Aneera menutup pintu kamar Abrega dengan senyuman. Dia menghembuskan nafas, lalu mulai melangkah.
Aneera memperhatikan satu persatu apa saja yang ada dikamar Abrega ini.
Mulai dari lemari besar dengan kaca yang besar juga, pajangan-pajangan berupa motor vespa dan mobil mobilan yang terpajang di meja kecil dekat jendela, dan juga sebuah foto yang terletak di meja kecil dekat tempat tidur.
Aneera mendarat duduk dikasur Abrega yang berbalut seprai bergambar salah satu club bola favoritnya yaitu Real Madrid.
Aneera meraih foto itu, lalu tersenyum setelah melihat Abrega yang masih kecil tengah memamerkan senyum menghadap kamera bersama kedua orangtuanya yang mengandeng tangannya.
Namun beberapa detik setelahnya senyuman Aneera perlahan menghilang.
Ingatannya jadi jatuh pada foto keluarga yang tiga tahun lalu dibuang oleh Papa.
Bahkan Aneera masih ingat bagaimana Aneera hanya bisa terdiam menatap foto itu terbuang begitu saja ditemani beberapa sampah lainnya.
Aneera menghapus air mata yang tahu-tahu jatuh. Dia kemudian menaruh kembali foto itu ke atas meja.
Tak lama setelah itu, Aneera mendengar suara pintu yang diketuk. Aneera menoleh lalu menemukan Abrega yang tengah membuka pintu.
"Eh belum tidur? kirain udah?" ucap Abrega.
"Nggak bisa tidur," jawab Aneera.
"Mau main ps aja nggak? bisa main ps nggak?"
Aneera menaikan kedua alisnya. "Bisa."
"Yaudah ayuk,"
Aneera berdiri. "Lo mau ngapain tadi?"
"Mau ngambil selimut hehe dingin," sahut Abrega lalu membuka lemarinya dan mengambil selimut berwarna abu-abu kemudian menutup kembali lemarinya.
Setelah itu mereka keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga.
Aneera kemudian duduk, sedangkan Abrega sibuk memasang stik ps satu lagi untuk Aneera.
Setelah selesai, Abrega kemudian duduk disamping Aneera. "Nih." Ucapnya seraya menyerahkan stik ps. Aneera kemudian menerimanya.
"Kok lo bisa main ps sih?" tanya Abrega seraya menekan-nekan tombol untuk memilih mobilnya.
Aneera melirik Abrega. "Dulu Mang Pian yang ngajarin."
"Serius? pake ps siapa?"
"Anaknya Mang Pian haha!"
Abrega tertawa kecil, setelah itu Aneera memilih model mobil yang ingin dia gunakan.
Kemudian permainan dimulai. Abrega dan Aneera sama-sama fokus menatap layar televisi yang memperhatikan jalanan berwarna abu-abu ditambah laut sebagai pemandangannya.
"Awas-awas!" ucap Aneera ketika Abrega mendekati mobilnya.
Abrega hanya tertawa kecil lalu kembali menjauh dari mobil Aneera.
Setelah itu Aneera mempercepat laju mobilnya hingga sampai di titik finish.
"Yes menang!" ucap Aneera dengan senyuman sumringah, dia kemudian menatap Abrega. "Kalah wlee!" ucapnya.
Abrega menatap balik Aneera. "Sombongnya anak ini, baru menang sekali padahal."
"Dih kalah mah kalah aja kali," sahut Aneera, menertawakan Abrega lalu kembali menatap layar.
Abrega kemudian tersenyum, syukurlah rencananya sengaja membuat Aneera menang berhasil. Abrega melakukan itu karena ingin melihat Aneera tersenyum bahkan tertawa seperti ini. Abrega ingin sebagian dari sedih Aneera hilang malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abrega
Roman pour Adolescents"Aneera," panggil Abrega. "Hmm?" sahut Aneera seraya menatap Abrega. "Tujuan hidup lo apa?" Aneera memicingkan matanya. "Kenapa emang tanya tanya tujuan hidup gue?" "Karena sayang." "Apasih?" "Ya lagian, ya karena mau tau dong, pake nanya" Aneer...