Chp #1 - Prolog

21K 753 20
                                    


Ini hal yang paling pemuda itu suka. Duduk di tepian kasur dengan kaki menggantung. Meski bukan kamarnya sendiri tapi Athalla menyukai tempat ini. Aromanya tak pernah berubah, masih bau bedak bayi. Dan menenangkan. Athalla suka anak kecil, terlebih lagi bayi. Baunya menyegarkan.

Pemuda itu menunduk. Memperhatikan kakinya yang menganyun tenang di tepian kasur. Ingatannya melayang entah kemana, serpihan kenangan masa lalunya menganak cabang di dalam otak. Berputar terus memeras batinnya untuk kembali pada masa lalu. Setelahnya, kepalanya bergerak menoleh kesisi samping.

Sosok lebih kecil darinya itu tersenyum lebar dengan posisi sama seperti dirinya. Pipi gembilnya menggemaskan, meski memar ada di sudut pelipis mata dan juga bibir kecilnya. Mata Athalla bergerak turun menatap kaki kecil sang adik yang juga mengayun di tepian kasur. Luka memerah masih membekas dibeberapa sudut kaki anak itu. Bahkan darah yang mulai mengering menjadi penghias lainnya.

Senyum nya tak pernah luntur. Menampakkan deretan gigi putih dengan lesung pipi yang tak begitu dalam. Dan Athalla menyukai senyum itu. Adiknya masih sama seperti dulu bayi.

Tetapi, perlahan mata Athalla memanas. Bingkai kaca di kelopak matanya tercipta begitu saja. Athalla mengerjapkannya beberapa kali. Senyumnya membalas senyum merekah sang adik. Bayangan itu masih tetap ada. Hingga akhirnya air matanya luruh. Athalla menyerah. Kenyataan memang pahit untuk diterima. Matanya memejam. Kepalanya menunduk. Terisak pelan dengan bibir dalam yang ia gigit. Bahu nya sampai gemetar.

Tawa itu masih terdengar. Rindu kini mendominasi, sosok kecil itu selalu mampu meruntuhkannya. Menjatuhkannya dalam kejurang luka dengan waktu yang singkat. Penyesalan yang tak pernah luntur oleh senyum orang lain selain milik sang pembuat sesal.

"Ananta sayangggggg banget sama, Abang."

Athalla luruh. Tubuhnya ambruk ke sisi dimana sosok adik kecilnya duduk. Hampa. Ia harap tubuh kecil itu menahannya dan membawanya dalam pelukaan hangat. Namun kenyataannya hanya kasur yang sering adiknya tiduri yang menyambutnya. Menandakan bahwa sosok itu memang sudah hilang dari kehidupan.

Ponsel dalam genggamannya ia remas kuat-kuat. Pelampiasan rasa sesak yang mendera dada. Ponsel milik sang adik, hadiah darinya. Dulu anak itu begitu bodoh memegang ponsel itu. Padahal untuk anak seumurannya pasti sudah hal biasa dalam menggunakan ponsel terbarupun.

Adiknya memang berbeda. Dia istimewa.

Tubuhnya kini bergerak terlentang di atas kasur single bed itu. Tangannya bergerak membuka ponsel tanpa sandi itu. Kebiasaan, anak itu bahkan tidak bisa mengunakan sandi pada ponselnya.

Di dalamnya, ada beberapa panggilan darinya yang tak terjawab. Tidak banyak pula pesan yang masuk. Hanya satu pesan yang lama belum adiknya itu balas sampai saat ini.

Pesan darinya.

Athalla membeku. Itu pesan terakhirnya yang sampai sekarang belum dibuka dan dibalas.

"Bertahan, Ta. Tunggu Abang"

"Kenapa?... Kenapa, Adek enggak mau bertahan sampai Abang dateng?"



Anyeeeeoooongggg!

Hahaha
Udah berapa tahun nih aku menghilang 🤣
Disini aku bukan bawa cerita baru melainkan ceritaku dulu yang sempet pindah ke dreame akhirnya aku up ulang di sini. Soalnya dulu kan mikir duit sekarang lebih mikirin seneng aja deh. Seneng baca + balesin komenan kalian (para pembaca) yang seru. Ihhh kangen tau aku 🤣🤣
Jadi ... Selamat menikmati kembali guyss. Untuk cerita yang lain, yang sempet belum kelar, insya alloh pelan2 aku kelarin wkwk

 Untuk cerita yang lain, yang sempet belum kelar, insya alloh pelan2 aku kelarin wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Parashit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang