bagian tiga puluh satu

4.4K 579 133
                                    

Abrega merapikan rambutnya di depan kaca yang ada dikelasnya, pelajaran terakhir kali ini kosong, Pak Mario yang harusnya mengajar terpaksa harus pulang untuk mengantar anaknya pergi kerumah sakit, sebagai pengganti dirinya, Pak Mario memberi anak-anak tugas merangkum, dan Abrega sudah selesai daritadi, katanya dia ingin menyiapkan diri sebelum pulang sekolah.

"Emang mau kemana sih lo? tumbenan sampe bela-belain lo ngerangkum selesai duluan," ucap Ivar yang sedang merangkum bersama Janu dan juga Gilang di meja guru, mereka menarik bangku mereka ke depan.

Abrega berhenti merapikan rambutnya yang sesungguhnya tidak ada bedanya dari sebelumnya, dia menoleh. "Mau jalan-jalan gue sama pujaan hati." Sahutnya.

"Serius njay?" sahut Janu, dia beralih dari bukunya.

Gilang menganggukkan kepala. "Tadi doi ngajakin pas istirahat, tapi tar dulu, dia ini tadi ngajaknya pake bilang nggak ada penolakan, jadi Aneera mau!" sahutnya.

"Dih mulutmu itu Lang minta di lem," sahut Abrega.

Ivar menggelengkan kepala. "Pantesan Aneera mau, semoga yang Maha Kuasa selalu melindungi Aneera dari Abrega."

"Bilang aja iri lo pada jomblo," protes Abrega.

"Dih gue sih enggak," sahut Janu.

"Iyalah Nu, pacar imagination lo kan banyak," sahut Gilang.

Janu spontan menjitak kepalanya. "Nanti kepala lo yang bulat ini gue rubah jadi kotak mau lo?"

"Jadi kaya adudu dong?" sahut Abrega.

"Sialan hahah!" tawa Ivar meledak.

Tak lama dari itu, suara bel pulang terdengar jelas.

Semua siswa-siswi bergegas merapikan alat-alat sekolah mereka, tapi tidak dengan Abrega, karena dia sudah merapikannya sejak selesai merangkum tadi.

Abrega membuka tasnya, dia mengeluarkan parfum lalu menyemprotkannya ke jaket jeans berwarna coklat tua yang akan dipakainya.

"Udah wangi udah kek kuburan baru!" ledek Janu seraya memasukkan pulpen satu-satunya.

Abrega menoleh lalu cengengesan.

"Duluan ya, mohon kawan-kawan seiman, doain lancar, walaupun cuma jalan-jalan dadah!" ucap Abrega lalu melangkah keluar kelas tanpa menunggu jawaban dari ketiga sahabatnya.

Dia berjalan melewati beberapa siswi yang melempar senyum padanya.

Abrega sampai di depan kelas Aneera, dia kemudian mendapati Aneera yang sudah menunggunya, Aneera duduk di kursi depan kelas.

"Cie Aneera nungguin gue ya?" ucap Abrega, menyadarkan Aneera yang sedang menatap ke lapangan.

Aneera menoleh lalu berdiri "Nggak usah geer, mau ngajak gue kemana lo?" tanyanya seraya melangkah, diikuti oleh Abrega.

"Ini sebenernya bener-bener random sih, gue ngajak lo jalan gini, daripada lo dirumah aja ya kan? jadi gue nggak tau mau ngajak lo kemana,"

Aneera menghentikan langkahnya dia menatap Abrega. "Seriusan?"

"Masa bohong?"

"Ck ya terus mau kemana dong?"

Abrega tersenyum. "Hehe bercanda, masa iya mau jalan sama lo gue nggak mikirin tempatnya? jelas-jelas lo ada di pikiran gue terus, udah ayuk gue tau mau ngajak lo kemana." Abrega kemudian mengenggam tangan Aneera. Namun Aneera tidak melangkah jadi Abrega tidak bisa melangkah juga.

"Kok diem sih?"

Aneera menepuk tangan Abrega, Abrega melepas genggamannya. "Hehe maaf ya keinginan hati gue yang mau ngejaga lo suka spontanitas gitu, nggak sinkron sama guenya, yaudah ayuk!"

AbregaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang