Abrega memicingkan mata setelah seseorang membuka jendela kamarnya.
"Abrega bangun, sekolah. Mama tunggu di bawah ya sama Papa, ayuk ayuk bangun," ucap Mama lalu keluar dari kamar Abrega.
Abrega mengucek matanya, lalu kembali menutup mata sedetik kemudian setelah itu bayangan Aneera terpampang jelas diingatannya.
"Aneera," ucap Abrega seraya kembali membuka mata. Dia tersenyum beberapa detik lalu perlahan bangun dari tempat tidur.
Abrega membersihkan diri sekitar lima belas menit, lalu keluar setelah memakai seragam sekolah.
Abrega kemudian menenteng tas dan sepatunya turun dari kamar menuju ruang makan, sudah ada Papa, Mama ditambah Bi Ika yang sedang menuangkan air ke dalam gelas.
"Pagi semua," ucap Abrega lalu duduk ditempat biasa seraya memasang sepatunya.
"Pagi Nak," sahut Mama dan Papa.
Abrega melirik Bi Ika. "Bi udah sarapan?" tanyanya.
Bi Ika, Mama dan Papa menoleh serempak. Tumben-tumbenan Abrega menanyakan Bi Ika begini.
"Belum Den," sahut Bi Ika dengan lembut dan sopan.
"Kalo gitu sarapan dulu sini Bi, sekali-kali bareng sama kita," ajak Abrega yang sudah selesai mengikat tali sepatu.
Mama menelan roti yang sedang dikunyahnya. "Mmm... bener kata Abrega, sini Bi sarapan bareng kita." Sahutnya.
Papa mengangguk setuju. "Ayok Bi, duduk, di sebelah Abrega juga gapapa itu." Sahutnya.
Abrega tersenyum lalu menarik bangku yang ada di sampingnya agar Bi Ika bisa duduk.
"Eh nggak usah aden, nyonya, saya biar sarapan dibelakang aja kaya biasa," sahut Bi Ika.
"Loh gapapa Bi, udah ayuk duduk," sahut Mama.
"Sini Bi gapapa," sahut Abrega.
"Bener ini gapapa, saya jadi nggak enak, saya kan memang tempat sarapan dan makannya ya di dapur bukan disini," sahut Bi Ika.
"Shh udah ayuk, gapapa Bi. Duduk ayuk, nih saya ambilin rotinya ya," ucap Mama lalu mengambilnya dua helai roti kemudian menaruhnya di piring yang ada disebelah Abrega.
Bi Ika tersenyum lebar. "Terimakasih ya nyona sebelumya saya jadi nggak enak." Sahutnya.
"Sama-sama, udah ayuk duduk. Ini selainya, Bibi pilih sendiri." sahut Mama.
"Iya-iya, terimakasih banyak, ini saya duduk ya, permisi," ucap Bi Ika lalu dengan ragu duduk di sebelah Abrega.
Abrega mengoleskan selai coklat dengan senyuman mengembang, lalu dalam hati berterimakasih pada Aneera karena sudah menginspirasi.
Setelah sarapan, Abrega pamit pada kedua orang tuanya yang ingin berangkat ke kantor, Abrega menjalankan motornya melewati pagar, jalanan, hingga sampai di sekolah.
Abrega menyapa Pak Kadi, lalu parkir ditempat biasa. Setelah itu dia turun dari motor.
Bersamaan dengan Aneera yang baru saja sampai bersama Mang Pian.
"Makasih Mang," ucap Aneera lalu melangkahkan kaki.
"Hai nona cantik udah ada yang punya belum?" ucap Abrega lalu menyamai langkahnya dengan Aneera.
Tanpa menoleh Aneera sudah tahu ini suara siapa. "Nggak usah ganggu deh, masih pagi nih, pagi gue masih cerah." Sahutnya.
"Cerahan pagi gue kali gara-gara ada lo,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Abrega
Teen Fiction"Aneera," panggil Abrega. "Hmm?" sahut Aneera seraya menatap Abrega. "Tujuan hidup lo apa?" Aneera memicingkan matanya. "Kenapa emang tanya tanya tujuan hidup gue?" "Karena sayang." "Apasih?" "Ya lagian, ya karena mau tau dong, pake nanya" Aneer...