Malam ini Abrega sudah siap dengan kemeja flanel, celana levis hitam dan juga sepatu vans yang biasa dia pakai.
Abrega kemudian turun lalu berpamitan pada Mama yang sudah pulang."Jangan pulang malem-malem," pesan Mama.
Abrega lalu keluar dari rumah, naik ke atas motor, memasang kunci lalu menjalankan motornya dari sana.
Abrega berhenti di warung martabak pinggir jalan. Dia memesan satu bungkus martabak telor daging.
Setelah menunggu akhirnya martabak pesanan Abrega selesai dibuat dan sudah siap dibawa, Abrega memberi uang lima puluh ribu tanpa meminta kembalian lalu pergi dari sana.
Abrega membelokan stir ke arah kanan di perempatan jalan, dia kemudian masuk ke dalam kompleks lalu berhenti tepat di depan rumah Aneera.
Abrega meraih ponselnya kemudian menelfon nomor rumah Aneera.
"Halo kediaman rumah Pak Ghalda, ada yang bisa saya bantu?" ucap Mbok Loli.
Aneera yang sedang meminum jus strawberry itu mengangkat kedua alis sebagai tanda ingin tahu siapa yang sedang tersambung di telfon.
Mbok Loli menggeleng pelan.
"Bisa bicara dengan Aneera?"
"Oh iya-iya, bisa, sebentar," Mbok Loli menjauhkan telfon darinya. "Ini nyariin si Neng katanya."
Aneera berhenti minum, dia kemudian mau tak mau mengambil alih telfon ini. Sedangkan Mbok Loli kembali ke dapur.
"Apa lo?"
"Keluar dong sini, bukain pintu, gue bawain martabak loh!"
Aneera membulatkan mata. "Ma—martabak? buat siapa?"
"Buat kita makan bareng-bareng, bukain cepet gerbangnya, keburu dingin nih martabaknya,"
Aneera kemudian menutup telfon itu, dia berjalan keluar dari rumah.
"Mau kemana Neng?" tanya Mang Pian yang sedang duduk dengan sebuah kopi yang menemani.
"Itu ada Kak Abrega di depan," sahut Aneera.
"Oh begitu, mau Mamang bukain gerbangnya?" tawar Mang Pian.
"Nggak usah Mang hehe makasih," sahut Aneera kemudian melangkah ke arah gerbang.
Setelah sampai Aneera membukanya, bisa dia lihat Abrega yang sedang tersenyum ke arahnya.
"Lebaran dikit dong buka gerbangnya, mau masuk nih," ucap Abrega.
Aneera mau tak mau membuka gerbang lebih lebar. Setelah itu Abrega mengarahkan motornya untuk masuk, Aneera kemudian menutup kembali pintu gerbang.
"Mang!" sapa Abrega pada Mang Pian yang berdiri disana. Mang Pian tersenyum seraya menganggukkan kepala.
Aneera melangkah. "Lo ada apa gerangan tiba-tiba dateng bawain martabak?" tanyanya.
Abrega turun dari motor, dia membuka helm lalu menaruhnya di kaca spion. "Sebagai tanda makasih karena lo udah obatin memar gue, tuh udah nggak terlalu keliatan kan?" sahutnya.
Aneera menatap bagian memar diwajah Abrega, benar, sudah tidak terlalu kelihatan.
"Yaudah ayuk makan," ajak Abrega lalu melangkah menuju Mang Pian.
"Mang martabak nih Mang," ucap Abrega bertepatan dengan Mbok Loli yang keluar dari dalam rumah.
"Eh ada si Mas Abrega toh!" seru Mbok Loli.
Abrega yang sedang membuka bungkus martabak itu menoleh. "Eh Mbok, sini Mbok makan martabak." Sahutnya.
Aneera kemudian duduk di salah satu kursi samping Abrega, disebelahnya duduk Mbok Loli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abrega
Подростковая литература"Aneera," panggil Abrega. "Hmm?" sahut Aneera seraya menatap Abrega. "Tujuan hidup lo apa?" Aneera memicingkan matanya. "Kenapa emang tanya tanya tujuan hidup gue?" "Karena sayang." "Apasih?" "Ya lagian, ya karena mau tau dong, pake nanya" Aneer...