan baru mendung aja, mana gue tau kalo tau-taunya hujan deres gini." Sahutnya.
"Iya sih ya, gue juga awalnya baru suka aja sama lo, tau-taunya perasaan gue jadi deres gini."
Aneera menoleh, menatap Abrega beberapa detik.
Abrega menatap balik. "Hehe."
Aneera memutar bola matanya.
Abrega kemudian melirik seragamnya dan seragam Aneera yang sudah agak basah terkena air hujan.
"Mandi hujan aja yuk, sekalian mandi sore," ucap Abrega lalu menaruh helm dan tasnya di bangku halte kemudian turun ke jalanan yang sangat sepi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abrega
Ficção Adolescente"Aneera," panggil Abrega. "Hmm?" sahut Aneera seraya menatap Abrega. "Tujuan hidup lo apa?" Aneera memicingkan matanya. "Kenapa emang tanya tanya tujuan hidup gue?" "Karena sayang." "Apasih?" "Ya lagian, ya karena mau tau dong, pake nanya" Aneer...